Tiara menemui Mariska di rumahnya, Mariska sedang murung di kamarnya, jadi pendiam dan dia juga nggak menggebu-gebu ketika bertemu dengan Ardian di sekolah.
Mariska lebih suka diam mengikuti pelajarannya dengan tenang. Ardian juga jadinya tidak banyak bicara lagi, dia memberi banyak waktu untuk Mariska berpikir dan memahami situasinya.
"Pertemuan elo dengan orang tua Mas Dian sudah di tetapkan dalam agenda istana, kalau elo nggak hadir, Mas Ardian mungkin akan datang dengan orang lain."
Tiara duduk anggun di kursi bersandaran tinggi di dalam kamar Mariska.
Mendengar Ardian akan pergi dengan orang lain Mariska terperanjat, Ardian nggak bilang gitu. Kenapa Ardian nggak cerita tentang orang lain itu.
"Maksud elo?"
Mariska terduduk, rasa cemburu merayapinya. Sekarang dia memperhatikan Tiara lekat-lekat.
"Ningrum boleh saja meninggal, tapi adiknya masih ada. Mas Dian sedang menghindari perjodohan, makanya Mas Dian akan memberi tahu Sultan dan Sultana, bahwa ada orang lain yang lebih di cintainya."
Mariska kembali berpikir, memikirkan lagi keinginan untuk mencintai Ardian. Iya memang Mariska masih muda dan labil, tapi melihat Ardian bersama orang lain Mariska bisa mati karena terbakar api cemburu.
"Sebetulnya elo takut apa belum siap?
Sultan sangat menginginkan mantu secepat mungkin."Mariska berdiri, dia gelisah, antara tidak ingin dan menginginkan. Kenapa Ardian harus seorang pangeran? Kenapa dia bukan manusia biasa yang tidak perlu dia cintai dengan segala keribetan yang ada.
"Maris kamu nggak angkat...
Malvino tiba-tiba mendorong pintu, dan kaget melihat Tiara ada di kamar Mariska.
Tiara tersipu, pipinya memerah, dia menyibakkan rambut yang menutupi dahinya untuk menghindari tatapan Malvino yang menusuk.
"Hai Tiara." sapa Malvino, suaranya lembut dan hangat.
"Hai." sahut Tiara lembut.
"Mariska, Ardian nelfon nggak di angakat ya?" tanya Malvino,
"Iya nanti aku telfon balik." sahut Mariska.
"Ya udah."
Malvino menutup pintu lagi, tapi sempat melemparkan senyum mautnya pada Tiara, gadis itu sunguh sebal karena menyukaia Malvino yang sangat lihai menciumnya.
"Jadi, gimana dong?"
Tanya Mariska. Hatinya kini galau dan gundah karena harus memikirkan Ardian bersama wanita lain selain dirinya.
"Terserah elo."
Tiara berdiri, merapikan gaunnya lalu meraih tasnya. Tiara berdiri sebentar di depan cermin, dia ngaca, biar apa? Cuma memastikan dirinya nggak pucat kalau Malvino melihatnya nanti.
"Gue balik dulu ya, pikirkan Mas Dian, ya kalau elo nggak mau kehilangan dia." kata Tiara.
"Gue mau, kapan gue berangkat?"
Mariska menjerit, Tiara kaget dia menatap Mariska lekat-lekat.
"Cepat amat mikirnya." celetuk Tiara.
"Gue nggak mau ada orang lain bersamanya."
Tiara tersenyum, senyum yang puas dan bahagia, dia berhasil menyomblangi sepupunya dengan Mariska anak orang yang paling berpengaruh untuk negara. Tidak pernah ada orang menolak keluarga ningrat di muka bumi ini.
"Bagus, telfon dia katakan padanya elo akan berangkat bersamanya."
Tiara membuka pintu kamar Mariska, lau berjalan menyusuri lantai yang terang, lantai atas keluarga Mariska sangat luas, semua ada di lantai dua dan dua kamar tamu di lantai bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Teacher
RomanceJatuh cinta dengan seorang guru? kisah seperti itu sangatlah biasa di alami siswi di sekolah, tapi apa jadinya kalau guru itu seorang darah biru alias ningrat? Mariska Maharani Sukma mabuk kepayang pada guru matematika temporer di sekolahnya. Guru...