Chapter XIII

7.8K 556 2
                                    

Jia Yu melenguh panjang ketika hawa dingin begitu menusuk kulitnya, menerjap-nerjap pelan sebelum duduk diatas ranjang, ternyata hari sudah siang, rasa pusing juga masih bersarang di kepalanya, bunyi lapar dari perutnya membuat Jia Yu menoleh ke arah meja kecil yang diatasnya terdapat bubur dan kendi yang berisi air minum.


"Ugh," desis Jia Yu ketika pusing lagi-lagi menerjangnya, sakit dan lemas itulah yang mendeskripsikan kondisi Jia Yu saat ini.

Bunyi ketukan pintu mengalihkan Jia Yu yang berusaha untuk bangkit dari duduknya di tepi ranjang, ternyata pelayan yang sedang mengantarkan makan siang untuknya.

"Salam yang mulia! Hamba tadi pagi masuk kedalam, maafkan hamba yang mulia karena kurang sopan dengan menyentuh kening yang mulia," kata pelayan dapur itu ketakutan tak lupa menunduk di lantai sembari memohon-mohon kepada Jia Yu.

Bibir kering Jia Yu hanya memberikan respon tersenyum tipis, "Aku tidak seperti Kaisar mu, bangunlah dan bantu aku untuk duduk di sana."

Pelayan yang sedari tadi berwajah muram pun akhirnya lega karena tidak dihukum, "Terima kasih Yang Mulia!"

Jia Yu mengangguk dan mulai dibantu oleh pelayan itu untuk makan siang, karena hari mulai mendekati sore akhrinya Jia Yu harus mandi satu kali, panas dan pusingnya pun sudah sedikit mereda karena obat yang diberikan oleh tabib, namun sebelum Jia Yu meminumnya, pelayan dapur tadi mengecek dengan meminum sedikit ramuan obat itu.

***

Sore ini kabar yang begitu buruk terdengar di telinga Jia Yu, An Fen nya telah tiada karena tertular wabah itu, hati Jia Yu hancur berkeping-keping tak tersisa, pelayan satu-satunya yang dimiliki oleh Jia Yu, orang terdekatnya yang selalu Jia Yu anggap sebagai saudara kini meninggalkannya seorang diri.

Kini Jia Yu dengan wajah pucatnya dan sembab sedang duduk di bawah pohon Magnolia, menikmati salju yang kian deras, hanfu putihnya tersamarkan oleh timbunan salju, pandangan Jia Yu begitu kosong menatap hamparan salju yang begitu putih bersih.

"An Fen!" teriak Jia Yu pilu, turunlah air matanya menangisi kepergian An Fen yang telah menjadi abu, pergi untuk selama-lamanya meninggalkan Jia Yu yang hanya dianggap seorang penghianat, meninggalkan Jia Yu yang butuh sandaran untuk menguatkan hatinya kala dirinya di cemooh.

Mayat An Fen memang sudah dibakar satu jam yang lalu bahkan kini matahari sore seolah-olah ingin menemani kesakitan Jia Yu, takdir seolah begitu ingin membuat Jia Yu paham akan makna hidup.

"Bangunlah!"

Jia Yu yang menenggelamkan kepalanya di lipatan tangan dan kakinya pun berjengkit kaget saat mendengar suara berat yang ingin sekali Jia Yu hindari.

"Kau mendengarkan ucapan zhen atau tidak?"

Jia Yu mengangkat kepalanya dan berkedip-kedip karena kelopak matanya terasa lengket, tidak mimpi kah? It—itu benar dia?

Kaisar berdecak ketika melihat wajah linglung Jia Yu, "Bangun dan ikut zhen!"

Bukannya menurut Jia Yu malah menubrukkan tubuh mungilnya ke badan Kaisar, mengendus dada Kaisar dan menikmati aromanya, tanpa memperdulikan konsekuensi apapun, kemudian tangisan Jia Yu bertambah kencang dengan tangannya yang menggenggam erat hanfu belakang Kaisar hingga sedikit kusut.

Tubuh Kaisar membatu ketika Jia Yu memeluknya, ini pertama kalinya Kaisar bersentuhan langsung dengan seorang wanita kecuali ibunya, saat sadar jika yang di lakukan oleh Jia Yu adalah kesalahan besar Kaisar hendak mendorong tubuh ringkih Jia Yu, namun tangisan keras Jia Yu menghentikan tangannya.

Entah kenapa tangan Kaisar malah mendekap tubuh Jia Yu, mengusap punggung Jia Yu dengan gerakan yang kaku bahkan Kaisar pun terkejut dengan gerakan tangannya sendiri, aneh.

Kini matahari mulai kembali ke peraduannya meninggalkan sepasang suami-istri itu, karena tugas matahari sudah selesai yaitu menunggu kesepian Jia Yu, sepasang suami-istri yang entah di takdirkan bersama atau tidak hanya tuhan yang berkehendak. Karena hawa mulai dingin Kaisar melepaskan pelukannya, menatap ragu kearah Jia Yu yang sekarang juga memandangnya dengan tatapan sayu dan kelelahan karena menangis.

Kaisar menuntun Jia Yu untuk duduk kembali dan Kaisar mulai mencari kayu bakar dan batu, dalam diam Jia Yu melihat punggung Kaisar yang menghidupkan api unggun untuk menghangatkan tubuh mereka berdua, setelah api unggun jadi Kaisar mendudukkan tubuhnya di atas bebatuan yang jaraknya dengan Jia Yu hanya satu langkah kaki.

Dinginnya malam ini membuat Jia Yu mengeratkan genggamannya ke hanfu putih miliknya, merasakan uap dingin yang setiap kali ia menghembuskan napasnya, karena Kaisar memang tidak peka dengan Jia Yu akhirnya Jia Yu mendekat dan bergeser untuk lebih dekat dengan Kaisar yang memakai jubah kebesarannya yang begitu tebal.

Tangan Jia Yu menggenggam ujung hanfu Kaisar dan menarik-nariknya agar Kaisar memberikannya jubah itu, Kaisar menoleh.

"Apa!"

Jia Yu kaget dengan suara Kaisar yang terdengar bentakan, Jia Yu meringsut mundur karena tatapan tajam Kaisar, entah kenapa sebuah perasaan yang begitu asing memenuhi hati dan pikiran Jia Yu, sebuah perasaan yang menimbulkan efek dengan yang terjadi diantara keduanya, karena Jia Yu sudah merasa tubuhnya sangat dingin, Jia Yu memejamkan matanya sejenak, tak lupa dengan genggaman tangannya yang berada di hanfunya, meremas hanfu itu lebih kencang karena hawa dingin yang begitu tinggi, ingin kembali ke penginapan Jia Yu merasa ingin lebih lama lagi berada di samping Kaisar.

Karena tidak kuat Jia Yu melenguh sedikit keras, Kaisar pun menyadarinya dan mendekat tak lupa memangku tubuh Jia Yu spontan.

"Dasar penghianat bodoh!" bisik Kaisar dengan memeluk tubuh dingin Jia Yu yang lama-kelamaan menjadi hangat karena pelukan Kaisar yang membuat jantung Jia Yu menjadi tidak sehat, karena merasa lelah dan nyaman di dada Kaisar, Jia Yu akhirnya terlelap di pangkuan Kaisar.

***

Melihat Jika Jia Yu sudah tertidur, Kaisar memutuskan untuk keluar dari penginapan gadis itu, besok dirinya akan ada pertemuan dengan Raja dari negara tetangga sehingga malam ini Kaisar harus kembali ke istana meninggalkan Jia Yu yang saat ini terlena dengan alam mimpi.

Tanpa tahu jika kemanisan yang tadi hanya sebagai pemanis takdirnya saja, meninggalkan kesan yang kecewa dan sedikit marah karena Kaisar lebih memilih pekerjaannya dibandingkan dirinya, sudah cukup Jia Yu tau diri tetapi manusia kadang lebih memilih egois untuk mempertahankan sesuatu yang dianggap mereka berharga bukan?

Kedewasaan bukan di ukur dari umurnya melainkan tentang pemikirannya, begitupun dengan Jia Yu, jika saat ini raga memang umurnya masih muda lain dengan jiwanya yang sudah berumur dua puluh dua tahun.

Karena terlalu naif Jia Yu kini harus menelan kekecewaan yang begitu entah besar atau kecil di rongga dadanya, perasaan itu ya Jia Yu tidak ingin mengelak lagi jika kini dirinya lebih dulu jatuh kedalam pesona Liu Ming Hao.

Cinta?

Entahlah hanya Jia Yu yang merasakan apa yang berperang di dadanya.

***

Kaisar: ingin membenci saya? Hohoho tydak semudah itu😂

Jia Yu: baru aja terbang eh malah di jatuhin, sakitnya plus malunya nggak dikira-kira.😭

TBC...

Empress Zhuang [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang