.
.
.
Mata Niora mengerjap beberapa kali begitu sinar matahari masuk menembus jendela kamar dan pintu balkon yang terbuat dari kaca. Rupanya semalam Niora lupa menutup gorden jendela dan pintu balkon.Niora bangun, ia menatap jam dinding di dekat pintu kamarnya lalu mengalihkan pandangan ke arah kalender.
Ini sudah dua minggu semenjak ia kabur dari rumah Angela dan tinggal di rumah mewah ini.Niora turun dari kasurnya, meregangkan otot-otot tubuhnya yang kaku sehabis tidur selama 8 jam. Niora menarik napas sebentar lalu berjalan menuju ruang pakaian dan mengambil beberapa pakaian dari sana. Ia keluar lalu memasuki kamar mandi. Niora mulai melepas pakaiannya, kemudian ia masuk ke dalam bathtub.
⌖┈◌◌◌┈⌖
"Mama, Kak Vans mana?" Tanya Niora pada Odith yang sedang menyeruput secangkir teh hangat di halaman belakang.
"Sudah berangkat ke kampus, sayang." Jawab Odith setelah meneguk teh tersebut.
Niora manggut-manggut lalu duduk di kursi sebelah Odith.
"Tumben kamu mencari Vans? Ada apa memangnya?"
"Tadi ada map Kak Vans di meja makan. Apakah di dalam map tersebut berisi hal penting?"
Odith menolehkan kepalanya, menatap Niora.
"Di meja makan? Ah, anak itu! Ini hari presentasi dan dia malah meninggalkannya. Ceroboh sekali!" Gumam Odith.
"Hmm... Bagaimana kalau Nio yang antarkan ke kampusnya?"
"Kalau kamu tidak keberatan, kamu boleh mengantarnya."
"Tidak keberatan kok Ma. Ya sudah Nio pesan taksi dulu," pamit Niora.
"Kok naik taksi? Kan ada Pak Billy. Kamu diantar Pak Billy saja ya. Naik taksi bisa bahaya," Ujar Odith memperingatkan.
"Oh baiklah. Kalau begitu... Nio berangkat dulu ya," pamitnya.
"Hati-hati sayang."
"Iya Ma." Niora mencium pipi Odith lalu bergegas masuk. Dalam dua minggu saja, Niora bisa sepercaya itu pada orang lain.
Ia pergi ke kamarnya sebentar, mengambil tas dan handphone barunya, tak lupa ia memakai kardigan abu-abu untuk menutupi lengannya. Sebenarnya ia hanya mengenakan pakaian santai, kaus putih polos dan celana pendek selutut. Ia mengurai rambutnya yang semula ia gulung di atas dan menyisirnya.
Dirasa cukup ia segera turun dan pergi menuju teras rumah. Rupanya di depan sudah terparkir mobil merah, di dalamnya sudah ada Pak Billy yang tengah menunggu Niora untuk berangkat ke kampus Vans.
Niora membuka pintu mobil dan duduk di bangku penumpang."Selamat pagi menjelang siang Pak Billy..." Ujarnya sesaat setelah menutup pintu mobil.
"Selamat pagi menjelang siang juga Nona. Ke kampus Tuan Vans, bukan?" Tanya Billy memastikan.
"Iya Pak. Saya minta tolong agak cepat ya karena ini dokumen penting dan harus segera tiba di sana,"
"Siap Nona. Sabuk pengaman Nona tolong dikenakan, kita akan berjalan anti siput!" Serunya dengan nada jenaka. Niora tertawa kecil mendengarnya.
Mobil berjalan keluar dari pekarangan rumah Vans yang sangat besar.Entahlah mengapa Niora merasa sangat beruntung bisa diterima oleh keluarga pria itu. Para pekerja di rumah tersebut juga sangat ramah dan tak sedikitpun menyebalkan.
Tapi dia sadar kalau tidak selamanya akan tinggal di sana.Pikirannya kembali melayang membayangkan akibat dari kejadian sialan itu. Ia memikirkan kondisi bibinya, sekolahnya, dan sahabat-sahabatnya. Jauh di lubuk hatinya dia sangat amat rindu dengan kegiatannya sehari-hari. Pergi ke sekolah, memasak untuk bibinya, berkumpul bersama sahabatnya. Beberapa hari yang lalu Odith menanyakan perihal sekolahnya tapi ia menolak untuk kembali karena pastinya akan bertemu lagi dengan Ramon.

KAMU SEDANG MEMBACA
MY CHILDISH MATE
Ficção AdolescenteSemenjak dua hari menjalin hubungan kasih dengan sahabat barunya yang kekanakan, mendadak Niora mengalami peristiwa yang membuat masa depannya hancur. Tidak ingin pulang karena malu pada bibi yang disayanginya, ia berkelana seorang diri pada tengah...