Dora mengerem langkahnya, bukan karena ambang pintu perpustakaan yang sudah mendekat tapi melihat Kak Naya muncul dari perpustakaan dan berjalan ke arahnya. Masih tersimpan rapi di memori tentang informasi yang diberikan Wati.
"Hai, Dora," sapa Kak Naya ramah, yang dibalas Dora dengan senyuman kikuk. Sementara benaknya masih mengolah hubungan Kak Naya dengan Danish, saat itu pula Kak Naya malah menyapanya. "Mau ketemu Thea?"
"Eh..iya, Kak. Thea di dalam, kan?"
Kak Naya sedikit memajukan kepala, mulai berbicara dengan nada rendah. "Dia ada tambahan teman baru. Kakak senang, dia berubah sekarang."
Dora mengerjap bingung. Tambahan teman baru? Dia hanya mengangguk, menampilkan wajah ikut senang. Setelah basa-basi lainnya, Kak Naya pun beranjak pergi untuk mengisi perutnya. Dora cepat melangkah ke dalam, beruntung perpustakaan sepi pengunjung berarti dia bisa leluasa membicarakan penemuannya. Tapi, tunggu. Siapa tambahan teman baru itu?
Jawabannya membuat Dora terenyak, lekas melangkah lebar-lebar menuju meja baca yang telah dihuni Thea dan si tambahan teman baru.
Citra duduk manis di samping Thea. Dia menoleh ke arahnya sambil melambaikan tangan rendah, lalu kembali sibuk mengerjakan sesuatu dalam buku catatannya. Dora duduk di depan Thea, menggerak-gerakan kepalanya ke arah Citra dengan raut meminta penjelasan.
Thea hanya mengangkat kedua bahunya, lalu Citra memanggilnya dengan suara manis nan lembut. Entah Dora harusnya lega atau khawatir. Bahkan Dora sampai bergidik, karena pernah mendengar bagaimana cempreng dan tingginya suara penuh amarah cewek itu saat menggenjot teman sekelasnya di parkiran gara-gara mendekati Tiar.
Thea membantu Citra memecahkan soal matematika, berusaha sabar karena Citra masih terus menggelengkan kepala tak mengerti. Telah mengenal Thea cukup lama, walaupun baru dekat sekarang, Dora tahu tetangganya itu menahan amarah di balik suara sabarnya. Ada apa ini?
"Citra, apa sebenarnya rencana lo?" tanya Dora penuh selidik.
Yang ditanya menampilkan tampang penuh tanya, sok imut, yang gatal sekali ingin dibilas. "Aku pengen bertanding sehat sama Kak Thea. Tenang, Kak Thea aman ko," jawabanya santai, tahu maksud dari tatapan selidik Dora.
"Apa sih lo, Ra?" Thea menanggapi malas. Dua makhluk di dekatnya ini sangat berlebihan. "Lo nemu sesuatu?" sambungnya langsung masuk ke topik utama pembicaraan.
"The, kalau dia minta yang aneh-aneh, bilang ke gue. Dia—"
"Dora!" tandas Thea. Dia memajukan buku yang penuh dengan angka ke hadapan Dora. "Nih..nih...gue cuman ngajarin dia matematika."
Citra meleletkan lidahnya, puas. "Aku akan main aman ko, Kak," timpalnya penuh dengan kebahagiaan. Lagi-lago Dora bergidik mendengar nada bicara menggelikan itu.
"Dia tadi bantuin gue nemu ruangan itu. Ya ini balasannya, gue ngajarin dia matematika," jelas Thea meluruskan hal negatif yang sudah memenuhi kepala Dora.
"Nah itu, sebenarnya itu ruangan apa, Kak?" tanya Citra masih dengan nada yang sama.
"Kerjain dulu." Thea menarik buku catatan Citra. Jarinya menunjuk penuh kekesalan terhadap hasil kerja Citra. "Nih..nih..masih salah. Beresin dulu, jawabannya harus bener, baru gue kasih tahu."
"Nggak masalah nih?" Dora melirik Citra yang semoga benar-benar sibuk, tidak berusaha menguping. Walaupun kecil kemungkinan, tapi semoga fokusnya benar-benar terlimpah ke catatannya.
"Dia mana peduli sama Cakra, kan?" Thea balik bertanya, yang langsung dibenarkan Dora.
"Dan pasti nggak tahu juga Danish itu yang mana." Dora menambahi, kemudian setelah mengecek sekeliling ruangan termasuk bagian depan, yang untungnya kosong, Dora mulai membeberkan penemuannya. Di tengah ceritanya, menyempatkan diri melirik-lirik Citra yang memang sangat tekun bahkan kepalanya nyaris tenggelam ke buku catatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE BOOKISH CLUB [COMPLETE ✔]
Mystery / ThrillerLima murid hilang. Terakhir kali terlihat masuk ke perpustakaan. Terakhir kali aktivitas mereka rupanya mendirikan kembali The Bookish Club. Terakhir kali, dua tahun lalu ketua The Bookish Club bunuh diri.