-Chapter 19-

84 11 2
                                    

PERTEMUAN TERAKHIR

●●●●

-Meylan-

Hari perpisahan telah usai. Kini hari biasa pun datang. Keseharianku di hari libur seperti biasa, jadi tidak usah di tanyakan lagi heheheheheheheheh

Aku termasuk cewek yang gak suka keluar rumah, jadi kalau ada hari libur pun aku tak pernah keluar rumah meski aku diajak keluar sama Lia dan Fitya.

Aku kini datang ke sekolah dengan seragam biru putih lengkap, tas oranye, dan rambut panjang yang terurai dengan bandana pink, sudah menjadi kebiasaanku tampil seperti itu.

Aku menatap lesu ketika melihat lorong kelas IX. Sepi. Tak ada penghuni. Aku pun mencepatkan langkah menuju ke kelas. Sampai di depan perpustakaan, aku berhenti dan merasa heran.

"Loh, kok ada Kakak kelas IX A?" Lirihku yang melihat wajah wajah kakak kelas itu. Lalu aku melihat ada selembar kertas putih yang menempel di dinding perpustakaan.

"Oh, jadwal pengembalian buku. Ah! Nanti Kak Rafif jam sebelas?!" Teriakku lalu refleks menutup mulutnya. Sekejap, aku menoleh pada gerombolan kakak kelas yang akan mengembalikan buku itu. Tentu saja mereka menatapku dengan bingung, aku hanya tersenyum canggung lalu menoleh ke arah kertas itu tadi.

"Nggak kurang siang apa?" Aku berhembus pelan. "Untung aku pulangnya jam setengah satu."

Dan beruntungnya, hari ini tak ada upacara. Terlihat, tak ada satupun anak yang berbaris di lapangan. Aku bersyukur, tetapi juga ada keinginan pengen upacara, biar bisa ketemu Kak Rafif. Tapi dia sekarang nggak sekolah.

Saat aku masih melamun melihat selembar kertas itu, tiba tiba ada yang menepuk pundakku dari belakang.

"Hey!"

"Astaugfirullah!" Ucapku yang sangat terkejut. Aku refleks membalikkan badan dan langsung mendongakkan kepalaku untuk melihat wajahnya.

"Ih, Kak Wildan apaan sih! Kaget tauk!"

Wildan tertawa. "Lo ngapain disini?"

"Gak liat apa?" Balasku tajam dan menunjuk selembar kertas yang tertempel itu.

"Ohh..." Kata Wildan memberi jeda. "Basa basi doang gue, Mey!"

Aku terkekeh pelan. "Oh ya Kak, ngembaliin buku ya?"

"Gak liat?" Jawab Wildan yang meniru tingkahku tadi lalu mengangkat beberapa buku yang ia taruh di lantai. Wajahnya tersenyum miring seperti tatapan mengejek.

"Nyebelin banget sih," ucapku sambil memajukan bibir

Lagi lagi Kak Wildan tertawa. Kenapa sih emangnya? Padahal gak lucu sama sekali!

"Kakak sekolahnya sampai kapan disini?" Tanyaku yang ingin tau

"Yaelah, gue udah lulus. Ini cuma mau ngembaliin buku doang kesini."

"Berarti nggak bakal balik lagi, dong?"

"Nggaklah, ngapain juga kelas IX disini? Bikin ribet nanti,"

Ya juga sih. Tapi kenapa hanya sedikit waktunya? Kan aku jadi kesepian, tak ada yang kutatap lagi nanti. Aku juga tak mau beralih ke cowok lain, entah kenapa aku merasa terpaku hanya untuk kak Rafif.  Padahal kita jarang sekali bertemu dan mengobrol bersama. Memang, mungkin aku terlalu bucin, tapi aku tak seperti cewek lainnya yang berusaha mati matian mengambil hatinya.

Tapi tak semudah itu juga bertemu sapa dengan Rafif. Dia memang cuek, tapi dia sangat peduli. Itu sih, menurutku.

"Yaudah deh Kak, gue balik ke kelas ya?" Tanpa basa basi, aku langsung menuju ke kelas.

MEYLAN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang