🐿️ Part 20 🐿️

119 22 2
                                    

Unexpected Destiny

Part 20

🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🌵🌵🌵🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️🌵🌵🌵🐿️🐿️🐿️🐿️🐿️

Esline membuka pintu sebuah ruangan yang biasa ia tempati untuk menunggu Aldrift. Sosok laki-laki yang ia ketahui teman putranya tengah bermain ponsel, sedang dua lagi tertidur lelap pada sofa.

Kalau tidak salah namanya adalah Candra ketika kemarin mereka berkenalan. "Tante," sapa Candra. Laki-laki dengan kantung mata itu membangunkan kedua temannya.

Esline tersenyum melihat grasak-grusuk mereka. Merekalah yang selalu menemani putranya ketika sedih selama ini. Dalam hati ia merasa tercubit karena menyadari Aldrift yang merasa asing dalam keluarga, dan malah mendapat kenyamanan dari orang lain.

Meletakkan beberapa makanan di atas meja, ia menatap ketiga laki-laki yang kini tengah membereskan barang-barang mereka. "Kalian mau pulang?"

Candra yang mewakili lainnya mengangguk. "Iya, Tante. Mau bersih-bersih dulu. Nanti malam kita datang lagi."

"Kalian nggak sarapan dulu. Tante bawa beberapa roti."

Mereka menggeleng. "Kami langsung pulang saja, Tante." Tidak ada kehendak baginya menghalangi. Ia menerima uluran tangan untuk berpamitan.

Setelah ketiganya pergi, ruangan kembali sepi. Esline berjalan ke arah kaca bening. Sebuah sekat untuk memisahkan dirinya dan Aldrift yang menjalani perawatan di ruangan sebelah.

Mata jernih itu kembali berkaca ketika menatap sosok yang selalu kuat kini tidak berdaya. Terbaring lemah di atas brankar dengan bantuan peralatan medis yang melekat pada tubuhnya.

Air mata tidak mampu terbendung lagi, mengalir begitu saja tanpa permisi, membentuk anak sungai pada pipi. Menutup mulut dengan telapak tangan, Esline menahan isakkan.

Tangannya pelan bergerak mendekati kaca, membelai sekat bening seolah-olah tengah memegang putranya. "Bangun, Sayang. Mama di sini. Sampai kapan kamu mau tidur terus?"

Seminggu sudah Aldrift menjalani perawatan. Dokter mengatakan kalau kondisi Aldrift stabil, tetapi entah kenapa kelopak matanya seolah tidak mau terbuka.

"Kamu anak kuat. Bangun, Sayang. Banyak yang menunggu kamu di sini." Esline tidak dapat lagi menahan tangisannya, rasa sedih itu semakin menyayat sakit ketika menatap keadaan Aldrift masih tidak sadarkan diri.

Pintu ruangan tiba-tiba saja terbuka, berbarengan dengan ucapan salam dari seorang perempuan cantik yang sebentar lagi menjadi menantunya. Esline buru-buru menghapus air mata tidak ingin terlihat.

Meski yakin Kayla akan menyadari kesedihannya, ia tetap menghampiri calon menantunya itu dengan senyuman. Keduanya berpelukan sesaat. "Kamu sendiri?"

Unexpected DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang