🐿️ Part 16 🐿️

99 20 0
                                    

Unexpected Destiny

Part 16

🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🌵🌵🌵🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️

Aldrift masih mematung di tempat kala Kayla telah berlalu. Ucapan yang baru saja didengar dari perempuan yang ia cintai barusan sungguh membuat dirinya terkejut bukan main, candaan yang tidak lucu karena ini bukanlah lelucon.

Aroma parfum vanila yang baru saja melewati dirinya masih begitu terasa pada hidung, enggan pergi meski si pemilik raga telah jauh. Iris hitam legam memandang ke arah bawah dengan kosong, terasa hampa akan apa yang baru saja didapat.

Apa ini? Ada apa ini? Kenapa seperti ini?

Benak sana masih tak mampu mencerna akan apa yang ia terima dari berbagai arah, seolah segalanya enggan berada untuk memihak dirinya. Jangan, cukup berdiri dekat saja sepertinya ogah.

Sebuah sentuhan pada jemari kiri membuat Aldrift tersadar, ia menunduk dan melihat bocah laki-laki dengan kaus putih lusuh tengah menatap dirinya polos. "Kak. Kak Kayla mau ke mana? Kenapa katanya dia sudah tidak bisa ngajar kami lagi?" tanyanya.

Mata Aldrift mengerjap, rasa sesak mulai menjalar, sakit mulai mengimpit. Riak itu mulai terbentuk di pelupuk mata. Berhenti mengajar? Kenapa? Apa yang sebenarnya terjadi.

Kali ini, tangannya digoyangkan. Aldrift kembali menunduk dan mendapati bocah yang sama masih berdiri di depannya. Kali ini, beberapa berada di barisan belakang.

Mensejajarkan tubuh, Aldrift memegang bahu anak itu, menatap satu per satu wajah-wajah lugu yang selama ini mendapatkan ilmu dari Kayla.

Aldrift tersenyum. "Kakak juga tidak tahu. Nanti Kakak akan tanyakan sama Kak Kayla." Semua mengangguk lesu. Ia yakin, sosok Kayla adalah salah satu yang berharga dari mereka. Jika perempuan itu tak lagi mengajar, pasti anak-anak ini merasa kehilangan.

"Kalian belum belajar hari ini?" Semua menggeleng.

Salah satu anak yang ada di barisan belakang menimpali, "Kak Kayla tadi ke sini cuma pamit, Kak."

"Kalau begitu, hari ini biar Kakak yang akan mengajar kalian." Lihatlah senyum yang kini terpatri di wajah-wajah polos itu. Mendengar dirinya akan mengambil alih pelajaran hari ini, mereka begitu antusias.

Mana tega ia membiarkan semangat itu surut. Ia akan mencari tahu kenapa Kayla melakukan ini. Sekaligus mengenai mereka ke depannya.

Sungguh. Sisi egois dalam dirinya tiba-tiba saja muncul. Merasa tidak menyukai keputusan Kayla.

Perasaan lega, bahagia tanpa beban Aldrift tuangkan di temapt kumuh ini. Bertindak sebagai pengajar, ia menemukan hal baru di tempat yang asing namun terasa nyaman.

Lagi. Ia menemukan kenyamanan bukan di tempat yang bisa dikatakan rumah.

Belajar, bercanda dan bercengkerama membuat Aldrift lupa waktu akan keberadaan dirinya. Seusai mengajar tadi ia tidak langsung pulang, malah menyisir area kotor itu. Bahkan bermain sepak bola bersama anak-anak pemulung sana.

Waktu menunjukkan pukul 16:00. Hari sudah beranjak sore, ia memutuskan untuk pulang hari ini.

Menyusuri tumpukan sampah, rumah kumuh hingga gang kecil, ia melangkah menuju jalan raya. Andai saja ada akses untuk mobilnya.

Di perjalanan yang sepi, saat itulah ia mendapati dua orang di salah satu gang sempit tengah berdiri berhadapan. Merasa ada yang aneh, ia berjalan mendekat dengan pelan.

Unexpected DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang