Chapter 8

1.9K 66 0
                                    

(^_-)☆ Enjoy wankawan

___________________________________

"Niora?" Suara ketukan pintu kamar, membuyarkan lamunan Niora.

"Ya Aunty, masuk saja. Pintunya nggak Nio kunci." Jawab Niora sembari menyandarkan tubuhnya di punggung tempat tidur. Pintu kamarnya pun terbuka.

"Bagaimana? Sudah lebih tenang?" Helena duduk di sebelah Niora. Niora memang sudah menceritakan tentang kejadian di sekolah pada bibinya. Esok pasti bibinya akan dipanggil ke sekolah karena ulahnya.

"Sudah. Tapi aku masih kesal dengan Danny," rengeknya. Ia memeluk bibinya. "Aku juga merasa kesepian tanpa sahabat-sahabatku."

"Sudahlah... Aunty rasa sebaiknya kamu minta maaf pada sahabat-sahabatmu. Mereka semua bermaksud baik, kau tidak boleh seperti itu pada mereka. Ingat kata-kata Aunty! Seorang sahabat yang menerima kekuranganmu dan berusaha membantumu memperbaikinya sangatlah langka. Aunty tau kita hidup susah, tapi jika mereka mengulurkan tangannya untuk menarikmu dari kesusahan itu, sambut tangannya tanpa rasa gengsi. Kalau suatu saat salah seorang dari sahabatmu jatuh nggak usah pikir-pikir lagi, ulurkan tanganmu dan bangkitlah bersama-sama." Helena mengelus-elus rambut keponakannya penuh kelembutan. Niora mengangguk kecil.

"Tapi aku malu Aunty, bagaimana kalau mereka nggak mau maafin aku?" Ucap Niora pesimis.

"Tidak Niora. Sahabat sejati tidak mungkin seperti itu." Tukas Helena. Niora terdiam, mencerna ucapan bibinya.

"Lalu apa yang harus kulakukan?"

"Minta maaf Nio,"

"Caranya?"

"Ajak mereka ke sini. Aunty akan memasak makan malam untuk kita dan sahabat-sahabatmu." Mendengar saran dari Helena, Niora kembali bersemangat. Gadis itu langsung mengambil handphonenya dan menghubungi sahabat-sahabatnya.

⌖┈◌◌◌┈⌖

Tok tok tok...

"Itu pasti mereka!" Niora terdengar sangat bersemangat. Helena menggelengkan kepala sambil tertawa kecil melihat tingkah laku keponakannya itu.

Niora berlari menuju pintu rumah dan membuka pintu tersebut. Terpampanglah wajah keempat sahabatnya dengan senyuman khas mereka masing-masing yang tampak jelas di hadapan Niora. Niora memeluk mereka berempat walaupun tangannya tidak sampai.

"Maaf, tolong jangan marah padaku. Aku salah, aku mudah marah, aku tidak bisa mengontrol emosiku. Maafkan aku, maaf..." Sesalnya.

"Kami tidak marah padamu Nio," Felicia mendekatkan dirinya pada tubuh Niora.

"Tapi..." Emily terlihat kecewa.

"Tapi apa?" Tukas Niora tidak sabaran.

Eric, Emily, dan Felicia menunjuk Ramon. Niora paham apa maksud mereka. Ramon mengernyit menyadari semua menatap kearahnya.

"Ramon, maafkan aku. Aku tidak serius kok saat kubilang aku membencimu. Maafkan aku..." Niora menundukkan kepalanya, "Seharusnya aku berterimakasih padamu karena telah membawaku pergi dari kantin, tapi yang kulakukan malah sebaliknya. Maaf..."

Ramon menarik Niora ke dalam pelukannya. Niora terkejut, jantungnya berdegup kencang saat lelaki tampan itu memeluknya.

"Tidak apa. Aku juga ingin minta maaf, karena aku nggak bisa menjagamu dari si playboy itu." Ujar Ramon.

MY CHILDISH MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang