"Bertahanlah!"
______________________________________
Sepasang mata indah itu terbuka perlahan dan mengerjap.
Yang ia lihat adalah langit-langit ruangan berwarna putih."Aww..." Gadis itu merintih kesakitan memegangi perutnya.
"Ni─Niora! Kau sudah sadar?" Niora menoleh, mencari suara lembut yang cemas menyebut namanya.
"Kalian?"
"Ya kami disini." jawab Emily.
"Kenapa bisa sampai pingsan?" tanya Eric─Kembaran Emily.
"Oh itu. Ah ti-tidak apa-apa," Niora mencoba tersenyum.
"Kau sendiri tau Nio, kau tidak pandai menyembunyikan sesuatu. Oliv kan penyebab semua ini?" Raut wajah humoris seorang Felicia berubah serius.
"Eee... Itu-itu... Ehmm-"
"Sudah cukup! Gadis itu harus kuberi pelajaran!!" Felicia bangkit dan hendak pergi, tapi tangannya di tahan oleh Niora.
"Tidak. Jangan!"
"Tidak bagaimana? Dia sudah membuatmu seperti ini. Jangan hentikan aku!" Tekad Felicia sudah bulat. Felicia berjalan tergesa-gesa.
Namun Emily berlari mendahului sahabatnya yang mudah sekali marah itu. Emily berdiri merentangkan kedua tangannya didepan pintu."Jangan menghentikanku Mil, minggir!"
"Berhenti Fel! Jika kau membalasnya masalah akan semakin rumit. Biarkan saja. Toh Nio juga tidak marah," ujar Emily. Felicia menatap gadis bermanik hitam dihadapannya. Ia memejamkan mata sejenak dan menghembuskan nafas kasar.
"Lihat saja, apa yang akan kulakukan padanya!" Felicia menerawang jauh. Membayangkan pembalasannya nanti pada Olivia.
"Permisi, apa sudah selesai bicaranya?-"
Felicia dan Emily terkejut saat suara berat seorang laki-laki terdengar jelas di depan pintu ruang UKS.
"Kau siapa?" tanya Felicia.
"Jika sudah selesai biarkan aku masuk." Ucapnya tidak menghiraukan pertanyaan Felicia.
Emily menganga tak percaya, seraya memberi jalan, lalu laki-laki itu masuk dan menghampiri gadis yang ditemani Eric."Bagaimana kabarmu? Sudah baikan?" tanyanya. Niora hanya diam, tidak ingin menjawab.
"Dia baik. Kau tidak menjawab pertanyaanku. Siapa kau?" Felicia sedikit meninggikan suaranya. Laki-laki tersebut hanya menatapnya sesaat, kemudian kembali menatap Niora.
"Teman macam apa kalian? Tidakkah kalian sadar, temanmu ini sedang kelaparan." ujarnya. Ia pun meletakkan tas plastik berisi makanan dan sebotol teh di atas nakas. Ketiga sahabat Niora hanya terdiam dan Niora melihat wajah datar lelaki asing itu.
Emily duduk di pinggir kasur, "Kenapa tidak bilang?"
Niora tersenyum kecut. "Maafkan aku...""Cepatlah makan! Jangan lupa minum obatnya, supaya perutmu tidak sakit lagi." Ramon mengangguk kecil lalu pergi meninggalkan mereka semua.
"Sebenarnya dia siapa? Sok peduli pada Niora," Felicia memandangi Emily, Eric, dan Niora bergantian. Niora sendiri masih bingung. Seingatnya tadi dia pingsan di koridor.
"Vernando Ramon." jawab Eric singkat.
"Anak kepala sekolah." sambung Emily. Felicia dan Niora tercengang.
⌖┈◌◌◌┈⌖
Awan-awan hitam menggumpal, menghiasi langit sore. Niora duduk termenung di bawah atap halte. Tadi Felicia menawarinya tumpangan. Emily dan Eric juga sama. Mereka khawatir dengan kondisi tubuh Niora. Mereka takut kalau Niora kembali pingsan. Namanya juga Niora. Pasti akan menolak niat baik orang lain untuk membantu dirinya. Bukan gengsi atau apapun itu. Dia hanya tidak ingin merepotkan teman-temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY CHILDISH MATE
أدب المراهقينSemenjak dua hari menjalin hubungan kasih dengan sahabat barunya yang kekanakan, mendadak Niora mengalami peristiwa yang membuat masa depannya hancur. Tidak ingin pulang karena malu pada bibi yang disayanginya, ia berkelana seorang diri pada tengah...