-Chapter 18-

83 10 8
                                    

Hai semua pembaca Meylan! Makasih ya udah luangin waktu baca cerita ini. Jangan lupa baca sampai habiss, okey?

SENYUM RAFIF

"Aku lupa, kamu kan juga punya kaki untuk melangkah pergi kapanpun itu."

●●●●

Setelah upacara pelepasan balon dan pembukaan perpisahan, Meylan pergi ke pentas untuk membantu mengatur pensi.

"Zri, udah yuk kita ke stand aja. Disini biar adik kelas aja yang ngatur," ujar Meylan yang tampak kelelahan.

"Ih iya sih, gue capek juga nih." Balas Azri.

Lalu Meylan dan teman seangkatannya yang lain menjelaskan apa yang harus dikerjakan oleh adik kelas OSIS. Kemudian, Meylan kembali ke stand nya.

"Eh udah banyak yang laku?" Tanya Meylan setibanya disana.

"Banyak banget. Gue sampe kewalahan nih," sahut Dewi. "Sini, lo ganti in gue."

Meylan segera berpindah ke posisi Dewi lalu melayani para Kakak kelas yang membeli di stand Meylan itu. Disana kelas Meylan menyediakan tempat kecil untuk duduk dan menikmati pensi. Juga sesuai nama kelasnya 'Angkringan'. Kopi, mie goreng, dan aneka es pun semua lengkap.

Saat stand agak sepi, Meylan duduk di tempat kecil itu bersama Fitya, Nissa, dan teman teman lain.

"Mey, Kak Rafif sama Kak Putra dimana ya kok gak keliatan?" Bisik Fitya. Lalu Meylan pun berdiri dan mengedarkan pandangannya di lapangan. Meylan pun duduk lagi.

"Iya ih, gak keliatan."

"Cari gih,"

"Hee ogah! Lo aja sono,"

Fitya pun berniat mencari. Namun, Devi terlihat panik menghampiri Meylan dan yang lain.

"Woy air panas nya abis! Cepetan ambil lagi ke kantin!" Teriak Devi sambil memegang gunting dan gelas yang berisi kopi di kedua tangannya.

Meylan segera bangkit, lalu di ikuti Nissa. "Gue ikut, Mey."

Kemudian Meylan mengambil dua termos dan berlari ke kantin. Fitya juga mengikutinya dari belakang. Sesampainya di kantin, Meylan dan Nissa meminta ibu kantin untuk memasakkan airnya.

"Gue panggil-panggil pada gak noleh, dasar!" Umpat Fitya sambil mengatur napasnya

"Eh? Kita gak tau, Fit. Maaf ya gak denger," jawab Nissa.

"Tauk ah, mana Kak Rafif sama Kak Putra juga gak keliatan lagi. Dasar, tuh orang apa setan sih?" Kata Fitya sedikit keras, Meylan dan Nissa melongo melebarkan matanya.

Fitya mengerutkan dahi. "Apa sih!" Mata Meylan dan Nissa masih terpaku sehingga membuat Fitya mengikuti arah pandangnya. Fitya terkejut bukan main.

"Eh Kak maaf! Nggak bermaksud!" Ucap Fitya lalu refleks menutup mulutnya.

Iya, tak disangka memang. Rafif dan ketiga temannya ada di dalam kantin itu. Duduk santai sambil makan jajan. Namun, mereka pura pura tak peduli. Tapi sorot matanya menatap tajam ke arah Meylan, Nissa, dan Fitya.

Mereka bertiga salah tingkah lalu menghadap ke belakang. "Mati gue." Bisik Fitya.

"Lo bego." Ucap Meylan dan Nissa bersamaan.

"Meylan ... ini air nya sudah," kata ibu kantin lalu menyodorkan dua termos itu. Meylan mengangguk dan berterimakasih.

"Oh ya kak, mampir ke stand ku ya!" Kata Nissa yang sepertinya berbicara pada Febri. "Oke." Jawabnya.

MEYLAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang