18. The Sultan

997 70 0
                                    

Ternyata ada suasana yang tidak menyenangkan bagi Ardian ketika dia sampai di keraton. Ingin rasanya Ardian berlari dari kenyataan bahwa dia seorang ningrat.

Bagai mana bisa, Ardian sudah bertunangan dengan Mariska dan siap menikah tapi orang tuanya tetap menginginkan Bening jadi menantunya. Bahkan Sultana yang awalnya menurut Ardian menyukai Mariska, kini berbalik mendukung Sultan supaya Ardian menikahi Sekar Bening.

"Ibu hanya ingin kamu mengenalnya saja. Bening juga baik kok, sama manisnya seperti Noni, dia cantik juga."

Sultana menyentuh lengan putranya.
Ardian tidak bergeming.

"Ardian belum pernah bicara dengannya." kata Ardian.

"Makanya kalian harus sal
ing mengenal." sahut ibu.

"Apa itu perlu? Ardian nggak mau terjadi apa-apa setelah ini."

Sultana menghela nafas,  wanita itu sepertinya bingung. Ardian tidak tahu apa yang ada dalam pikiran ibunya itu.

"Ardian, terserah dengan pilihanmu, ibu memberimu kebebasan memilih siapa yang kamu cintai, tapi tidak salah kan mengenal Bening?"

Sepertinya ibunya ini sedang memohon,  lihatlah mata ibunya yang indah sedang mengerling pada Ardian supaya ia menuruti kemauannya.

"Lagian ibu tahu kamu bukan bayi lagi,  kamu tahu benar apa yang akan kamu lakukan." kata Ibu.

Ardian akhirnya terbujuk, pria itu tersenyum lalu mengangguk.

"Baik, hanya mengenalnya tidak lebih." kata Ardian.

"Sayang, ini semata-mata menyenangkan Sultan. Jadi jangan menunjukkan wajahmu yang buruk ya."

Ibunya menahan Ardian sebentar, sebelum akhirnya pria itu melesat keluar dari kamar dengan perasaan yang tidak menentu.

Ardian akhirnya menemui tamu-tamu yang bertebaran di hall. Keluarga Bening ada di sana.  Sepertinya  Sultan sangat akrab pada mereka.

"Ini Ardian, kalian pernah ketemu sebelumnya?"

Sultan menepuk Ardian sambil mengenalkannya pada Bening.

Ardian mengangguk, dia memamerkan senyum ningratnya yang mematikan. Senyum itulah yang di gilai gadis-gadis ningrat.

Yah, walaupun para gadis sudah mendengar kabar Ardian sudah bertunangan dan akan menikah mereka tetap saja mengerubunginya seperti semut mendapatkan gula.

Ardian menyalami Bening. Gadis itu menjulang terlalu tinggi, kurus bermata besar tapi dia cantik. Gadis itu pasti akan teihat elegan memakai gaun panjang dan menggerai rambutnya. Tapi dia...ok dia cantik tapi sepertinya tidak pada tempatnya.

Apakah dia ingin menunjukkan keseksiannya. Mariska seksi tapi dia memiliki "kelebihan" yang bisa di tunjukkan.

Sekar Bening seharusnya bisa menyiasati kekurangan supaya lebih menarik.

Gadis ini bukan tipe gadis yang menyenangkan di ajak bicara. Mariska bahkan mengerti bagai mana seharusnya seorang wanita berbicara pada lawan jenis yang baru saja di kenalnya.

Wajah Bening terangkat tinggi sambil mengatubkan bibirnya sangat menyebalkan.  Ardian ingat, Mariska juga punya wajah seperti ini, tapi bisa mendadak berubah menjadi wajah bayi jika hatinya bahagia.

Ardian memang tidak akan menyukai gadis ini. Perkenalan pertama saja begini, bagaimana jika harus sampai menjalin hubungan?

"Bening lama tinggal di Belanda." kata  Sultan.

Ardian juga tahu, tapi heran juga ayahnya sangat cerewet luar biasa, untuk apa dia menceritakannya.  Bening kan bisa cerita sendiri.

"Oh ya?" Ardian pura-pura penasaran.

Royal TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang