Chapter 3

3.8K 158 1
                                    

"Maaf. Tunjukkan alamat rumahmu, Nio. Amon antar,"

Niora tersenyum.

____________________________________

Mobil kebanggaan Ramon berhenti di pekarangan rumah Niora. Rumah biasa namun luas. Dari luar rumah ini terlihat seperti rumah kosong, karena banyak tanaman rambat tumbuh di dinding-dinding bagian luar rumah. Dindingnya pun tidak bercat, hanya dinding batu bata saja. Jadi tak heran jika tumbuhan yang menempel di sana betah.

"Ohh... Jadi ini rumah Nio. Keren!" Ramon memekik keras. Niora membuang muka. "Bilang saja kalau rumahku seperti rumah hantu. Ish..."

"Aku tau, rumahmu lebih besar dari rumahku. Kalau jelek bilang saja jelek. Tidak usah pura-pura!" Ketusnya.

"Kok gitu? Serius deh! Rumah Nio kerennnn..." Ramon mendekatkan wajahnya ke wajah Niora. Berusaha meyakinkan bahwa yang dikatakannya adalah benar dan jujur. Bukannya percaya, Niora malah takut.

Niora berusaha membuka pintu mobil tersebut. Ia bingung bagaimana cara membukanya. Ramon pun turun tangan. Ketika pintu mobil terbuka ke atas, Niora cepat-cepat keluar. Ramon menyusulnya dari belakang.

"Kenapa terburu-buru? Ini tasmu sampai ketinggalan." Ramon menyerahkan tas abu-abu itu kepada pemiliknya. Wajah Niora memerah. Ia menjadi salah tingkah.
"Kenapa aku harus bersikap seperti tadi? Uhh memalukan!"

"Amon boleh masuk?" Kening Niora berkerut. Niora menatap mata Ramon. Tidak ada kebohongan disana. Tetapi ia geli dengan cara bicara Ramon itu. Bicara dengan puppy eyes. Seringkali berkedip-kedip. Jika menurutmu itu imut, tidak dengan Niora. Dia merasa tidak nyaman, apalagi baru kenal dengan Ramon.

"Nggak! Nanti tetangga mikir aneh-aneh kalau kita berduaan di dalam rumah,"

"Memangnya nggak ada orang di rumah?"

Niora menggeleng, "Bibiku sedang kerja, pulangnya pun tidak menentu."

Masih dengan ekspresi kecewa, Ramon ber oh-oh ria. Mereka terdiam cukup lama. Ramon kebingungan ingin mengatakan bahwa ia ingin pamit pulang. Sementara Niora merasa tidak enak karena melarang Ramon yang saat ini berstatus Tamu, ingin masuk dan bertamu. Sebenarnya Niora juga merasa dirinya tidak salah menolak Ramon untuk bertamu, daripada nanti ia dan Ramon jadi bahan perbincangan di kompleks rumahnya. "Entah mengapa aku jadi merasa tidak enak. Apa yang harus kulakukan? Dia sudah menolongku bahkan sampai mengantarku pulang. Hmm... Apa ya? Ehmm... Oh! Ya!"

"Besok teman-temanku akan mampir. Kau juga boleh datang," Niora mengusap tengkuknya karena canggung. Beberapa detik, Ramon tak bersuara. Niora mendongak dan menatap wajah manis Ramon. Seketika kedua ujung bibir Ramon tertarik ke atas.

"Oke, besok Amon datang." sahut Ramon agak berteriak. Niora tertawa, lalu mengangguk. Perasaannya masih sama. Geli.

Ramon masih berdiri di depan Niora.
Masih dengan senyumnya yang menurut Niora aneh.
"Apa yang kau tunggu?" Tanya Niora. Ramon memperlebar senyumannya. Baik, ini memang sangat aneh.

"Apa?" Tanya Niora sekali lagi. Ramon memonyongkan bibir. Niora bergidik.
"Jangan-jangan?! Hiiii..."

"Nio nggak peka,"

"Hah?"

"Lupakan saja! Aku pulang dulu. Sampai besok, Nio..." pamit Ramon, Niora membalasnya dengan senyuman tipis. Tak lama mobil mewah dihadapan Niora pun pergi dari pekarangan rumah. Niora berbalik. Ia langsung teringat akan sesuatu.

"Ups! Aku lupa bilang terima kasih pada dia," Niora menepuk dahinya. "Pantas saja, aku di sebut nggak peka."

"Hufftt... Ya sudahlah. Sekarang saatnya berendam!" Niora masuk ke dalam rumahnya.

⌖┈◌◌◌┈⌖

"Bagaimana sekolahmu?" Tanya Helena, bibi Niora. Niora menatapnya sambil mengunyah. Membiarkan makanan itu tertelan terlebih dahulu baru menjawab pertanyaan bibinya.

"Buruk Aunty." Jawab Niora santai. Ia tak pernah berbohong kepada bibinya. Apapun masalah itu. Baginya berbohong ataupun tidak sama saja. Bibinya selalu mengetahui apa yang disembunyikan Niora.

"Buruk bagaimana?"

Niora pun menceritakan kisah hari Jumatnya kepada sang bibi.
Saat bercerita sambil sesekali makan, Helena melamun sebentar membuat Niora merasa tidak digubris. Niora berhenti bercerita. Menatap Helena yang sedang memikirkan sesuatu.

"Aunty? Apa kau baik-baik saja?" Tanya Niora. Niora mengambil segelas air lalu meneguknya sampai habis. Helena menelan ludah. "Apa yang harus kukatakan?"

"Ya Aunty baik."

"Tidak Aunty, aku tau engkau pasti menyembunyikan sesuatu." Niora meletakkan gelas di sebelah piringnya yang kosong.

"Ah tidak-"

"Tidak Aunty! Ceritakan saja. Apa Aunty juga sedang ada masalah?"

"Oh itu, eeee... Tadi teman Aunty ada yang sakit jadi, eee..."

"Aunty mau menjenguknya?"

"I-iya, tapi jika Aunty pergi menjenguknya, besok lusa Aunty baru pulang karna rumahnya jauh. Dan pastinya Aunty akan menginap di sana." Helena mengetuk-ngetuk meja dengan jari.
"Aduh, alasan macam apa itu?" Batinnya.

"Kalau Aunty berniat menjenguknya, berangkat saja. Aku bisa menjaga rumah. Oh iya sekalian aku mau minta ijin, besok teman-temanku akan datang untuk belajar bersama." Niora bangkit dari kursinya. Menumpuk peralatan makan malam yang kotor, lalu membawanya ke dapur.

Helena menghembuskan napas lega.
"Untung dia percaya." Helena memejamkan mata.

"Apa Aunty mengijinkan?" Tanya Niora, tiba-tiba muncul di sebelah Helena. Helena tertegun. Jantungnya berdetak kencang.

"Ah mengagetkan saja. Iya Aunty mengijinkan." Wanita berumur 46 tahun itu mengelus dada. Merasa harus bersabar dengan sikap Niora yang satu ini. Suka muncul tiba-tiba tanpa bersuara.

"Terimakasih Aunty..." Niora memeluk Helena. Si bibi pun mencium pipi keponakannya.

"Ouh sayangku..."

"Kalau gitu, Nio cuci piring dulu ya,"

"Iya. Aunty juga mau bersiap-siap untuk pergi."

Niora mengangguk. Ia masuk ke dapur dan mulai mencuci piring. Sementara Helena masuk ke kamarnya, dan mengambil tasnya. Sebenarnya ia tidak butuh membawa beberapa pakaian. Tapi supaya rencananya berhasil ia harus mempersiapkan baik-baik. Agar keponakannya tidak menaruh kecurigaan terhadap dirinya.

⌖┈◌◌◌┈⌖

TBC...

_______________________________

Gimana? Penasaran nggak sama apa yang disembunyiin bibinya Niora?

Masih penasaran juga kan sama Ramon?

Ikuti terus chapter-chapter yang akan up

Dan temukan jawabannya

Maaf jika ceritanya masih kurang seru

Makasih udah baca

See yaaa 🌷

Dipublikasikan pada: 17 April 2020

║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║

MY CHILDISH MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang