Chapter 10

1.5K 41 0
                                    


"Oh maaf... Niora, aku menyukaimu selama dua tahun lebih. Aku menyukaimu dalam diam, aku tak berani berbicara padamu. Entah lelaki macam apa aku ini. Aku hanya takut jika kau tolak. Tapi karena kita bersahabat, itu mempermudahkanku untuk mendekatimu. Mungkin bagimu ini terlalu cepat, tapi bagiku aku sudah terlalu lama menunggu dan aku tak mau membuang-buang waktu lagi. Mungkin cara menyatakan cinta seperti ini adalah hal yang norak. Yang terpenting... Apa kau mau menjadi kekasihku?"

"Aku... Eumm... Aku... Bagaimana ya menjelaskannya?"

.

.

.

"Aku nggak tau harus menjawab apa, tapi kalau boleh jujur aku nyaman saat bersamamu. Aku merasa aman saat kau disampingku. Aku merasa persahabatanku dengan Emily, Felicia, dan Eric lebih berwarna saat kau hadir di dalam ikatan persahabatan kami. Kau selalu menjagaku, tak peduli aku ini orang miskin, aku selalu ditindas, membuatmu dan yang lainnya ikut-ikutan dihina. Memang bagiku ini terlalu cepat, tapi aku nggak bisa membohongi hatiku. Aku juga menyukaimu, walaupun kau ini aneh, labil, kekanakan, dan misterius. Jadi... Ya... Begitulah," Niora mengangkat bahunya. Ramon tersenyum. Ia berdiri dan memeluk tubuh itu, yang mungil namun kuat, sekuat baja.

"Ku anggap itu artinya ya!" Kata Ramon dengan sangat bahagia. Masa penantiannya yang panjang telah selesai. Gadis yang selalu ia perhatikan dari jauh, yang selalu dilirik-liriknya, sekarang berada di pelukannya, di hidupnya dan mengambil alih seluruh ruang di hatinya.

Ramon mencium rambut Niora, ia suka wangi rambut gadis itu, sampai-sampai Ramon memejamkan mata dan menikmati bau wangi tersebut. Niora sendiri masih tidak percaya bahwa Ramon sudah menjadi kekasihnya, yang mengaku sudah lama menyukainya. Jantung Niora berdesir, desiran itu juga melewati perutnya bagaikan ada banyak kupu-kupu beterbangan perutnya.

"Mon?"

"Ya?"

"Aku mau tanya. Mengapa kau suka sekali berbicara padaku dengan suara aneh seperti anak kecil?" Niora melepaskan pelukannya dari sahabat sekaligus kekasihnya, ia mendongak. Ramon sedikit menunduk menatap manik coklat gadis itu.

"Karena kau spesial."

"Ayolah Ramon, aku serius!"

"Aku juga serius, Niora."

Niora menunduk. Pasti bukan itu alasannya. Apa yang masih disembunyikannya? Batinnya. Ya sudahlah ya, mungkin nanti ia akan tanyakan lagi alasannya.

"Baiklah."

"Kau mau kembali?" Tanya Ramon. Niora mendongak lagi. Ia mengangguk mantap.

"Ya, kurasa mereka sudah menunggu."

"Ya sudah ayo pulang,"

Kini bukan pergelangan tangan Niora yang dipengang Ramon, tapi telapak tangan Niora yang digenggam erat oleh Ramon.

"Oh iya satu lagi!" Niora menghentikan langkah kakinya, dan sedikit menarik tangan Ramon.

"Ada apa?" Ramon berbalik.

"Jangan bilang-bilang kalau kita sudah pacaran."

⌖┈◌◌◌┈⌖

"Lama sekali. Kalian beli minuman di dunia bagian mana sih?" Gerutu Eric yang sudah duduk di kursi pengemudi.

Ramon dan Niora masuk ke mobil dan duduk di kursi penumpang bersama Emily. Ya benar, Felicia sekarang sedang duduk di sebelah Eric, bertukar tempat dengan Ramon.

MY CHILDISH MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang