BAGIAN 18

175 48 2
                                    

Keringat dan gatal sudah tak diacuhkan lagi. Tatapan dua cowok itu tak dihiraukan lagi. Mereka terutama Thea melangkah lebar-lebar, menggebu seperti akan mendapatkan hadiah. Dora cepat menyamai langkah Thea, hanya memamerkan gigi gingsulnya kepada Tiar yang memandangi mereka takjub. Masih berbalut seragam demi mencari lima murid itu. Hal itu sukses menyubit hati Tiar. Tiba-tiba tekadnya semakin tumbuh untuk membantu mereka. Bang Rengga tak jauh berbeda, sempat merasa bersalah karena Sabtu lalu itu ogah-ogahan membeberkan The Bookish Club, hingga dia lupa sesuatu. Sesuatu yang membawanya pada sesuatu yang lain, yang tak terduga.

Thea mengerem langkah sejenak di hadapan dua cowok itu, lalu langsung masuk ke halaman rumah Dora. Tiar tersenyum tipis saat Thea melewatinya dengan pandangan datar. Dia mendadak teringat aksi heroik Thea melawan Ramos. Membebaskan teman-teman kelasnya dalam masalah. Dan lihat kini, cewek itu bahkan bertingkah seperti yang punya rumah, sedangkan empunya rumah ngos-ngosan melewati mereka lalu langsung membukakan pintu. Lagi-lagi, Tiar melebarkan bibir. Tersenyum lebih lebar.

Dora mempersilakan mereka masuk. Dia melirik jam bulat di dinding yang menunjukkan pukul setengah sembilan. Sebentar lagi Mama pulang dan Papa akhir-akhir ini lembur karena proyek barunya. Untunglah. Papa tak suka bila ada tamu malam-malam, apalagi ini hanya teman sekolah Dora yang pasti menurutnya tak pantas bermain di malam hari. Berbanding terbalik dengan Mama, yang pasti akan langsung menyuguhi makanan. Sempat Dora akan mengajukan rumah Thea, tapi dia sudah tak enak hati duluan. Dia yang membawa kasus ini, dan Thea sudah banyak direpotkan. Terbukti, wajah cewek itu sudah sangat lelah, tapi saat mengetahui tujuan Tiar, justru Thea yang menggebu untuk cepat sampai.

Dora meneguk orang juice dari kotak kemasannya langsung, memberi kesegaran luar biasa bagi tubuhnya. Tubuhnya sejenak mematung di depan kulkas yang masih terbuka, tangannya belum enggan menutup pintunya. Dia menarik napas, menghembuskan perlahan. Petunjuk baru muncul, dia perlu tubuh yang rileks. Diambilnya kotak orange juice yang belum terbuka lalu dituangkan ke empat gelas tinggi. Kemudian, dibawanya ke meja ruang depan, ke hadapan Tiar dan Bang Rengga yang duduk bersebrangan dengan Thea, dan menyusul Dora yang duduk di samping tetangganya. Waist bag-nya sudah dilepas, kini tangannya sudah menggenggam notes dan pulpen.

"Jadi ada apa?" Thea yang membuka pertanyaan. Namun, Tiar dan Bang Rengga memilih membasahi dulu kerongkongan mereka, tergiur melihat segarnya cairan oranye itu. Kekompakan mereka membuat Dora tanpa sadar menyunggingkan senyum. Tiar kentara sekali menghapus raut tegang di wajahnya. Sedangkang Bang Rengga masih dengan gaya nyantainya, tidak terbebani oleh hubungan buruk mereka.

"Sorry, gue baru ngehubungi kalian. Bang Rengga tadi lagi UTS, baru kelar sore tadi." Tiar melirik sedikit Kakaknya dibumbui percikan delikan. "Orang di foto itu, yang mukanya dirusak memang Panji. Dan saat gue nanyain itu, Bang Rengga udah nyari tahu sesuatu, yang juga berhubungan dengan Panji."

"Panji anggota The Bookish Club, yang juga ketua klub jurnalistik." Bang Rengga langsung melayangkan tangan, meminta Dora untuk tidak mendemonya dulu. "Oke, sorry. Sumpah, aku baru ingat. Maksudnya baru ingat hal ini juga harus disampaikan. Awalnya pikirku nggak ada hubungannya, nggak perlu aku ceritakan juga, lagian aku memang nggak cerita ke Bian. Dia cuman nanya nama-nama anggota dan aku memberitahu dia. Dia nggak nanya soal Panji, atau detail lain tentang anggota lain. Jadi ya, aku menceritakan ke kalian inti masalah The Bookish Club aja. Setelah kita ketemu, hari itu juga aku langsung kontak anggota The Bookish Club. Satu-satunya cara cuman lewat Instagram, itu juga cuman beberapa orang yang bisa aku temukan akunnya. Mereka jelas nggak mau bicara, message-ku di Instagram nggak dibalas sama sekali, beberapa ngebalas dengan penolakan, nggak mau lagi bahas masa lalu. Mereka kompak mengisolasi diri dari anak-anak Kencana. Nggak ada yang tahu alamat mereka atau tempat kuliah mereka." Bang Rengga meneguk lagi gelasnya dan menyisakan kurang dari seperempat. Dalam waktu kurang dari sepuluh detik, Dora sudah kembali membawa kotak kemasan dari minuman itu. Jelas, peran Bang Rengga memang banyak ngomong di sini.

THE BOOKISH CLUB [COMPLETE ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang