🐿️ Part 10 🐿️

111 21 0
                                    

Unexpected Destiny

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Unexpected Destiny

Part 10

🐿🐿🐿🐿🐿🌵🌵🌵🐿🐿🐿🐿🐿

Kedua tangan membawa kantong plastik berwarna putih yang ukurannya sangat besar, sebuah logo restoran tergambar di salah satu sisinya. Di hari sabtu ini, Aldrift memutuskan untuk menemui Kayla dan anak-anak jalanan di tempat ini.

Aldrift melangkah pelan menapaki tanah kotor yang beberapa waktu lalu pernah ia singgahi. Sebuah perkampungan kumuh di mana ia tidak sengaja bisa mengenal sosok guru cantik baik hati bernama Kayla.

Dilewatinya beberapa orang yang tengah berkutat dengan setumpuk sampah, mengais rezeki untuk mereka mencari makan. Lagi, sebuah senyuman miris ia ukir kala mengingat dirinya hanya mengeluh mengenai sebuah keluarga.

Tempat di mana Kayla mengajar sudah terlihat, langkah Aldrift semakin bersemangat mendekat. Beberapa langkah lagi ia sampai, tetapi pandangan Kayla sudah jatuh padanya.

Iris mereka saling bertabrakan, menarik sudut bibir saat perempuan manis itu memberikan senyum padanya. Percayalah! Hanya sebuah senyuman mampu mengantarkan hawa sejuk dalam dirinya. Bak sekitar yang penuh sampah tak terlalu berarti kala perempuan berhijab kuning itu melemparkan bulan sabit padanya.

Diangkatnya kedua tangan yang menenteng kantung plastik putih, kepalanya bergerak sedikit menoleh pada kedua tangannya berada. Bermaksud mengatakan pada Kayla kalau apa yang ia bawa ini adalah untuk anak-anak.

Kayla mengangguk, mengangkat tangan dan mengarahkan telapak tangan pada dirinya. Aldrift membalas anggukan pula, ia segera mendekati pohon yang biasa ditempati anak-anak untuk makan. Meletakkan kantong itu di sisi kanan, lalu duduk di atas sebuah karpet yang ada.

Duduk bersila, ia memandangi Kayla yang tengah mengajar anak-anak jalanan yang didominasi dari tempat kumuh ini. Memerhatikan sikap dewasa dan kebaikan hati pada diri seorang gadis yang berhasil mencuri perhatiannya sejak pertama kali memandang.

"Ada yang tahu di mana Bimo?" Memangku tangan di atas lutut, telapaknya menopang dagu. Ia memerhatikan seksama perempuan dengan kata yang selalu bertutur lembut itu.

"Tidak, Kak," jawab anak-anak itu kompak. Ada guratan kecewa pada wajah dengan pipi berhias pewarna merah itu.

Namun, ada seorang anak laki-laki yang mengangkat tangannya pelan. Jika diperhatikan dari gesturnya, anak berambut keriting itu tampak ragu dan takut.

"Iya Adit?"

"Se-sebenarnya semalam Adit lihat Bimo pulang sama Bang Reno, Kak." Wajah terkejut jelas sekali ia dapati dalam diri Kayla, helaan napas dalam terlihat dari bahu yang naik dan turun perlahan. Ada apa?

"Ya sudah. Kalian kerjakan dulu ini." Kayla menunjuk papan hitam yang ada di belakangnya. Beberapa angka tertulis dengan kapur putih di sana.

Kedatangan seseorang membuat ia mengalihkan pandangan. Seorang bapak-bapak dengan topi dan handuk yang melingkari leher mendekat ke arahnya. Dua kantung plastik lagi berada di tangan laki-laki itu. Berjalan dengan senyuman yang sangat lebar.

Unexpected DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang