🐿️ Prolog 🐿️

391 55 35
                                    

Prolog

Menyesakkan.

Adalah bentuk rasaku ketika ingin membenci seseorang tetapi tak bisa karena sebuah panggilan Ayah sebagai tanda penghormatanku padanya.

🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🍃🍃🍃🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️

"Tidak!" Ruang keluarga terasa sesak, embusan angin yang melewati perabotan seolah menghantarkan hawa panas kala dua pasangan paruh baya bersitegang. Gorden yang sebelumnya menari lincah dengan bantuan angin kini tampak bergerak kaku, seolah turut merasakan ketakutan dari perdebatan di sana.

"Papa tidak setuju, papa tidak mau Al ikut ke acara Revin nanti, Ma?" Pria paruh baya mengenakan kemeja kotak-kotak mengeluarkan titah. Kata-kata yang diucapkan pun penuh ketegasan. Mata tajam dihiasi urat yang kentara karena usia itu memandang tajam perempuan di depannya, mengisyaratkan apa yang didengar dari bibir sang istri tidak ia setujui.

"Tapi kenapa, Pa? Al, 'kan adiknya Revin. Kenapa Al tidak boleh menghadiri acara kakaknya." Pria bernama Darren itu membuang muka sejenak, merasa muak kala sang istri membela anak bungsu mereka. Kembali menoleh pada perempuan rambut sepunggung, memperlihatkan ketidaksukaan atas ucapannya yang dibantah.

"Al itu biang masalah, biang onar. Papa hanya tidak ingin dia mempermalukan kita di depan calon Revin, di depan calon besan kita. Papa tidak mau rencana perjodohan ini akan gagal nantinya." Perempuan yang mengenakan dress batik itu menganga tak percaya, memandang sang suami dengan terkejut. Merasa sesak kala putranya disebut biang onar. Ia tahu kalau Al memang tidak seperti kakaknya, tetapi tidak juga harus seperti ini.

Baru saja ia membuka mulut untuk menjawab kata-kata sang suami. Namun, urung kala telapak tangan pria yang kini kembali memalingkan wajah terangkat di depan wajahnya. Sebuah perbuatan yang biasa dilakukan kala ucapannya tidak ingin dibantah. "Keputusan papa sudah bulat. Papa tidak ingin Aldrift ikut dalam acara pertemuan Revin dengan keluarga calon istrinya. Titik." Pria yang amarahnya tidak dapat ditahan karena bantahan sang istri itu pun berlalu, meninggalkan sang istri yang kini sudah menitikkan air mata.

Tidak keduanya sadari, seorang pemuda yang tengah diperbincangkan tengah berdiri di balik rak buku, sekat pembatas antar ruang tamu dan ruang tengah. Beruntunglah tatanan buku yang penuh dapat menutupi keberadaan dirinya. Pemuda yang baru saja datang itu mendengar semua pertengkaran kedua orang tuanya. Dada yang terasa sesak seakan mengimpit, tangan terangkat untuk menekan di sana. Mata tajam nan legam itu pun, kini turut berembun.


Tak ingin keberadaannya diketahui, ia memilih pergi dari sana. Keluar dari rumah dengan berlari.

🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🍃🍃🍃🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️

Bagaimana untuk awalnya?
Aku harap kalian suka, ya.

Apakah kabar kalian? Tetap sehat, ya☺️☺️☺️

Sedang apa kalian saat mendapat notif ini?

Di mana kalian berada saat membaca cerita ini?

Bersama siapa?

Pakai baju apa?

Dan jangan lupa. Stay save, ya. Ikuti protokol kesehatan selalu

😘😘😘😘😘🤗🤗🤗🤗

😘😘😘😘😘🤗🤗🤗🤗

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Unexpected DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang