BAGIAN 21

171 45 2
                                    

Tiar berharap dirinya bisa menyatu dengan dinding. Dia terus menempel, menempel, hingga tinggal menunggu tubuhnya di ujung tanduk lalu jatuh ke pinggir lapangan. Pak Sam—sang guru Kimia baru saja melewatinya yang sedang menyembunyikan diri di belakang pilar di belokan koridor. Ini adalah kali pertama bolos pelajaran Kimia yang dipastikan remedial sudah menantinya karena materi yang diajarkan hari ini masuk menjadi bahan ulangan. Rasanya dia baru saja bertekad agar bisa lolos ulangan Kimia selanjutnya, tapi kekhawatiran terhadap Abian menggeser tekadnya. Pokoknya dia akan menagih, menuntut Abian mengajarinya Kimia sampai ulangan semester.

Tiar keluar dari tempat persembunyiannya yang sangat rawan itu, menghembuskan napas setelah menahannya mati-matian. Dengan mata awas dia bergerak cepat menuruni tangga, menjatuhkan langkah di koridor lantai satu. Setelah dirasa aman, para guru sibuk mengajar di kelas masing-masing, Tiar berjalan dengan wajar saat melewati deretan kelas. Bila dia mengendap-ngendap, membungkukan badan untuk menghindari pantulan dirinya dari jendela kelas, justru mengundang rasa ingin tahu orang yang melihatnya. Sebentar lagi dia sampai di perempatan koridor yang jarang dilalui murid. Koridor paling ujung dan suram, dengan berdirinya ruangan yang jarang tersentuh para murid. Gudang sekolah berada di sebelah kanan perempatan, menjorok ke dalam suasana penuh kegelapan. Sedangkan laboratorium berderat di sebelah kiri perempatan dengan keadaan cahaya matahari yang jarang menyentuhnya. Lantai di koridor deretan laboratorium lebih rendah dari koridor di sekitarnya, hal itu semakin menambah kengerian. Sedangkan perpustakaan tepat di koridor yang kini sejajar dengan Tiar. Di paling ujung kanan, berdiri dua pintu besar jadul yang rautnya persis gerbang sekolah. Tidak menguarkan gairah semangat membaca.

Tepat di tengah perempatan, Tiar memilih ke kana, tenggelam dalam gelapnya koridor gudang saat melihat objek pengamatannya hari ini melangkah lebar-lebar, sangat buru-buru menuju koridor laboratorium. Laboratorium adalah tempat paling tepat untuk melancarakan aktivitas mencurigakan. Orang itu berbelok, masuk ke laboratorium. Tiar tetap awas dan dengan tampang wajar mengikuti, berhenti di samping jendela, telinga disiapkan agar jernih mendengar isi bentakan orang itu ke seseorang di telepon. Perlahan tapi pasti dia arahkan senjata mematikannya untuk mendapat bukti ini.

Tangan orang itu bergerak-gerak gelisah, menyugar bagian depan rambutnya yang tertarik kencang karena diikat. Bentakannya semakin menajam, meninggi, yang efeknya mampu menggucangkan tubuh Tiar. Kalimat terakhir, titahan terakhir yang sepertinya sukses menutup mulut di seberang telepon itu membuat Tiar nyaris memekik.

Gila! Batinnya.

***

Sejujurnya Tiar ragu dengan aksinya ini. Maksudnya dengan pembagian tugasnya. Dia membututi orang itu di sekolah, tempat yang rawan untuk berkeliaran selain di jam istirahat. Namun, setelah dipikir-pikir lagi, pembagian ini memang tepat. Dora harus memainkan perannya, tinggal menunggu waktu istirahat saja untuk semakin mengasah. Sedangkan Thea. Tiar menyunggingkan senyum di tengah kegelapan koridor gudang. Lima menit yang lalu dia buru-buru membalikkan badan saat orang itu tampak selesai dengan bentakannya dan Tiar rasa bukti ini cukup. Tidak ada pilihan lain karena melihat seorang guru datang dari koridor lain, maka Tiar terpaksa masuk kembali dalam kegelapan.

Oh ya, Thea. Cewek itu akan memainkan aksinya di perpustakaan. Tiar semakin melebarkan bibirnya saat mengingat kejadian pagi tadi di koridor depan. Dengan wajah setengah ngantuk, cewek itu tetap menggemaskan dan membuat Ramos kesal setengah mati.

Getar ponsel merambat ke tubuhnya, menjalari tubuhnya yang ikut bergetar saking kagetnya. Walaupun isi pesan WhatsApp itu tidak cocok diberi respon senyuman, bibirnya masih memamerkan senyuman saat dia keluar dari persembunyian. Harusnya aksinya ini menegangkan, sangat riskan dipergoki guru, tapi pesan dari Thea menutup kekhawatirannya. Dia begitu bersemangat sampai bingung sendiri dan berusaha mengeyahkan perasaan aneh yang pelan-pelan menjalari dada.

THE BOOKISH CLUB [COMPLETE ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang