Chapter XV

8.3K 598 34
                                    

"Yang Mulia hampir saja membuat hamba ketakutan karena Yang Mulia tidak ada di kamar."


Bukannya marah Jia Yu malah tertawa ketika melihat mulut bibi Lu yang berceloteh tentang dirinya tanpa henti, seperti anak yang dimarahi oleh ibunya, celotehan ini mengingatkan Jia Yu pada satu nama----An Fen, senyum kecil mendadak hilang di wajah Jia Yu digantikan dengan mendungnya raut wajah Jia Yu.

Bibi Lu yang sadar pun terdiam sejenak, kemudian mengelus tangan Jia Yu untuk ikhlas dan tabah atas kepergian An Fen.

"Kau benar bi, aku harus bangkit dan memulai semua dari awal tanpa An Fen," suara Jia Yu bergetar kala menyebut nama An Fen.

Jia Yu menghembuskan napasnya.

"Sekarang makanlah, hamba memasakkan Yang Mulia bubur kacang," bujuk bibi Lu dengan menyodorkan sendok yang berisi bubur.

Jia Yu menerima suapan itu dan mengunyahnya pelan.

"Buburnya terlalu enak," kata Jia Yu tak lupa memasang senyum menggoda bibi Lu.

Bibi Lu hanya tersenyum maklum, setelah bubur tandas bibi Lu pamit untuk ke dapur kembali, selepas pintu tertutup Jia Yu mengeluarkan sebuah pin dari Kerajaan yang diberikan oleh pria itu, pin ini akan memudahkan Jia Yu untuk keluar masuk tanpa di curigai oleh siapapun, hanya saja nama pria itu terlalu menonjol di bagian bawah pin itu.

"Shao Zhe Yu?" beo Jia Yu ketika nama pria itu di sebut oleh mulutnya, nama yang begitu terdengar tak asing di telinga Jia Yu atau? Jia Yu berhalusinasi bahkan dirinya bertemu oleh pria itu sekali tak mungkin jika raga ini kenal dengan pria itu.

Seperti rutinitas biasanya Jia Yu hanya beristirahat dan sesekali menyulam motif bunga Peony, karena memang Jia Yu adalah desainer di masa depan jadi dirinya bisa menyulam, menjahit dan merajut sehingga orang-orang tampak tidak mencurigainya.

"Itu artinya aku tidak bisa kembali lagi ke masa depan?" monolog Jia Yu lalu berbaring di peraduan menatap lekat langit-langit kamarnya.

Jika dirinya (Zhuang Bee) meninggal maka raganya pasti sudah menjadi abu, memikirkan itu membuat Jia Yu pusing tujuh keliling, apakah ada masa untuk Jia Yu lahir kembali? Semoga iya, berharap sedikit tentang itu tak apa.

Lahir kembali tanpa bayangan Kaisar, entah kenapa Jia Yu menjadi salting jika mendengar kata Kaisar, huh namun dengan cepat Jia Yu menepis segala perasaan yang ada, namun Jia Yu tidak peka jika dirinya telah menyukai seseorang yang notabenenya adalah suaminya sendiri.

Selepas menyulam sapu tangan bermotif bunga Peony Jia Yu langsung berbaring untuk tidur kembali, mungkin peraduannya berbisik pada Jia Yu 'Kemarilah ini sangat empuk dan tidurlah dengan nyaman.'

Malam semakin larut dengan di tambah dengan suara burung hantu di sekitar pohon-pohon belakang penginapan Jia Yu, untung saja Jia Yu sudah terlelap cantik diatas peraduan dengan sayup-sayup terdengar dengkuran lirih.

Jia Yu tidak tahu jika saat ini dapur telah terbakar ditambah lagi apinya menyebar ke kediaman Jia Yu, hal itu membuat para warga meneriakkan namanya keras, karena apinya sangat besar para warga terpaksa meninggalkan Jia Yu yang masih tidur tanpa menyadari bahaya sedang menuju kepadanya.

Para warga dan pengawal memang sudah mengerahkan semua tenanganya untuk memadamkan api itu tapi kali ini keberuntungan mungkin tidak berpihak kepada mereka, sebagian desa terbakar parah termasuk kediaman Jia Yu, korbannya mungkin banyak karena banyak warga yang di karantina.

Pengawal istana sudah mengirimkan surat kalau desa Chao Mi sedang di lahap api, tapi sampai satu jam mereka tidak datang dan mereka menunggu hingga nyawa Permaisuri mereka telah lenyap, mereka tau konsekuensinya bahwa mereka mementingkan diri sendiri bukan Permaisuri.

"Tolong selamatkan Permaisuri!"

Beberapa warga berteriak untuk menyelamatkan Jia Yu tapi usaha mereka gagal karena mereka menemukan debu yang yakini milik Jia Yu, warga berteriak histeris tak menyangka bahwa Jia Yu telah pergi selamanya.

Kejadian tragis itu baru sampai di istana pada pagi harinya, Kaisar merahasiakannya kepada ibu Suri namun ibu Suri terlebih dahulu tahu, syok dan langsung pingsan, pandangan ibu Suri hanya kosong tidak mau mengisi perutnya dengan makanan hal itu membuat Kaisar pusing tujuh keliling.

Kerajaan berduka atas kepergian Permaisuri mereka, ritual pemakaman Jia Yu baru dilaksanakan saat menjelang sore hari, di makam yang telah di khususkan untuk anggota Kerajaan, Kaisar merasa ada setitik perasaan yang begitu menusuk hatinya, bayangan Jia Yu yang kedinginan dengannya berputar kembali layaknya kaset rusak, makam Jia Yu di letakkan dekat dengan tanah kosong yang dimana tepat itu akan menjadi tempatnya untuk peristirahatan terakhir, batu nisan Jia Yu yang besar tertuliskan nama Zhuang Jia Yu dengan masa kekuasaan (1786-1787) di sampingnya terdapat penghargaan yang berupa 'health mother from Chao Mi village' tak lupa dengan cap tanda tangannya.

Melihat hal itu ibu Suri jatuh pingsan lagi, tak berdaya melihat makam sang menantu, air mata ibu Suri sampai kering, selepas memakamkan abu dari Jia Yu, Kaisar hanya termenung di atas kursi kerjanya mengabaikan makan malamnya yang terlihat sudah dingin.

Ahli sejarah yaitu Ting Yan membuat sedikit cerita tentang Jia Yu yang berdasarkan ramalan seorang peramal yang di percaya oleh Kaisar, buku itu berjudul 'Life journey from Empress Zhuang', dalam bahasa asing yang telah menjadi buku saat kepergian Jia Yu menginjak satu tahun.

Tak lupa dalam buku itu terdapat penghianatan besar yang telah di lakukan Jia Yu, Ting Yan sengaja menambahkan puisi yang telah di buat oleh Jia Yu sendiri saat mereka menggeledah kamar Jia Yu.

Lukisan Jia Yu kini telah di tempatkan pada sebuah ruangan yang didalamnya juga terdapat lukisan Kaisar-Kaisar sebelumnya, lebih tepatnya sebuah museum.

Selama satu tahun itu kesehatan ibu Suri melonjak rendah, menantunya yang ia kenal hanya dalam dua hari itu kini telah tinggal nama, meninggalkan tahta Permaisuri yang masih kosong bahkan para menteri tidak mau menyinggung tentang itu, mereka tau jika ibu Kaisar masih dalam masa kesedihan tidak percaya jika Jia Yu meninggal, bahkan selama itu ibu Suri tidak pernah datang ke makam Jia Yu untuk memperingati hari kematiannya, ibu Suri meyakini jika menantunya itu masih hidup sampai sekarang, bahkan bintang Jia Yu masih bersinar walaupun agak pudar.

Soal hukuman untuk warga desa Chao Mi tentunya ada, khusus untuk pelayan dapur yang termasuk bibi Lu, iya bibi Lu telah di eksekusi saat kematian Jia Yu baru saja tujuh hari, mereka di eksekusi dengan cara di beri racun.

Terdengar kejam memang, tapi itulah hukum.

"Yang Mulia Kaisar telah datang!" protokol yang berdiri di samping pintu kediaman ibu Suri memberitahu jika Kaisar telah datang.

"Ibunda! Zhen dengar jika ibunda tidak mau makan?" tanya Kaisar saat memasuki kamar ibu Suri, tapi si empu hanya mendengus tak mau menatap Kaisar yang berdiri sembari membawa nampan berisi makanan untuk ibu Suri.

Kaisar mendekat untuk duduk di samping ibu Suri namun ibu Suri lebih memilih bangkit untuk duduk di atas peraduan, Kaisar yang melihat itu hanya menghela napas sebelum meletakkan sumpit dan mangkuk yang berisi nasi dengan bebek Peking kesukaan ibu Suri.

"Hao'er!" panggil ibu Suri dengan wajah sayunya, Kaisar yang melihat itu pun menjadi tidak tega dan lantas mendekat.

"Cari Yu'er!! Ibunda ingin Yu'er kembali!! Kau tau kan ibunda sangat merindukannya," selepas mengatakan itu ibu Suri tergelak kecil memainkan sapu tangan yang di sulam oleh Jia Yu, sesekali berbicara sendiri dan menunjuk-nunjuk udara bahwa itu Jia Yu, ya kesehatan mental ibu Suri tidak begitu baik, dua bulan sejak kematian Jia Yu mental ibu Suri menjadi drop, membayangkan Jia Yu dan sesekali berbicara sendiri, semua orang yang tinggal di daratan Liu Feng pun sudah mengetahuinya, tapi karena mereka mengenal Kaisar yang begitu kejam, tidak ada seorangpun yang berani menyinggung kesehatan ibu Suri, mantan Kaisar sebelumnya bahkan membujuk ibu Suri untuk tinggal sementara dengannya, tapi karena ibu Suri merindukan Jia Yu, permintaan dari suaminya pun ia abaikan.

***


TBC...

Empress Zhuang [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang