FULL COGAN
"Seribu yang datang, tak akan pernah sama dengan satu yang pergi."
●●●●Pukul 10:50 WIB.
Aku duduk di bangku depan bersebelahan dengan Lia sambil mendengarkan penjelasan yang diberikan Guru dengan mencoret coret papan tulis. Mataku terasa berat, aku pun bertopang dagu dan wajahku terlihat malas.
Di bangku belakang terdengar suara bising. Hal itu membuatku sadar dan kembali fokus, namun Pak Guru malah diam dan menatap murid yang ada di bangku belakang itu.
"Kalian yang diam atau saya yang keluar?!" Ucap Pak Guru tegas. Beliau tidak suka jika tidak ada yang memperhatikan pelajaran Bahasa Inggrisnya, aku memang sedikit ngantuk sih kalau di pelajaran ini. Tapi untunglah Pak Guru tidak melihatku.
"Hey kalian diam dong," lirih sebagian cewek pada bangku belakang itu. Mereka pun langsung diam dan memperhatikan Pak Guru lagi.
"I want you to have a dialogue with your seatmate, like in the page package book 80." Titah Pak Guru dengan nada bahasa inggrisnya. "Write in your notebooks."
Ada sebagian yang mengerti ucapannya, dan sebagian lagi tak mengerti. Terlihat jelas diwajah teman teman yang pucat dan mengernyit. Tapi untunglah aku mengerti apa yang dimaksud oleh Pak Guru.
"Nah, nanti kalau sudah selesai dikumpulkan di meja saya. Saya ada urusan sebentar sama kepala sekolah," tambah Pak Guru lagi yang di-iya kan oleh para penghuni kelas.
Pak Guru pun keluar kelas dengan buku bukunya.
"Woy yang bisa ini, gue contek dong!" celetuk Andre, murid paling nakal di kelas.
"Kerjain sendiri napa! Ngerepotin orang aja, nggak mau usaha sendiri." balas Audri tajam.
"Weh ngapain lu? Kalo gak mau nyontekin gue yasudah, jangan bacot mulu lo," kata Andre sambil menunjuk nunjuk ke arah Audri.
"Heh, sekali lagi kalian rame, gue bobot semua." ujar Lia. Kini yang semula ramai mendadak menjadi hening dan mengerjakan tugasnya masing masing. Meski masih ada yang bergeming.
Kringgg
Bel istirahat berbunyi. Tugasku dan murid yang aktif lainnya sudah selesai, lalu kami pun menuju ke ruang guru dan mengumpulkannya di meja Pak Guru. Setelah itu kami keluar dan berhenti di depan kamar mandi.
"Ayo, mau kemana lagi?" tanyaku
"Kantin?" ajak Fitya
"Lia, ikut nggak?" tanyaku dan Fitya bersamaan
"Nggak deh, gue masih kenyang. Kalian bertiga aja,"
"Okedeh."
Aku, Fitya dan Nissa melangkah menuju ke kantin. Tapi, tiba tiba ada yang memanggil namaku dari arah kiri, di perpustakaan.
"Eh, Meylan!"
Aku refleks menoleh dan sedikit melebarkan mataku. Lalu aku melihat Kak Febri bertanya, "Ngapain lo panggil dia?"
Aku tak bisa menggerakkan bibirku saat itu karena Kak Rafif juga menatapku. Tapi mataku juga bergantian menatap ke arah Kak Arya dengan kerutan di dahiku.
"Eh gak jadi, Mey. Sorry iseng," jawab Arya terkekeh. "Lo mau ke kantin ya? Gue boleh nitip gak? Bakso satu mangkok dong,"
Plak
Putra memukul kepala Arya sedikit keras dan membuat Arya meringis kesakitan. Tapi Arya juga masih sempat tertawa.
"Paan sih lo malu malu in!" Umpat Putra kesal.

KAMU SEDANG MEMBACA
MEYLAN [COMPLETED]
Non-FictionTRUE STORY Berawal hanya dari seorang 'Adik Kelas' yang seketika hidupnya bisa bahagia hanya karna satu 'Kakak Kelas'. Meylan. Cewek aneh yang terus saja berjuang untuk mendapatkan hati seorang cowok cuek. Dia juga mempunyai banyak masalah dengan te...