Kedua tangan Thea sudah sangat gatal membuka tutup kotak makannya. Di balik itu tersedia kenikmatan teri balado dan omelet yang diracik sendiri pagi-pagi tadi. Kantin SMA Kencana sangat tidak memungkinkan menampung semua muridnya yang kelaparan. Dan Thea tidak ingin menjadi bagian yang harus berdesak-desakan ngantri, menunggu pesanannya datang hingga nyaris bel akan berbunyi, bersikut ria di meja kantin dengan makhluk-makhluk kelaparan. Maka, semenjak kelas X setelah dalam seminggu pertama sekolah merasakaan penderitaan di kantin, Thea memutuskan bangun lebih pagi, menyiapkan sarapan sesuai seleranya. Tentu, lebih menyehatkan dan hemat.
Kerongkongannya sudah basah oleh air mineral yang dibekal juga, kemudian dilanjutkan oleh kenikmatan perpaduan bumbu balado dengan omelet. Thea menikmati kesendirian di mejanya, walaupun ada juga beberapa teman kelas yang membawa bekal dan memilih berkerumun di meja yang disusun berdekatan. Makan sambil ngobrol ngaler-ngidul bukan gaya Thea. Dia ingin fokus menikmati kerja kerasnya setiap pagi.
Berharap dapat menyuapkan teri dengan lahap dan tenang hingga akhir, Thea justru harus kedatangan makhluk yang sangat tidak diharapkannya di jam istirahat."Thea!" Dora melangkah riang. Lagi-lagi gayanya seperti menjadi teman yang selalu ada saat suka dan duka. Padahal "kedekatan" mereka hanya berlangsung satu jam kemarin.
"Kita interogasi Tiar sekarang." Dora duduk di depan Thea—tepatnya di bangku Abian. Setiap kelas di SMA Kencana menyediakan meja ukuran single—sehingga tidak ada istilah teman sebangku, karena siswa di SMA Kencana tidak sebanyak sekolah swasta lainnya. Hal yang paling disukai Thea.
Tatapan Dora mendarat di kotak makan berwarna abu yang berisi sajian mengugah selera. "Lo bekel? bikin sendiri?" Dora lebih dalam melirik kotak makan itu sambil tanpa sadar menelan ludah. Perutnya mendadak berbunyi nyaring yang mengundang tatapan awas dari Thea.
"Enak banget kayaknya. Seumur-umur gue cuman satu atau dua kali bawa bekel, itu juga terpaksa karena nyokap mangkas uang jajan."
Thea menarik kotak makannya seperti anak kecil yang tidak ingin kehilangan mainannya. "Gue lagi makan," tandas Thea sekaligus jawaban penolakan dari ajakan Dora.
"Keburu masuk." Dora sudah menjauhkan matanya dari kotak makan.
"Nanti pulang sekolah juga bisa."
"Tiarnya nggak bisa," ucap Dora lesuh. "Kalau ditunda lagi gue makin khawatir sama Bian."
Suara nyaring itu terdengar lagi. Sepasang mata mereka langsung tertuju ke arah perut Dora.
Dora nyengir. "Gue belum makan. Makanya tadi mau ngajak lo ke kantin sekalian ketemua Tiar."
Thea mengernyit. Mendengar kata "kantin" dan membayangkan tempat itu membuatnya bergidik. Tempat paling menyeramkan dan paling tidak nyaman di sekolah. Tentu hanya bagi Thea.
"Yuk bawa aja kotak makannya ke sana. Keburu gue malah makan tuh masakan lo."
Thea tentu tak terima. Sajian lezat ini tak akan bisa dimakan di tempat sumpek itu. Maka, Thea lebih memilih menutup kotak makannya dan memasukkanya kembali ke loker meja. Ini salahnya juga karena sudah bersepakat untuk menginterogasi Tiar hari ini. Ya, maksudnya kan bukan saat jam istirahat. Jam pulang sekolah malah lebih leluasa untuk nanya ini-itu.
Tanpa omongan, Thea langsung berdiri dan Dora di belakangnya bersorak riang. Yes! Si cewek jutek berhasil menurutinya.
"Cepet! Ntar keburu masuk," omel Thea karena Dora belum beranjak dari tempatnya—tepatnya dari bangku Abian.
Hmm..melihat bangku Abian membuatnya sedikit...kangen? Ah..entahlah apa ini yang namanya kangen? Lalu melihat Dora—sang pacar—duduk di bangku pacarnya, menimbulkan rasa sesak di dada. Cemburu? Ah..entahlah, apa ini yang namanya cemburu? Tapi yang jelas melihat bangku kosong Abian semakin meningkatkan kekhawatirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BOOKISH CLUB [COMPLETE ✔]
Misterio / SuspensoLima murid hilang. Terakhir kali terlihat masuk ke perpustakaan. Terakhir kali aktivitas mereka rupanya mendirikan kembali The Bookish Club. Terakhir kali, dua tahun lalu ketua The Bookish Club bunuh diri.