Chapter 17

527 29 0
                                    

"Jadi berita itu benar?" Catherine menatap putra tirinya dengan serius. Ia sudah menanyai teman-teman Ramon. Kini waktunya berbicara empat mata dengan Ramon.

"B–benar."

Wanita itu mengambil sesuatu dari mejanya, lalu kembali, mendekati Ramon dan duduk di sebelahnya.

"Aku sudah mencarinya, dia tidak ada di mana-mana. Aku tidak tahu dimana dia saat ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah malam itu. Aku-"

"Sepertinya saya harus menyerahkan kasus ini pada pihak berwajib."

"Tolong jangan serahkan kasus ini ke polisi. Aku akan berusaha mencari Niora," pinta Ramon.

Catherine masih ragu dengan hal itu, tidak ada jalan lagi selain mencari Niora lewat bantuan polisi. Ia sendiri juga bingung karena tidak ada keluarga dari Niora yang datang ke sekolah bahkan hanya sekedar meminta pertanggungjawaban.

Seolah paham dengan apa yang Catherine pikirkan, Ramon cepat-cepat menimpali, "Kumohon..." Ramon menggenggam erat tangan Catherine, berharap wanita berumur 42 tahun itu akan mengijinkannya.

"Jika ini keputusanmu, baiklah."

"Terimakasih. Aku akan pergi sekarang juga,"

"Tunggu!" belum sempat Ramon berdiri, suara Catherine membuatnya kembali menoleh, "... kamu saya skors selama 2 minggu. 2 minggu untuk mencari Niora, dan sekarang berkemas lah. Bergegaslah pulang dan mencari Niora! Setelah jam sekolah selesai, saya akan ikut mencarinya. Kamu harus fokus mencari, dan saya  akan menjelaskan masalah ini ke Papamu. Semoga beliau bisa mengerti." ucap Catherine disahuti anggukan kecil dari Ramon, "Terima kasih...."

Ramon merasa tidak enak pada wanita itu. Selama ini ia menganggap bahwa Catherine menyebalkan, cerewet, dan sok perduli. Ternyata wanita itu tidak seperti yang ia pikirkan. Ramon berdiri dan mengucapkan terima kasih lagi, lalu keluar dari ruang kepala sekolah. Di luar, ketiga sahabatnya sudah menunggu.

"Bagaimana?" Tanya Eric. Ramon memandang ketiganya satu persatu. Si kembar tampak sangat cemas, sementara Felicia hanya menyilangkan tangan di depan dada, sambil menatap ke arah lain.

"Aku di skors. Selama masa skorsing ini, aku akan mencari Niora."

"Hah?!" Emily dan Felicia dengan kompak menunjukkan ekspresi tidak percaya.

"Kau akan pergi seorang diri?" tanya Eric dan Ramon mengangguk.

"Ini kesalahan ku, biarkan aku yang bertanggung jawab atas semuanya."

"Tapi Mon–"

"Terima kasih semuanya, maafkan aku. Aku pamit."

⌖┈◌◌◌┈⌖


"Wah, cantik sekali... Akan lebih cantik lagi jika Niora yang mengenakannya!" Seru Odith sembari mengambil atasan bermodel Puffed Sleeves berwarna putih yang dihiasi motif bunga-bunga kecil di seluruh bagian kainnya. Disinilah ia dan Niora berada, setelah membeli semua alat sekolah Niora di lantai atas, mereka memutuskan untuk memanjakan mata dengan berbelanja pakaian-pakaian, lebih tepatnya Odith yang bersikeras karena pada awalnya Niora menolak.

Ia menghampiri Niora yang sedang melihat-lihat atasan wanita tetapi sama sekali tidak menyentuh mereka, nampaknya tidak bersemangat.

"Niora, apa kamu belum menemukan pakaian yang kamu suka?" Niora yang agak terkejut, cepat-cepat menetralkan ekspresinya lalu menggeleng pelan.

"Belum Ma. Apakah Mama sudah selesai memilih baju?" Ia tidak enak pada Odith, apalagi sudah memberinya tumpangan, makanan, dan berbagai fasilitas secara gratis. Tapi disisi lain ia juga tidak enak jika harus mengecewakan Odith karena tidak menuruti kemauannya.

MY CHILDISH MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang