🐿️ Part 25 🐿️

287 27 17
                                    

Pernikahan


🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🌵🌵🌵🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🌵🌵🌵🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️


Revin membelokkan mobilnya ke kantor polisi. Sudah banyak wartawan di sana sehingga membutuhkan pengawalan baginya untuk memasuki gedung tempat pengaduan masyarakat itu.
Beberapa waktu lalu ia baru saja mendapatkan kabar kalau Sundra, dalang di balik penculikan Nayla dan kecelakaan papanya sudah tertangkap. Beritanya cukup menyebar sampai para pemburu berita berjubel di depan pagar kantor polisi.


Revin mengangguk sopan pada beberapa petugas jaga di sana. Langkahnya tegap mengikuti sosok berbadan tambun dengan seragam ketata menyusuri setiap sel dengan beberapa orang di dalamnya.
Lorong panjang dan sel paling ujung menjadi tempat pemberhentian, Revin mendekati sekat besi dan melihat seseorang di dalamnya.
Sundra. Laki-laki paruh baya itu tengah duduk di sudut kanan sel
Menyandarkan punggungnya pada dinginnya dinding penjara dengan kepala yang tertunduk.


Revin tersenyum miring, tangannya terangkat memegang teralis besi dengan kuat. Ia berdesis tajam, " Sepertinya tempat ini memang cocok untukmu."


Tanpa diduga, Sundra berderak celat mendekatinya, turut memegang besi pembatas yang memisahkan keduanya. "Ini semua karena adik sialanmu itu," ucap Sundra dengan kemarahan.


Lagi-lagi Revin mendengus sinis, menampakkan sebuah seringai. "Hanya karena adikku menggagalkan kerja sama kita, kau membuat papaku kecelakaan dan menculik calon istriku?"


Hantaman keras terdengar kala Revin menggebrak teralis besi dengan kedua tangan. Ia memandang Sundra dengan tajam.


Bukannya takut, Sundra malah tertawa dengan keras. Seolah ada kelucuan dalam dirinya yang memang patut untuk ditertawakan. Tangannya tetangkat menunjuk keberadaan Revin.


"Kau pikir hanya karena masalah sesimple itu?" Tawanya semakin keras di dalam sel, menggema sehingga mendapat perhatian dari polisi yang sebelumnya mengantar Revin ke tempat ini.


Sesaat kemudian, Sundra kembali berlari cepat menuju Revin. Ia berdesis dengan pandangan tajam. "Adikmu telah menghancurkan bisnis ilegalku. Menghancurkan tambang emasku." Matanya memancarkan kemarahan di sana.


Sedangkan Revin tampak terkejut dengan perkataan Sundra. Pikirannya bergejolak mencerna apa yang baru saja dia dengar.


“Dia bajingan cilik yang menyusahkan.” Tawa Sundra kembali terdengar. “Tapi aku harap dia bisa mati dengan tusukan yang diberikan putraku.”


Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, ia pergi meninggalkan bangsal di mana laki-laki itu ditahan.


"Hai! Bahkan sebelum pengajuan kerja sama pun, aku sudah mengenal adikmu. Itu kenapa aku pura-pura marah agar aku bisa membatalkan kerja sama kita," teriak Sundra.
Masih bersikap acuh ia tetap melangkah meski polisi di sampingnya tampak kewalahan mengikuti langkah jenjangnya yang lebar. Tidak pernah disangka kalau hal lain yang mendasari Sundra melakukan kejahatan itu.

Unexpected DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang