Rengga duduk termenung di jok mobil. Kemudi tercengkram kuat dalam telapak tangannya. Dia tidak ingin mempercayai ini walaupun Odithea Wastari membeberkan penemuannya, analisisnya, deduksinya lalu berakhir pada satu kesimpulan yang memang terdengar masuk akal dan sangat jelas. Sempat tadi pagi dengan setengah hati dia mengikuti rencana tiga bocah SMA itu. Dan kali ini rangkaian rencana itu akan kacau jika masih dilakukan setengah hati karena pemaparan Odithea Wastari semalam bukan hanya dugaan semata, tapi telah menjelma menjadi fakta. Rengga melihat sendiri tiga anggota klub The Bookish Club datang dengan sangat hati-hati, memasuki villa itu yang disambut dingin oleh Alan.
Rengga tak kuasa mengatakan pada dirinya sendiri bahwa di dalam sana mereka sedang merencanakan sesuatu yang buruk. Mereka yang dikenalnya dulu adalah gerombolan murid yang tak kenal lelah menyuarakan semangat membaca. Mereka yang dikenalnya dulu adalah gerombolan murid yang selalu menebarkan hal positif. Mereka benar-benar melakukan itu? Penjualan ebook ilegal? Rengga nyaris memekik kencang setiap memikirkan itu. Kejahatan itu jelas mencoreng kerja keras anggota klub itu selama ini. Kini sudah jelas alasan Brama memilih tak lagi bersinggungan hidup dengan mereka.
Kepalanya didaratkan cukup kencang ke sandaran kepala jok. Deduksi Thea semalam sukses menahan kantuknya, dan sekarang benaknya dengan lancang menghadirkan kembali diskusi mereka semalam.
"Lo tahu pelakunya, The?" tanya Dora terkesiap. Dia memajukan tubuhnya, mendesak Thea tidak lagi memainkan teka-teki seperti di markas baca tadi.
"Seseorang di Kencana?" Rengga mencondongkan tubuh.
Thea mengangguk. Menahan dirinya sejenak untuk memastikan semuanya terjalin dengan benar, lalu mulai memaparkan hasil dari kerja otaknya. "Sebelumnya aku mau minta maaf ke Bang Rengga yang begitu menyanjung The Bookish Club. Tapi mereka telah melakukan tindakan ilegal selama ini dan itu penyebab Brama memilih mengakhiri hidupnya."
Rengga enggan menyela meskipun Thea memberinya kesempatan. Dia hanya menggerakan dagu, meminta Thea meneruskan dan menjelaskan maksud perkataannya. "Mereka, kecuali Panji melakukan penjualan ebook ilegal." Thea mengeluarkan novel The Houses yang langsung terbuka ke sebuah halaman. Kertas terpajang di atas halaman itu. Semburan kenangan akan pencapaian novel itu menerjang benak Rengga, menumbuhkan ketidaksetujuan yang mendalam atas tuduhan Thea. "Ini adalah screenshot dari website penjualan ebook yang dikelola mereka. Lihat, sudah banyak iklan seperti ini pasti pengunjungnya banyak dan penghasilannya besar. Mereka menjual lima ribu rupiah untuk satu novel ebook yang dibuat susah payah oleh para penulis. Jelas, sama saja mereka melecehkan kerja keras para penulis. Termasuk kerja keras Brama."
"Kenapa muka Brama nggak dirusak dalam foto itu? Gue yakin dia nggak akan mungkin ngelakuin perbuatan itu." Dora berkomentar, mengingatkan Thea dengan nasib akhir Brama. Rusaknya muka Panji di foto itu sudah jelas mengantarkan mereka ke kesimpulan bahwa Panji adalah sumber masalah The Bookish Club selama ini. Bukannya itu yang dikatakan Thea beberapa jam lalu? Meskipun ada cerita lain tentang Panji yang terluka, hal itu tidak mengurangi tingkat kecurigaan Dora terhadapnya. Langkah nekat Barry meminta bantuan Ramos demi mendapat informasi tentang Panji, tingkah Bondi yang berapi-api setiap telinganya bersinggungan dengan The Bookish Club menjadi dasar Dora untuk mendakwa Panji.
Merasakan tatapan tak mengerti dari kakak-adik itu, Dora menjelaskan penemuan mereka di ruang tersembunyi di balik rak. Kakak-Adik itu memang sudah melihat foto itu, tapi belum mendapat penjelasan lanjut. Respon Rengga yang paling kentara, hingga dia menganga beberapa detik mendengar sebuah ruangan rahasia di perpustakaan itu. The Bookish Club benar-benar menyembunyikannya dengan rapi selama mereka beraktivitas di sana.
Namun, Thea mempunyai kesimpulan lain. Terlukanya Panji cukup gampang diartikan. Ada hal lain juga yang terlupakan, satu dari lima SMS yang mengarah ke tersangka. Thea gatal menyinggung itu, tapi dia harus mengurutkan analisisnya agar mudah dimengerti oleh pendengarnya yang memuntahkan seluruh perhatian kepadanya. "Dugaan gue, Panji yang ngerusak sendiri foto itu. Dia merasa nggak pantas masuk ke klub itu yang telah mencoreng dunia literasi. Penjualan ebook ilegal, memperbanyak buku tanpa izin sama saja merusak nama penulis yang berarti mencoreng dunia literasi. Maka dia memutuskan bahwa dia bukan bagian dari The Bookish Club. Dan masalah Brama, gue menduga mungkin dia terlibat juga di dalamnya, tapi kemudian tersadar akan perbuatannya. Dan merasa yang dilakukan di sekolahnya penuh kemunafikan maka dia memilih mengakhirinya sendiri. Untuk memastikan hal itu kita harus tanya ke Panji."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BOOKISH CLUB [COMPLETE ✔]
Misteri / ThrillerLima murid hilang. Terakhir kali terlihat masuk ke perpustakaan. Terakhir kali aktivitas mereka rupanya mendirikan kembali The Bookish Club. Terakhir kali, dua tahun lalu ketua The Bookish Club bunuh diri.