Ardian menghampiri istrinya, duduk di sebelahnya. Mariska penasaran apa yang akan di katakan suaminya.
"Kamu perlu uang?" tanya Ardian.
"Tidak." jawab Mariska jujur.
"Tidak? Apa kamu tidak berbohong? Kamu nggak perlu shoping? Ga pengen jalan-jalan? nonton konser atau semacamnya?" Ardian penasaran.
Mariska diam, mungkin iya dia perlu, tapi sekarang belum perlu.
"Maris belum perlu."
Ardian tersenyum, dia mengangguk, dia pasti berpikir orang tuanya masih menanggungnya, sebelum menikah dulu memang hidup Mariska sangat mudah, dia bisa mendapatkan apapun yang dia mau. Karena orang tuanya kaya raya, dia tidak tahu kekayaan itu dari mana dan bagaimana cara orang tuanya menjaga bisnisnya sehingga terus berhasil hingga beberapa turunan.
Setahu Ardian, Malvino adalah pewaris perusahaan yang di miliki orang tuanya dari pihak Mamanya.
"Mulai sekarang aku yang menafkahimu."
Mariska kaget. Dia baru ingat bahwa dia sudah menikah, Mama dan Papanya sudah tidak menanggung hidup dan dosanya lagi. Kini dia punya suami yang akan menjaganya.
"Ini kartu kreditmu, tidak ada limit, gunakan kalau kamu perlu, untuk beli tiket pesawat, beli tiket konser,untuk membayar biaya rumah sakit kalau mungkin kita sakit di luar negeri mungkin, bijaklah menggunakannya. Jangan gunakan dia untuk membeli barang bermerekmu."
Mariska tertegun. Dia kaya, dia belanja tapi dia selalu ketakutan melihat kartu kredit.
"Boleh nggak? nggak usah pakai kartu kredit. Mariska takut." kata Mariska.
Ardian diam.
"Kamu pasti akan perlu nanti, kamu hanya perlu menyimpannya."
Mariska menatap kartu plastik sambil bergidik.
"Ini kartu debit, kamu bisa gunakan untuk belanja kebutuhanmu, saldonya akan terus terisi setiap bulan."
Ardian menyodorkan satu kartu lagi.
Mariska bingung lagi. Suaminya bahkan mengeluarkan segepok uang cash dengan pecahan paling besar, Mariska lebih suka itu, dia bisa melakukan apapun dengan uang itu. Mariska bahkan bisa beli I phone keluaran terbaru dengan uang itu.Ardian meletakkan uang cash di hadapan Mariska. Wanita itu menekuri dua kartu pembayaran dan sebongkah uang cash yang sangat menggiurkan.
"Simpanlah!" kata Ardian.
"Tidak." tolak Mariska.
"Kenapa? Kamu tidak perlu uang?"
Mariska bukannya nggak perlu, tapi ia tidak pernah memegang uang sebanyak itu,Mama hanya memberikan kartu atm pada Mariska untuk keperluannya.
Mariska tidak pernah kekurangan, tidak pernah sampai minta. Mariska hanya minta kalau menginginkan sesuatu.
"Sayang, itu milikmu." kata Ardian lagi.
"Saya bahkan memberimu setiap bulan, jangan harap kamu akan mendapatkan uang dari ibumu lagi." Ardian menambahkan.
Mariska mengambil uang dan kartu-kartu itu dengan tangan gemetar.
"Mariska akan menyimpannya." kata Marisk
"Dan gunakan sebaik-baiknya." sambung Ardian.
Mariska tersenyum, lalu mengangguk.
"Saya akan bercerita tentang bisnis yang di miliki Kusuma Ningrat."
Ardian meraih tangan Mariska dan menggenggamnya setelah Mariska menyimpan tumpukan uang itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Royal Teacher
RomansaJatuh cinta dengan seorang guru? kisah seperti itu sangatlah biasa di alami siswi di sekolah, tapi apa jadinya kalau guru itu seorang darah biru alias ningrat? Mariska Maharani Sukma mabuk kepayang pada guru matematika temporer di sekolahnya. Guru...