Kalau hati sudah hancur, mau diapakan lagi? Untuk melupakannya pun sangat sulit. Walaupun dibawa hingga mati, semuanya akan tetap sama dan tidak akan berubah.
~Arley&Niora
.
.
.
Ramon mendesah ketika puncak kenikmatan telah ia rasakan lagi setelah berkali-kali mengulangi puncak kenikmatan itu. Tubuhnya terasa amat sangat puas, tapi tidak dengan hatinya yang terasa berat karena memperkosa sahabatnya sendiri, yang baru saja berstatus sebagai kekasihnya.Ramon menatap wajah Niora, mata sembab itu tampak terpejam lelah. Tubuhnya berkeringat.
Ramon tak bisa berbuat apa-apa, tadi tubuhnya seperti kepanasan. Sepertinya semua ini karena minuman yang tadi ia teguk saat Niora pergi ke kamar mandi.
Laki-laki itu mengambil jaketnya, lalu menyelimuti tubuh telanjang Niora.
Ramon membaringkan tubuhnya yang lelah di lantai, di samping Niora yang tengah tertidur. Ramon memeluk tubuh Niora. Ia pun memejamkan mata."Maaf."
⌖┈◌◌◌┈⌖
Niora membuka matanya berat. Ini pasti karena efek menangis. Kejadian bersama Ramon tadi kembali terngiang di kepalanya. Sontak Niora langsung terbangun. Matanya membelalak lebar.
Oh. Ternyata ruangan masih sama, gelap. Niora melirik ke arah samping.
Ramon tertidur pulas di sampingnya. Hatinya menciut. Niora merasa lelaki itu seperti bukan Ramon. Ramon tidak seperti itu. Ramon tidak akan pernah berbuat seperti itu padanya.Tapi kenyataan tak bisa dipungkiri, bahwa lelaki itu memang benar Ramon.
Air mata menetes dari pelupuk mata Niora. Sedikit isakkan keluar dari mulutnya, tapi ia tidak ingin terlihat selemah itu, Niora berusaha membungkam mulutnya dengan kedua tangan. Tak ingin berlama-lama disana, yang hanya akan membuatnya tambah membenci Ramon, Niora buru-buru bangkit.
Niora meringis, tubuhnya sakit semua. Terlebih pada area kewanitaannya. Niora sebenarnya tidak bisa berdiri, selangkangannya terasa sangat kaku. Bagaimana tidak, Ramon terus melakukan itu sampai berapa belas kali. Tapi demi pergi dari sana, Niora mencoba melawan rasa sakit itu.
Ia segera mengenakan pakaian-pakaiannya, tak perduli walau pakaian itu sudah tak terbentuk. Robek di sana sini, tak membuatnya berhenti memakai semua pakaian itu untuk menutupi tubuhnya.
Setelah selesai, ia melirik tas, dan handphonenya. Ia mengambil handphone tersebut, lalu menyalakannya. Ketika layarnya menyala, angka 00:56 tertera di sana. Niora terdiam.
Bibinya sudah mengatakan jangan pulang larut malam. Bagaimana kalau bibinya tau kalau ia sudah tidak perawan? Bagaimana nantinya? Apa yang akan terjadi selanjutnya kalau semua orang tau kalau ia bukan lagi seorang gadis?
Niora mengusap pipinya yang basah, ia meletakkan handphonenya di lantai bersama dengan tas selempangnya. Niora lebih memilih meninggalkan tas dan handphonenya di sana, karena ia tak mau ada yang tau kalau dia akan pergi sejauh mungkin setelah kejadian itu.
Ia berjalan keluar dari ruangan itu, yang mungkin ruangan itu adalah gudang. Niora berjalan cepat, sedikit berlari menuruni anak tangga. Rupanya pesta masih berlangsung, karena suara dentuman musik tetap terdengar. Banyak orang juga masih menari-nari, ada yang minum-minum di meja bartender, ada yang bercumbuan di dekat tangga.
Dalam hati, Niora bertanya-tanya. Kemana ketiga sahabatnya itu? Mengapa mereka tidak perduli dengan keadaannya?
Niora memilih menundukkan kepalanya agar wajahnya bisa tertutup rambutnya yang berantakan.
Ia berlari secepat mungkin untuk keluar dari rumah Angela.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY CHILDISH MATE
Teen FictionSemenjak dua hari menjalin hubungan kasih dengan sahabat barunya yang kekanakan, mendadak Niora mengalami peristiwa yang membuat masa depannya hancur. Tidak ingin pulang karena malu pada bibi yang disayanginya, ia berkelana seorang diri pada tengah...