Chapter 9

1.6K 52 0
                                        

█ █ ▇ ▆ ▅ ▄ ▃ ▂
.

.

.

__________________________________

"Besok lusa? Jam berapa?" Niora berjalan keluar kelas bersama dengan Felicia dan Emily. Mungkin, Ramon dan Eric ada di luar, menunggu mereka.

"Sekitar pukul tujuh malam." Sahut Felicia lalu mengedarkan pandangannya ke sekeliling koridor XII yang masih ramai dengan para murid yang memilih bersantai sambil berbincang-bincang ringan dengan teman-temannya. Pandangan Felicia berhenti pada dua laki-laki yang sangat familier, Ramon dan Eric berjalan ke arah mereka, sedang berbicara sambil menunggu sahabat-sahabat perempuan mereka keluar dari kelas.

"Eric! Belikan aku minuman..." Emily berlari kecil, merangkul lengan kiri kembarannya yang langsung memutar bola matanya.

"Bukannya kamu punya uang sendiri?" Eric berusaha melepaskan tangan kembarannya, ia merasa risih.

"Habis. Aku tadi membeli banyak makanan," keluh Emily dengan muka memelas.

"Makanya jangan banyak makan!" Bentak Eric. Emily memonyongkan bibirnya.

Felicia dan Niora menyusul Emily.

"Sekarang?" Tanya Eric.

"Iya, mari kita pulang." Kata Felicia.

Mereka berjalan santai menuju tempat parkir mobil siswa. Saat berjalan, ketika melewati perpustakaan, Adeline menghampiri mereka sambil menggandeng tangan Danny. Semua orang melongo menatap mereka. Bagaimana bisa seorang murid baru langsung menggandeng seorang lelaki incaran para kaum hawa seperti Danny Browl. Oh iya, Adeline kan anak wakil ketua yayasan sekolah yang sangat berpengaruh terhadap Valora High School. Apapun yang diinginkannya pasti akan terpenuhi. Anak wakil ketua yayasan, catat!

"Hai teman-teman!" Sapa Adeline. NEFER tetap diam. Danny yang digandengnya pun tak bicara.

"Sampai jumpa besok lusa di pesta ulang tahun Angela. Jangan lupa dandani gadis miskin ini dengan baik biar tidak buat malu." Adeline mengusap-usap tangannya pada bahu Niora lalu mengusapnya pada seragam sekolah Danny, ia merasa tangannya kotor setelah menyentuh Niora.

"Tidak usah sok suci kau, dasar jalang! Memangnya kalau Niora miskin apa itu akan membuatmu mati?!" Bentak Felicia seraya berlalu, ia tidak terima atas sikap Adeline yang merendahkan sahabatnya. Semua terlihat geram, terlebih Felicia yang sedari awal memang sangat tidak suka dengan Adeline. Niora mengepalkan tangannya, ia menarik Ramon untuk pergi bersamanya. Eric menarik tangan kembarannya.

"Lebih baik kubelikan kau segudang minuman dan pergi dari sini, daripada melihat wajah murid baru yang nggak tahu diri ini," Kata Eric, bergegas menyusul sahabat-sahabatnya. Emily tersenyum kecil lalu raut wajahnya berubah jadi sebal.

"Apa kau puas? Sekarang biarkan aku pergi!" Danny menarik tangannya yang masih dalam gandengan tangan Adeline. Senyum licik tergambar di bibir Adeline.

"Kau mau kubiarkan pergi? Ikuti perintahku terlebih dulu."

"Kalau menyangkut mereka lagi, aku nggak mau!" Tolak Danny. Ia merasa kapok sudah berurusan dengan mereka, terlebih dengan Niora, hampir saja dia mati kalau Ramon tidak segera tiba dan menarik gadis itu dari tubuhnya.

Adeline mendekatkan mulutnya ke telinga Danny. Ia berbisik, dan bisikan tersebut sukses membuat Danny terlihat panik. Adeline tersenyum miring, lalu menarik diri dan pergi meninggalkan Danny yang masih terdiam membisu. Bisikan itu, bagaimana bisa dia tau? Kata-kata yang keluar dari mulut Adeline terus terngiang di kepala Danny.

"Aku tau kau hanyalah anak angkat keluarga Browl. Jika kau tidak mau berita itu tersebar, maka lakukan apa yang kukatakan,"

⌖┈◌◌◌┈⌖

MY CHILDISH MATETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang