Pagi harinya Jia Yu sudah merasa tubuhnya sehat dan terasa lebih segar di bandingkan dengan sebelumnya, kematian An Fen begitu masih membekas di hati Jia Yu, di detik-detik terakhirnya Jia Yu tidak berada di samping An Fen, sungguh Jia Yu mengutuk itu.
"Selamat pagi Yang Mulia!"
Jia Yu yang masih duduk di depan cermin hanya mengangguk ketika pelayan dapur itu kembali mengantar makanannya, entah siapa namanya Jia Yu ingin tahu, dari wajahnya pelayan dapur itu memiliki wajah yang sederhana tidak cantik dan tidak jelek dan sedikit memiliki uban di rambutnya, mungkin umurnya berada di atas Ming Hao mungkin.
"Tunggu!" cegah Jia Yu ketika pelayan itu akan keluar dari penginapannya.
"Kemarilah dan aku ingin bertanya tentangmu."
Pelayan itu menurut dan duduk di bawah Jia Yu, "Siapa namamu?"
"Nama hamba Cui Lu Yang Mulia dan umur hamba tiga puluh satu tahun—!" pelayan dapur itu yang menyadari jika Jia Yu tidak menanyakan umurnya pun jadi salah tingkah dan berharap Jia Yu tidak menghukumnya.
Jia Yu malah tertawa kecil dan sampai menepuk-nepuk meja rias didepannya, "Kau sangat lucu! Ahahahaha, tidak masalah jika kau menyebutkan namamu bibi Lu."
Pelayan yang di panggil bibi Lu itupun malah menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, "Hamba salah Yang Mulia!"
"Ah kau sangat berhati-hati bibi Lu, dan aku tidak menyukai itu," tukas Jia Yu dengan duduk di depan meja kecil untuk menikmati sarapan paginya dengan ditemani secangkir teh chammomile.
Kening Jia Yu menjadi mengerut, "Ini teh chammomile bukan? Siapa yang membelinya?" tanya Jia Yu karena teh chammomile ini harganya sangat mahal dan hanya orang yang berkecukupan lah yang menikmati teh lezat ini.
"Pihak Kerajaan Yang Mulia, mungkin titah Kaisar untuk anda," goda bibi Lu dengan senyum yang terlihat menyebalkan di mata Jia Yu, Jia Yu yang sedang menikmati teh tersedak karena ucapan bibi Lu yang terlalu bar-bar.
Bibi Lu spontan menepuk-nepuk pelan punggung Jia Yu karena tersedak teh, bahkan kini telinga Jia Yu menjadi memerah semerah buah ceri yang belum sempurna masak.
"Ehmm, biarkan aku menikmati ini sendiri," kata Jia Yu dengan mengusir bibi Lu dengan halus, seruangan dengan bibi Lu memang bukan pilihan yang baik apalagi jika topik pembicaraan mereka tentang Kaisar.
Selepas sarapan Jia Yu berjalan untuk berkeliling mencari panorama alam yang indah lagi untuk menjernihkan pikirannya, saat Jia Yu tak sengaja melewati sungai yang terdapat beberapa ibu-ibu yang sedang mencuci pakaian itu pun mendengar pembicaraan yang melibatkan nama suaminya dan dirinya, eh suami?
"Tadi malam aku melihat Kaisar menggendong seorang perempuan, kalau tidak salah itu Permaisuri yang katanya masih di anggap penghianat oleh rakyat sana," kata wanita paruh baya yang memakai hanfu berwarna cokelat.
Temannya yang berada disampingnya pun menepuk keras, "Hei jaga ucapanmu! Jika orang istana mendengar ini kau pasti akan kehilangan kepalamu!"
Wanita paruh baya yang memakai hanfu hijau itu menyahut, "Hei dia benar! Jika memang Permaisuri dicintai pasti kenyataan itu hilang, kalau saja anak perempuanku masih hidup pasti akan aku sodorkan kepada Kaisar!"
Perasaan Jia Yu jangan ditanyakan lagi dengan ucapan mereka yang begitu kejam namun Jia Yu sudah kebal dengan kata-kata itu, tanpa wajah tersinggung Jia Yu menghampiri mereka berlima.
"Selamat pagi!" sapa Jia Yu hingga membuat mereka berlima kaget dan spontan membungkuk, wanita paruh baya yang memakai hanfu cokelat itu tampak salah tingkah begitupun yang memakai hanfu hijau.
Mereka berlima saling melirik satu sama lain, "Salam Yang Mulia!"
Jia Yu tersenyum tipis dan mengangguk, "Silahkan lanjutkan kembali, aku hanya ingin melanjutkan jalanku!"
Kelima wanita paruh baya itu mengangguk dan bernapas lega ketika punggung Jia Yu sudhs menghilang.
"Kau hampir membuatku mati!" desis wanita paruh baya yang sedari tadi hanya diam saja mendengar celotehan mereka.
Sedangkan Jia Yu kini sedang duduk didepan aliran sungai yang entah dalam atau tidak, menikmati semilir angin yang begitu menyapu rambut nya yang memang sudah disanggul dan kini berantakan karena ulah angin, tangannya pun tak tinggal diam, dengan kesal Jia Yu melampar-lempar batuan kecil ke arah sungai yang menimbulkan gemericik air.
Lemparannya kini tak sengaja dengan batuan yang lumayan besar sehingga air menjadi terbang dan bunyi suara manusia mengagetkan Jia Yu, spontan Jia Yu bangkit dari duduknya.
"Hei siapa disana!!" teriak Jia Yu dengan wajah was-was.
Byurr!!
Alangkah kagetnya Jia Yu melihat seorang laki-laki yang telanjang dada berada di tengah-tengah sungai, dengan cepat Jia Yu berbalik menahan dirinya untuk tidak berteriak.
"Perempuan sialan!" desis laki-laki yang punggungnya memar karena dihantam batu oleh Jia Yu.
Jia Yu yang masih berbalik badan pun menghiraukan perkataan laki-laki itu.
"Shhhh..."
Mata Jia Yu membulat ketika mendengar desisan sakit dari laki-laki itu, dan dengan ragu-ragu Jia Yu berbalik badan menatap punggung laki-laki itu yang memar namun fokus Jia Yu bukan lagi di memar melainkan luka sayatan panjang yang berada di punggung laki-laki itu.
Spontan Jia Yu mendekat dan membuat gerakan tangannya mengikuti luka kering itu, tangan Jia Yu ditepis oleh laki-laki itu.
"Kurang ajar!" bentak laki-laki itu pada Jia Yu namun Jia Yu tetap bergeming kemudian berjalan ke semak-semak untuk mengambil daun obat yang akan Jia Yu gunakan untuk mengobati luka laki-laki itu.
Setelah menumbuknya dengan batu di tepi sungai itu Jia Yu menempelkan dedaunan yang sudah hancur itu kepunggung laki-laki yang sedari tadi mengumpatnya, Jia Yu tetap meratakan obat itu walau laki-laki itu sudah beberapa kali menepis tangannya dan mendorong Jia Yu hingga punggung Jia Yu terkena ujung batu yang lumayan lancip dan punggung Jia Yu berdarah hanfu merahnya menyamarkan noda darah itu.
"Emm, maaf ak—" ucapan Jia Yu tersendat-sendat karena merasa perih di bagian punggungnya.
Laki-laki itu sudah berpakaian lengkap dan sedikit memiliki kesan pemimpin prajurit, mungkinkah seorang Raja atau kah seorang menteri?
"Hentikan tatapan heranmu itu! Ambillah!" Jia Yu menangkap sesuatu yaitu sebuah pin untuk masuk dan keluar sesuka hati ke sebuah Kerajaan dan di belakangnya terdapat sebuah nama yang mungkin nama orang itu?
Saat mulut Jia Yu akan menyebutkan nama laki-laki itu, "Jangan sebut namaku! Simpanlah dan terima kasih atas pengobatanmu! Temui aku kalau kau membutuhkan sesuatu yang kau anggap penting!"
Belum sempat Jia Yu mengatakan terima kasih laki-laki itu sudah menghilang dengan kudanya yang berwarna hitam campur cokelat, tanpa sadar Jia Yu tersenyum melihat nama Kerajaan itu.
***
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Empress Zhuang [New Version]
Historical FictionTerkena skandal buruk Zhuang Bee merasakan guncangan hebat, pada malam setelah dirinya melihat postingan para haters di akun Weibo miliknya, Zhuang Bee merasa tertekan tanpa berpikir panjang Zhuang Bee mengambil obat penenang di laci miliknya dan la...