Chapter VII

9.1K 657 13
                                    

Setelah pasca pertengkaran, kini Jia Yu di jaga ketat oleh prajurit bayangan tanpa di ketahui oleh sepapun kecuali pemiliknya dan ibunya, yaitu Kaisar Liu Ming Hao, bukan-bukan Ming Hao yang menginginkan nya melainkan titah dari ibu Suri.

Ming Hao ingin mengabaikan kasus itu tetapi atas desakan ibu Suri kini Ming Hao dengan hati tak ikhlas membawa masalah tentang sang istri ke dalam rapat, Menteri sayap barat hanya bisa menunduk malu atas sikap sang istri dan anaknya, tetapi lain di hati.

Masyarakat Liu Feng yang dua hari lalu menggunjing Jia Yu kini sedikit demi sedikit mereka mulai sadar atas sikapnya, mereka berbondong-bondong berdoa agar permaisuri Liu Feng dapat sembuh, banyak bingkisan yang di terima oleh pihak kerajaan yang merupakan pemberian dari pejabat-pejabat dan pengusaha sukses di Liu Feng.

"Kau terlalu berlebihan Fen-fen!" sentak Jia Yu karena seharian dirinya di kurung dan di perlakukan istimewa oleh An Fen.

"Tetapi ini untuk kesembuhan anda Yang Mulia," balas An Fen tak mau kalah, dengan lembut An Fen menyendok bubur abalon untuk di suapkan ke Jia Yu, dengan mulut yang terasa pahit Jia Yu menelan bubur abalon.

Setelah suapan ke enam Jia Yu menolak mentah-mentah bubur abalon itu, setelah meminum obat Jia Yu merasa kantuk menyerangnya dengan hebat, akhirnya Jia Yu jatuh ke alam mimpi.

***

Sore harinya Jia Yu mendapat banyak sekali kertas-kertas yang berada di atas meja kerjanya, kertas itu sudah di susun rapi oleh An Fen sebelumnya, dengan semangat Jia Yu membaca satu persatu tulisan tangan para rakyatnya.

Mendoakan Jia Yu agar selalu sehat dan di berkahi, namun ada beberapa surat yang mengganggu pikiran yaitu tentang.

Calon pewaris tahta.

Begitu banyak doa yang di berikan oleh Jia Yu agar Kerajaan Liu Feng di berikan penerus.

Jia Yu tertawa miris, pewaris? Ah ya bagaimana ada pewaris jika Ming Hao masih menyebutnya sebagai penghianat?

Semua orang tak tahu jika selama ini Jia Yu menyembunyikan lara, cacian dan hinaan yang begitu kental dari mulut Ming Hao menusuk hati Jia Yu, bukan Jia Yu bukan seorang penghianat, dirinya hanya terjebak oleh balas budi.

Jia Yu tahu jika selama ini Ming Hao selalu pulang larut malam dengan pakaian biasa, Jia Yu tahu kalau Ming Hao sedang menyelidiki kasus kematian Liao Yin Bi, sempat terbesit rasa cemburu saat Ming Hao begitu serius menggarap masalah bagaimana mantan tunangannya meninggal.

Cemburu? Omong kosong! Ya semua terasa omong kosong, hidup Jia Yu seperti di permainkan, kenapa takdir begitu kejam padanya.

Lamunan Jia Yu tersentak saat mendengar deritan pintu, itu Ming Hao dengan wajah dinginnya Ming Hao memasuki kamar Jia Yu.

"Ada apa Yang Mulia kemari?" tanya Jia Yu sopan setelah membungkuk dan duduk.

Ming Hao tetap bergeming sebelum berucap, "Besok kau akan ku kirim ke desa Chao Mi, belajarlah menjadi pemimpin sesungguhnya, jangan merepotkan siapapun!"

Setelah mengatakan demikian, Ming Hao berbalik dan melangkah untuk pergi, kertas yang berada di tangan Jia Yu di remas kuat, cobaan apa lagi ini?

"Beginikah? Dia tak perlu bersusah payah membunuhku, hanya perlu membawaku kesana aku langsung mati?" gumam Jia Yu lirih, desa Chao Mi memang sedang di serang wabah penyakit yang berasal dari tanaman beracun, banyak para medis yang kekurangan tabib karena wabah itu langsung membunuh, dengan sekuat hati Jia Yu meyakinkan dirinya bahwa ia pasti akan berhasil menangani kasus ini.

Setelah membersihkan diri Jia Yu mulai membantu An Fen mengemasi pakaiannya, kini Jia Yu sedang berdiri di depan jendela, menikmati matahari yang akan tenggelam, semburat jingga begitu cantik dengan di indahkan oleh burung-burung yang berterbangan satu sama lain, sebuah ide terbesit di benak Jia Yu.

"An Fen!" panggil Jia Yu dengan berbalik matanya menelisik sekitar, tak lama kemudian An Fen datang dengan tergesa-gesa.

"Ya, Yang Mulia?" tanya An Fen sedikit menunduk.

"Apakah di istana terdapat benang wol?" tanya Jia Yu, ya Jia Yu akan membuat cardigan rajut karena dua hari lagi musim dingin akan menyambutnya, pasti di sana minim dengan bahan-bahan hangat.

Untung saja Jia Yu sudah membuat desain cardigan rajut nya, An Fen datang dengan di bantu oleh pelayan lainnya membawa kan beberapa gulungan benang yang berwarna-warni, mata Jia Yu berbinar senang.

Selama satu hari Jia Yu menyelesaikan rajutan itu, karena masih banyaknya gulungan benang, akhirnya Jia Yu membuat beberapa sweater, dengan di bantu oleh An Fen dan juga pelayannya, pertama kali An Fen melihat pakaian seperti ini terkejut tapi karena penjelasan Jia Yu mereka semua paham.

Jia Yu dan lainnya menatap dua cardigan dan lima gulungan besar sweater itu dengan puas, dua hari sudah cukup untuk menyelesaikan sweater itu, kini Jia Yu berdiri di depan Aula istana dengan di sampingnya, ada Kaisar, ibu Suri dan beberapa pejabat lainnya untuk mengantar dirinya pergi.

"Kenapa kau lama sekali perginya?" tanya ibu Suri cemberut tak rela jika Jia Yu pergi.

"Ah ya kau pasti sangat merindukan teman-teman mu disana?" lanjut ibu Suri dengan tertawa kecil sedangkan Jia Yu mengerutkan keningnya tak paham jalur pembicaraan ibu Suri.

Matanya menatap tajam kaisar untuk meminta penjelasan.

Dengan gerakan kaku Jia Yu mengangguk, "Titipkan salamku kepada Liao Heng!" seru ibu Suri di balas senyum manis Jia Yu.

Kini Jia Yu mengerti, dirinya hanya di jadikan umpan, digiring menuju pintu kematian oleh suaminya sendiri, hati Jia Yu tercabik-cabik sakit.

An Fen melirik Jia Yu, terlihat raut kesakitan yang begitu ketara, An Fen yang tak tega pun menggenggam tangan Jia Yu, Jia Yu menoleh ke arah An Fen mengangguk untuk memastikan bahwa dirinya baik-baik saja.

Kini Jia Yu tahu jika upik abu tak pantas bersanding dengan indahnya berlian begitu sulit digapai, dan Jia Yu cukup sadar diri untuk tidak terjerumus dalam ke pesona Ming Hao.

"Kami pamit," ucap Jia Yu singkat dan langsung berbalik menuruni anak tangga yang berjumlah ratusan, tatapan dingin Jia Yu menatap lurus ke depan.

Netra hitamnya seolah-olah tenggelam dalam kubangan lara dan sedih hati dari pemilik tubuh asli ini, dulu Zhuang Bee tidak pernah menyerah sekalipun badai menerjangnya, kali ini Zhuang Bee akan membuktikan jika tubuh ini akan jaya dan makmur dengan tangannya sendiri.

Jika Permaisuri lainnya menggunakan anak mereka untuk bertahan maka Jia Yu tidak, Jia Yu akan menggunakan ketrampilan tangannya dan otak ini untuk hidup di dunia ini tanpa mengambil pion sekalipun.

Jia Yu pergi di temani oleh An Fen seorang, karena itu adalah titah mutlak oleh Kaisar, setelah siluet kereta yang membawa Jia Yu pergi, Kaisar masih berdiri di tempat yang sama.

Sendiri menatap kepergian Jia Yu, kebencian Ming Hao terhadap Jia Yu tak pernah luntur, tak menyadari bahwa ada seseorang yang kini sedang tertawa keras.

•••

"Rencana kita berjalan mulus tuan," kata seseorang di kegelapan, menatap sang tuannya yang kini tersenyum iblis.

"Aku ingin melihat bagaimana kerajaan keponakanku tersayang hancur, tinggal menunggu tanggal mainnya MING HAO!"

"Melihat dua kerajaan saling bunuh membunuh."

Setelah itu tawa yang di panggil 'tuan' terdengar memekakkan telinga, tertawa keras melihat kebodohan yang di lakukan oleh keponakan tersayangnya.

"Andai saja saat itu kakak memberiku tahta itu, maka jalannya bukan seperti ini, tapi? Kini aku tidak tertarik lagi! Aku ingin Ming Hao hancur sehancur-hancurnya!" desis orang itu dengan mengepalkan tangannya kuat.


***

⏩To be continued⏩

Empress Zhuang [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang