7. Hari Baru

146 15 2
                                    


وَأَسْأَلُكَ قَلْبًا سَلِيْمًا

"Aku memohon kepada-Mu hati yang bersih." (Diriwayatkan oleh Ahmad [4/123, 125]; At- Tirmidzi, nomor 3407 dan An-Nasa'i, nomor 1305)

Di pagi hari yang hening nan menyejukkan, seperti di lingkungan kota Yogyakarta. Yang keasriannya masih terjaga pasti, apalagi gaya tradisional. Khas Yogyakarta masih terasa kental.

Aza dan kedua sahabatnya sedang berjalan-jalan di lingkungan pesantren Al-ikhlas. Tepatnya kedua sahabatnya sedang menemaninya melihat-lihat pesantren barunya.

Mereka bertiga sedang berada di pinggir danau belakang pesantren. Melihat damainya kondisi danau ini sungguh menyejukkan hatinya. Apalagi dengan burung-burung yang saling berkicau merdu. Tak lupa embun sejuk yang menghiasi taman dekat danau.

Lampu taman yang masih menyala menjadi penerang di gelepan ba'da subuh ini. Mereka bertiga seperti orang aneh yang masih pagi sekali tetapi sudah menempatkan diri di taman belakang. Ia memperhatikan sekitar taman yang menurutnya menarik.

Kedua sahabatnya sedang asik menghafal beberapa surat Al-Qur'an yang harus di hafal. Sedangkan dirinya masih belum menghafal seperti yang teman-temannya lakukan, karena ia baru tadi malam sampai di pesantren. Sehingga ia belum mendapatkan tugas-tugas yang diberikan oleh para ustadz.

"يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ"

Ia mendengar samar-samar suara Ahmed yang sedang manghafal surat Yusuf tepatnya di ayat 39. Ia masih hafal betul surat yang harus dihafal itu. Pertama kali ia hafal salah satu surat di dalam Al-Qur'an adalah surat Yusuf. Ketika ia masih kecil dulu, ayahnya selalu mengingatkan ia agar menghafal Al-Qur'an. Kebiasaannya selalu merengek meminta ayahnya membacakan surat Yusuf ketika ia ingin tidur.

Di umurnya yang ke 16 tahun Aza sudah menghafal Al-Qur'an hingga 30 juz. Karena ayah Aza selalu mengajak Aza untuk menghafal Al-Qur'an, keluarga Aza pun sudah banyak yang menjadi Hafiz maupun Hafidzah. Di lingkungan keluarganya yang merupakan para penghafal Al-Qur'an, menjadikan dirinya harus juga menjadi penghafal Al-Qur'an. Keberkahan Allah selalu mengikuti orang yang menghafal Al-Qur'an.

"مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا"

"Ahmed antum jangan keras-keras dong, ane jadi nggak konsen hafalannya", hafalan Ahmed terhenti oleh Omelan Yusuf yang tidak bisa konsen dengan suara Ahmed yang keras-keras ketika menghafal.

Mereka berdua selalu mempermasalahkan tentang hafalan yang terlalu keras, sehingga mengganggu teman yang lain yang juga sedang menghafal.

"Iya iya, sebentar-sebentar. Antum nih, ane jadi lupa kan", sahut Ahmed sedikit sabar.

"ck Orang antum yang suka keras-keras kalo lagi hafalan", omel Yusuf sembari mencebikan mulutnya.

"Na'am na'am. Afwan suf".

"Na'am".

Terlalu asiknya ia mensyukuri indahnya ciptaan Allah SWT, hingga ia tidak mau ambil pusing untuk menanggapi kedua sahabatnya yang sedang bercekcok. Semakin lama ia membiarkan kedua sahabatnya, semakin bertambah cekcok kedua sahabat tersebut. Hingga Aza lebih memilih mengentikan keduanya

"Antum ini, masih pagi saja sudah ribut. Lebih baik antum-antum nemenin ane ke perpustakaan. Kebetulan ane belum tau letak perpustakaan ada dimana", lerai Aza.

"Baik za, ayo ane antar ke perpustakaan".

Lantas mereka bertiga berjalan menuju ke perpustakaan. Di perjalanan, Aza melihat banyak yang sedang melakukan kegiatan yang menurutnya sangat menarik untuk diperhatikan.

Aza berjalan beriringan dengan kedua sahabatnya. Di pertengahan jalan ia mengingat sesuatu yang harus disampaikan. Ia harus ke ruangan ustadz Alfin untuk menyampaikan pesan dari ayahnya.

Namun ia berfikir mungkin lebih baik setelah ke perpustakaan saja. Ia berjalan di depan kedua sahabatnya. Hingga dari ujung jalan ia melihat perpustakaan yang berada di depan kamar para akhwat. Tak sampai itu saja, ia melihat-lihat sekitar perpustakaan. Di samping perpustakaan terdapat taman yang terdapat beberapa akhwat yang sedang membaca, ada juga akhwat yang sedang menghafal.

Ia fikir ia salah tempat, situasi ini belum memungkinkan untuk ia ke perpustakaan. Ia merasa ada yang janggal dengan keadaan hening ini, tak biasanya kedua sahabatnya berdiam diri tak bersuara. Lalu ia memutuskan untuk melongok ke belakang. Dimana kedua sahabatnya tidak terlihat olehnya.

"Dimana Ahmed dan Yusuf", batinnya.

Ia mencari kedua sahabatnya. Kenapa tiba-tiba mereka berdua menghilang tak terlihat.

"Astaghfirullah , dimana dua anak ini", batinnya kesal.

***




Suasana pesantren Al-Ikhlas dipagi hari menenangkan hati siapa saja yang tinggal disana. Burung-burung berkicau merdu di dahan pohon yang berada di sekitar pesantren. Embun pagi masih menandakan hawa dingin nan sejuk. Lampu temaram menghiasi taman perpustakaan.


Menikmati kesejukan dipagi hari adalah kegiatan paling favorit bagi Azera dan sahabat-sahabatnya. Mereka berempat sedang bermurojaah ditaman perpustakaan. Azera sangat menikmati murojaahnya begitu juga dengan Ceyda dan kedua sahabatnya.

Sesekali ia melihat keadaan sekitar, samar-samar ia melihat seorang Ikhwan yang tak jauh dari posisinya berada. Ia merasa tak asing dengan Ikhwan tersebut. Hingga ia memperjelas lagi penglihatannya. Benar saja Ikhwan itu lagi, Aza namanya.

"Ra ada Ikhwan yang kemarin Ra", perkataan Ceyda memecahkan fikiran Azera.

"Terus ane haru gimana?", jawab Azera sembari memutar kedua bola matanya.

"Siapa da?", tanya Zara kepo.

"Itu Ikhwan yang kemarin baru masuk ke pesantren", jelas Ceyda.

"Aza kan?", tanya Dina.

"Iya Din, si Aza".

"Bukannya dia sepupu kamu ya Ra?", tanya Dina.

"Loh Ikhwan itu sepupu kamu Ra?", tanya Ceyda ke Azera.

"Bukan ih Ceyda. Maksud ane Ikhwan itu sepupunya Zara", jelas Dina.

Lantas Azera yang mendengar kekepoan Ceyda hanya terkekeh.











Segini dulu, cuma mau nerusin part ya teman-teman :v.. fikiranku buntu belum nemuin ide lagi. Di sisi lain aku sedang menjalankan yang namanya ujian sekolah, huhu. Do'akan ya teman-teman. Nanti kalo ujian beserta tetek bengeknya selesai, insyaallah aku selesaiin cerita ini :). Mohon doanya ya kawan :) .

Salam Elnaraantika
Sabtu; 7 Maret 2020

Lentera HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang