🐿️ part 4 🐿️

153 28 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🌵🌵🌵🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️


Cinta pandangan pertama, adalah hal yang tidak pernah terlintas dalam benak seorang Aldrift Keano Gautama yang di mana kehidupannya hanya berselimut kebencian dan dendam. Hanya ada pesakitan yang nyata tergores maupun tak terlihat di mana rasa sakitnya melebihi sabetan sebilah pedang pada permukaan kulit.

Cacian dan makian, hinaan dan tatapan rendah dari mereka yang harusnya memeluk dirinya kapan pun dan dalam keadaan apa pun. Bukan bermaksud manja, juga bukan bermaksud mencari perhatian. Hanya keinginan kecil merasakan kasih sayang dan dekapan hangat dari sebuah pelukan di mana itu bernama keluarga.

Terkadang kala datang pujian dan dambaan, tatapan memuja juga panggilan kekaguman yang hanya terasa hambar karena didapat dari mata asing tak berarti. Mendekati karena paras rupawan yang juga pasti membuatnya dalam keadaan tak mengenakkan.

Kuda besi baru saja terparkir di halaman sebuah cafe, kaki jenjang itu menapaki tanah dan melangkah memasuki gedung tempat pundi-pundinya berdatangan. Ya. Tempat ini adalah miliknya. Sebuah usaha kecil yang ia kelola sendiri. Tanpa campur tangan sebuah nama besar yang berada di belakang namanya. Tanpa diketahui mereka yang tak menganggapnya ada.

Pintu kaca didorongnya, hawa sejuk dari pendingin ruangan menerpa. Tatanan meja yang rapi terlihat penuh oleh para pengunjung tertangkap indra. Bibir tebal itu membentuk bulan sabit tak kala wajah kebahagiaan terlihat jelas di sana. Menggambarkan rasa puas yang dia harap tercipta akan pelayanan cafenya.

Tatapan iris gelap itu mengedar, menelisik setiap sudut bangunan persegi dengan interior bertema sepak bola.

"Hey, Drift." Sebuah suara yang memanggil membuat sosok yang sedari tadi berdiri di depan pintu menoleh. Di sudut kanan ruangan beberapa kumpulan pemuda tengah duduk nyaman pada sebuah sofa panjang.

Senyum pemuda yang dipanggil Aldrift itu terbit, melengkung seperempat lingkaran. Kaki jenjangnya mulai meninggalkan tempatnya berdiri, mendekat pada kumpulan yang tampak asyik dengan beberapa kegiatan mereka. Menikmati makanan, bermain ponsel atau hanya sekadar mengobrol.

"Kalian sudah lama di sini?" Ia bertanya setelah berdiri di hadapan kelima pemuda itu. Mengulurkan tangan lalu saling berjabat ala kebesaran laki-laki. Mendekati sofa single paling ujung dan menjatuhkan tubuhnya di sana, tempat yang tepat untuk melihat jajaran manusia yang tengah asyik dengan kegiatan mereka menyantap kudapan dari cafe.

Kepalanya menggeleng tak kala melihat meja yang penuh akan beberapa bekas makanan. Kepalanya menoleh, menatap satu persatu sahabat yang duduk di depannya. Menggeleng akan kelakuan mereka yang tidak pernah berubah.

"Kalian makan segini banyak, siapa yang bayar?" Tatapannya jatuh pada pemuda dengan rambut panjang sebahu. Masih dengan mengunyah, sahabatnya yang bernama Randy itu menampilkan senyum gigi kuda, deretan gigi putih yang rapi terlihat jelas di sana.

Unexpected DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang