Chapter III

10.1K 703 9
                                    

   Hidup  di tengah-tengah hutan membuat Mu Feng terkadang mengeluh, hidup yang hanya mengandalkan makanan dari tumbuhan disekitar rumah kecil itu.

Rumah yang terbuat dari kayu namun asri karena setiap hari Mu Feng selalu membersihkannya.

S

eperti sekarang, Mu Feng sedang mengenakan caping yang terbuat dari bambu untuk melindungi kulit dari sinar matahari, begitupun dengan Jia Yu yang sekarang sedang mengambil tongkat dan sebuah jebakan.

"Kita akan kemana?" tanya Jia Yu.

"Kita akan pergi ke hutan yang di sebelah timur," jawab Mu Feng yang di angguki paham oleh Jia Yu.

Mereka berdua pun berjalan keluar dari rumah untuk pergi ke hutan bagian timur untuk menangkap ikan dan mengambil buah.

Setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, Mu Feng dan Jia Yu telah sampai di tempat yang luas dengan pohon Tao Zi yang lebat, di setiap rantingnya pun terdapat buah Tao Zi yang sudah masak.

Buah Tao Zi merupakan buah musim gugur, yang tak lain adalah buah persik.

Untung saja Mu Feng membawa bambu panjang untuk mengambil buah itu, Mu Feng bertugas meruntuhkan buah ke bawah sedangkan Jia Yu mengambil buah Tao Zi yang jatuh di atas tanah.

Kegiatan itu berhenti ketika Mu Feng mendengar suara bunyi dari perut Jia Yu, Jia Yu yang mendengar pun malu, pipinya merona.

"Ayo kita mencari ikan di sungai," ajak Mu Feng dengan menggendong wadah yang berisi buah Tao Zi, Jia Yu hanya membawa bambu panjang.

Mereka berdua berjalan menuju sungai, Jia Yu bisa mendengar suara riak air yang bergemuruh, tanpa sadar Jia Yu mengelus perut ratanya membayangkan bagaiman ikan bakar itu masuk ke dalam mulutnya, Jia Yu meneguk air liur tak sabar ingin memakan ikan.

"Bagaimana kita akan menangkapnya?" tanya Jia Yu heran ketika Mu Feng sedang mematahkan kayu sehingga runcing.

"Kita akan menggunakan kayu rancing ini Yu'er, ketika ada ikan tancapkan ujung runcing ini ke ikannya," ucap Mu Feng menjelaskan kepada Jia Yu.

Jia Yu mengangguk paham, segera ia mengambil kayu rancing yang di sodorkan oleh Mu Feng, dengan hati-hati Jia Yu masuk ke dalam sungai yang di penuhi batuan.

Mata tajam Jia Yu menelisik air, netra Jia Yu menangkap dua ikan yang terjebak di antara bongkahan batu, dengan hati-hati Jia Yu mendekat, dan dalam satu tancapan ikan itu menyangkut di kayu, Jia Yu bersorak senang Mu Feng yang melihatnya pun mengangguk sembari tertawa kecil.

Ikan yang mereka tangkap sudah lumayan cukup, Mu Feng pun mengajak Jia Yu untuk pulang, sesampainya di rumah yang berada di tengah hutan itu Jia Yu duduk dengan mengelap keringat nya yang mengucur.

Karena lapar Jia Yu mengambil buah Tao Zi, "Uhh, ini sangat enak."

Mu Feng mengangguk, memang buah Tao Zi ini sangat enak.

Setelah menghabiskan satu buah Tao Zi, Jia Yu membersihkan ikan sedangkan Mu Feng sedang menyiapkan bahan bakar.

Guratan orange sudah terlihat, menandakan bahwa hari sudah sore, Mu Feng terlihat sedang menata ikan dan nasi diatas daun pisang sedangkan Jia Yu sedang membersihkan diri di kamar mandi.

"Segarnya," gumam Jia Yu sembari menyisir rambutnya yang panjang dengan sisir dari kayu.

"Yu'er ayo kita makan," panggil Mu Feng, Jia Yu yang sudah selesai mengikat rambutnya pun berjalan menghampiri Mu Feng yang sudah duduk di atas alas.

Mereka bedua makan dengan nikmat, Mu Feng juga membuat teh hijau sebagai minumannya, Jia Yu memejamkan matanya karena perutnya yang kenyang.

"Tidurlah besok kita akan ke pasar untuk menjual buah Tao Zi," ucap Mu Feng yang diangguki oleh Jia Yu, dengan malas Jia Yu bangkit untuk pergi ke kamarnya.

Jia Yu menatap langit-langit kamarnya, bayangan pahit dimana dirinya di bentak oleh Kaisar Liu Ming Hao di hari pernikahan, sekelebat bayangan dimana tuan dan nyonya Liao di eksekusi begitu mengerikan di benak Jia Yu, tak terasa air mata Jia Yu meleleh, isakan kecil terdengar tanpa sadar membawa Jia Yu kedalam alam mimpi.

•••


Pagi-pagi sekali Jia Yu dan Mu Feng bangun mereka berdua berada di belakang rumah, sedang membersihkan buah Tao Zi dengan air.

Bunyi ting ting dari arah depan terdengar, "Yu'er ayo ke depan gerobak sapinya telah datang."

Ini pertama kalinya Jia Yu menaiki gerobak sapi, Mu Feng sedang berbincang dengan sang kusir, mungkin mereka sangat dekat batin Jia Yu.

"Siapa dia? Feng-Feng?" tanya kusir itu dengan melirik ke arah Jia Yu.

"Ah, dia sepupuku yang tinggal bersamaku," jawab Mu Feng tanpa gugup sama sekali.

Sang kusir yang bernama Xi Sheng mengangguk tanpa bertanya tentang Jia Yu, mereka berdua berbincang kembali.

Tak lama kemudian mereka telah sampai di Pasar tradisional yang di bawah Kerajaan Ding Li, Kerajaan terbesar setelah Kerajaan Liu Feng, Jia Yu pun sudah meyamar dengan pipinya dia beri pewarna hitam sehingga mereka mengira itu tanda lahir yang mengerikan, setengah wajahnya pun ia tutupi sehingga orang-orang tidak akan mengenali siapa dirinya.

Banyak orang yang sudah berdiri menunggu Mu Feng di depan rukonya, orang yang menunggu melihat Mu Feng datang pun bersorak karena tak sabar untuk membeli buah Tao Zi.

"Hei Mu Feng, itu siapa?" tanya salah satu nona muda yang sedang membeli buah Tao Zi milik Mu Feng.

"Oh, perkenalkan ini adalah sepupuku," Jia Yu membungkuk sebagai bentuk penghormatan.

Nona muda itu pun menyipit ke arah Jia Yu dan tak lama mengangguk.

Buah Tao Zi pun sudah habis mereka berdua langsung pulang dengan gerobak sapi milik Xi Sheng, sebelum menaiki gerobak Mu Feng membelikan Jia Yu dua bakpao.

"Terima kasih," ucap Jia Yu yang menerima dua bakpao itu, selama di perjalanan Jia Yu memakan bakpao itu.

Sesampainya mereka di rumah saat matahari sudah berada diatas kepala, Mu Feng sedang memasak dumpling untuk makan siang mereka dengan di bantu oleh Jia Yu.

"Besok kita akan kemana lagi?" tanya Jia Yu yang sedang mengisi dumpling dengan ikan yang sudah di tumbuk halus.

"Besok kita akan mengambil buah Tao Zi seperti biasa."

Tak terasa hari sudah malam, Jia Yu sedang belajar menulis dengan tinta yang di bantu oleh Mu Feng, percobaan pertama gagal, sampai percobaan ke 4 Jia Yu berhasil, Mu Feng juga mengajari tentang puisi dan lain-lain.

Jia Yu bersyukur karena di beri kesempatan untuk hidup walaupun berbeda tahun, Jia Yu bahkan tidak tahu jika penguasa Liu Feng sedang marah besar karena Jia Yu melarikan diri dari istana dingin.

Sorot mata dingin begitu mendominasi raut wajah Liu Ming Hao, tangannya mengepal kuat membayangkan bagaiman tulang Jia Yu dia hancurkan, Liu Ming Hao sudah tidak sudi untuk menikah kembali, yang di inginkan Liu Ming Hao adalah Jia Yu!

Kasim Cheng yang merupakan kasim kepercayaan Kaisar hanya menunduk tak berani membuka mulut, karena dirinya baru melihat kemarahan yang besar dari diri Kaisar.

Menteri-menteri menunduk tak berani menatap penguasa Liu Feng itu, menteri bergidik ngeri membayangkan jika Jia Yu tertangkap.

•••

⏩To be continued⏩

Empress Zhuang [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang