BAGIAN 1

668 78 2
                                    

Belum sampai satu lembar pun Thea menikmati kisah Detektif Cormoran Strike dalam The Cuckoo's Calling-nya Robert Galbraith, untuk kedua kalinya terpaksa dia harus menutup sesaat novel tebal itu lalu mendongakkan kepala dengan malas. Lenyap sudah hasratnya membaca seri Cormoran Strike yang telah direncanakannya jauh-jauh hari semenjak novel-novel itu disumbangkan  para alumni ke perpustakaan SMA Kencana sebulan lalu. Dia harap-harap cemas novel incarannya itu berpindah tangan ke murid lain, dikembalikan entah kapan, lalu ujungnya hilang. Kejadian "biasa" yang menjadi kebiasaan para murid. Thea tak henti mendatangi para murid yang menghilangkan buku perpustakaan. Mereka berjanji. Beberapa murid hanya mengubar janji, tapi tak sedikit yang memenuhinya. Thea tak berhenti menebarkan teror bila mereka hanya banyak omong.

Akhirnya setelah melalui tumpukan tugas, rentetan ulangan hampir di setiap minggu, Thea bisa memenuhi hasratnya membaca seri terkenal itu. Kemudian, kini saat dirinya berhasil meminjam seri Cormoran Strike, keadaan tidak mendukungnya dengan baik. Awalnya berjalan dengan mulus karena para guru sedang sibuk rapat persiapan UN, artinya Thea punya lebih banyak waktu. Namun, Kinan meminta—memohon sebenarnya dengan muka memelas—untuk diajari soal fisika. Maka, Thea memutuskan menutup dan menggeserkan kisah Cormoran Strike. Belum sampai 5 menit kembali terhanyut dalam kisah yang memasuki paragraf kedua, Puti menghampirinya—lagi-lagi dengan wajah memohon—lalu duduk di bangku di depannya.

Bangku Abian yang dua hari ini kosong. Ke mana dia? Thea bertanya-tanya dalam hatinya.

"Thea, gue ada ulangan susulan dari Pak Andi. Gue kira nggak bakal jadi, makanya gue sanggup gantiin Handi buat jaga perpustakaan, tapi tadi Pak Ramos manggil gue," pinta Puti dengan senyuman malunya, lalu sedikit menundukkan pandangannya karena tatapan Thea cukup menusuk dan membuatnya tidak nyaman. Jelas sekali Thea ogah menerima, tapi Puti terus mencoba. "Tolong gantiin gue, bisa nggak? Yang lain nggak mau, sibuk nonton film lah, ngerjain PR, ada yang ulangan susulan juga—," ucapannya langsung terpotong saat melihat raut Thea yang memikirkan ulang tawarannya.

"Oke. Gue mau!" Thea langsung bangkit dan hanya menganggukan kepala saat Puti menghujaminya dengan ucapan terima kasih. Walaupun Thea suka membaca buku, bukan berarti tempat favoritnya harus selalu perpustakaan. Dia bisa membaca di mana pun, seperti hari ini mood­­ nya sedang bersemangat karena bisa membaca buku incarannya dan memutuskan bangkunya di kelas sebagai ruang baca. Temannya tidak akan menganggu. Tidak akan mengajak mengobrol, dan mereka menghargai Thea yang ingin sendiri membaca. Pengecualian dengan Kinan yang terpaksa harus mengganggu waktu Thea demi lancarnya remedial fisika besok. 

Dan sekarang gangguan muncul lagi dan perpustakaan menjadi pilihan terakhir. Sebenarnya, akhir-akhir ini Thea agak bosan di sana. Kegiatannya yaitu berdesis memperingatkan agar tidak ribut, mendata murid-murid yang belum mengembalikan buku, menata buku-buku berantakan di meja. Kegiatan lainnya yang jarang yaitu mencatat dan memberi nomor untuk buku-buku baru lalu menatanya di rak buku yang sebenarnya sudah sangat padat. Perpustakaan butuh rak baru dan sekolah masih berpikir panjang menerima permintaan itu.

Menjadi petugas perpustakaan adalah pilihan terakhirnya daripada lembar kegiatan non akademiknya kosong, atau malah harus berisi kegiatan ekskul yang tidak cocok sama sekali dengannya. Sebenarnya, hari ini dia sedang malas menuju tempat paling adem itu. Apalagi harus bertemu gerombolan kelas XII yang sok belajar persiapan UN, padahal hanya bergosip ria dan memamerkannya di instagram agar mendapat cap murid rajin dari followers. Thea muak melihat mereka, tapi kini terpaksa demi menuntaskan satu lembar yang belum kelar ini.

"Sorry." Langkah tergesa Dora langsung terhenti saat melihat Thea yang menjadi korban tubrukannya. Thea masih berdiri di tempat, mengusap-ngusap lengannya yang tergores. Dia meringis perih sambil menatap kesal Dora. 

"Eh..Thea." Dia mendekat. "Sebagai tetangga yang baik, dan teman kelas tetangga yang baik gue minta maaf karena gantungan ini...," Dora meringis kesal menatap sesaat gantungan dari waist bag-nya yang terpasang di depan dada. "Gue pengen berteman baik dengan lo, semoga masalah ini nggak diperpanjang, dan lo tetap mau...ada keinginan untuk berteman sama gue," ucapan Dora menelusup kencang ke telinga Thea, tidak diolah benaknya, langsung pergi begitu saja karena Thea tidak peduli dengan makhluk menyebalkan dan sok akrab itu.

THE BOOKISH CLUB [COMPLETE ✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang