Chapter 17

82 11 1
                                    

Perpisahan?

"Selamat tinggal, sampai jumpa lagi. Untuk saat ini, kau masih tetap hidup di hatiku."

●●●●●

"Emang siapa ceweknya?"

"Temennya Meylan sendiri," jawab Putra tanpa menoleh ke arah Febri.

"Masa sih?" Febri tak percaya. Dia memasang raut wajah kagetnya.

"Iya Feb,"

"Masa Nissa suka ke lo? Hih rendah banget seleranya," ledek Febri

"Dasar lo ya! Lo pikir gue rendahan?" Ucap Putra dengan suara meninggi dan menghentikan langkahnya, memandang Febri. Febri juga ikut menghentikan langkahnya.

"Yaa kan emang kenyataan!" Febri tertawa. "Eh yang bener dong. Masa Nissa sih?"

"Bukan! Yang satunya lagi, yang anaknya agak item," jawab Putra sambil melanjutkan langkahnya.

"Lah, Fitya?"

Putra mengangguk. Febri hanya ber 'oh' ria.

"Heh kalian lagi ngomongin apa sih! Berani ya gak ajak ajak gue?!" Sahut Arya nyolot menghadap ke arah Putra dan Febri sambil berkacak pinggang.

"Apa sih, bukan urusan lo kali," balas Putra. Arya menyipitkan mata.

"Lo masih mau berantem apa mau beli?" Kali ini Rafif membuka suaranya dan berkata pada Arya. "Gue nunggu di tempat biasa." Lanjut Rafif

Arya langsung menghampiri Rafif ketika Rafif melangkah ke arah tempat duduk biasanya.

"Fif, lo mau makan apa? Gue yang traktir!"

"Gue juga ya, Ar!" Balas Febri dan Putra bersamaan.

"Gue, Ar!" Sahut teman teman yang mendengar perkataan Arya tadi.

"Okeh mana uangnya?" Arya malah bertanya balik. Putra menepuk jidatnya. Febri mengelus elus pundak Putra. Sedangkan Rafif hanya tertawa.

"Lo mau makan apa?" Arya masih bertanya pada Rafif

Rafif tersenyum lebar, "Cilot sama permen aja,"

"Cuma itu?" Tanya Arya memastikan. Rafif mengangguk dengan senyum yang masih mengembang diwajahnya.

"Okeey! Tunggu bos!" Arya langsung menuju ke kantin.

Di sebrang sana, Meylan memandang segerombol teman teman Rafif dengan Nissa di depan kelasnya sambil duduk di bangku. Meylan juga melamun setelah melihat senyum manis yang ada di wajah Rafif.

"Heh, lo gak mau ngehampirin kak Rafif?" Tanya Nissa yang juga menatap Rafif. Tak ada jawaban dari Meylan.

"Mey?" Kali ini Nissa menoleh ke arah Meylan. "Meylan!" Panggil Nissa keras dengan suara nyaringnya.

Meylan sangat terkejut. Dia menatap Nissa dengan tatapan penuh pertanyaan.

"Apa sih?"

"Kak Rafif sakit tuh, lo gak jengukin?" Ucap Nissa lagi

Meylan mengalihkan pandangannya ke bawah, "Gimana ya? Gue malu,"

"Yaelah, harus berani dong. Kalo gini aja masih gak berani, gimana bisa jadi pacarnya nanti?" Oceh Nissa

"Lo gampang tinggal omong doang! Coba lo lakuin. Gimana rasanya jadi Meylan,"

Nissa menahan tawanya, dia sebenarnya pasti juga akan sama dengan Meylan. Malu. Dia kan kakak kelas, nanti kalau ada salah dikit terus di ejek malunya minta ampun.

MEYLAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang