17. Seminar

107 13 19
                                    

Jangan berhenti di tengah jalan dalam berusaha, Bulanpun butuh proses untuk menjadi seterang purnama.

~Azharian

Pukul 7 pagi tepat Azera sudah berada di kampusnya. Sekarang ia tidak memiliki kegiatan selain sibuk mengurus revisian skripsinya. Karena tingkat kejenuhannya sudah melambung tinggi, lebih baik ia metefresh otaknya terlebih dahulu.

Sekarang Azera berada di kantin bersama Ceyda. Mereka berdua bercanda layaknya persahabatan orang lain. Membicarakan ini itu yang terkadang bisa membuat mereka tertawa namun tidak terlalu keras.

Karena Azera yang sebentar lagi akan wisuda, Ceyda sebisa mungkin memberikan saran yang terbaik untuk Azera. Mereka juga saling membicarakan masa depan masing-masing.

Sekarang Azera sedang meminta pendapat dari Ceyda. Ia bingung antara akan melanjutkan pekerjaannya di Indonesia atau di Turkish. Yang pasti Azera tidak mau jauh-jauh dari Bunda.

Ya bagaimana lagi, Azera yang meminta tidak ingin jauh dari Bundanya. Ceyda pasti memberikan saran untuk Azera agar tetap bekerja di Turkish saja.

Sesekali mereka berdua memakan cemilan yang sudah mereka pesan tadi. Azera melirik arloji yang terpasang apik di pergelangan tangannya.

Waktu menunjukkan sudah pukul setengah delapan, yang berarti mereka berdua sudah 30 menit berada di kantin kampus ini.

Pukul 08.15 a.m nanti mereka akan menghadiri acara seminar yang akan di gelar di aula kampus. Acara seminar tersebut diadakan bertujuan untuk memotivasi mahasiswa-mahasiswa yang akan wisuda.

15 menit lagi acara akan dimulai. Azera dan Ceyda memutuskan untuk berkumpul di aula sekarang. Mereka berjalan beriringan di sepanjang koridor. Tak lupa dengan perbincangan mereka yang masih berlanjut. Memang sudah menjadi kodrat bagi perempuan menyukai perbincangan yang cukup lama.

Sesampainya di aula, Azera memilih duduk di baris ke dua dari depan, baris ke kedua dari samping kanan. Ceyda berada di samping kanannya, Ia bersebelahan dengan ceyda.

Suasana di aula sudah cukup ramai. Banyak sekali yang hadir di seminar kali ini. Bahkan kakak tingkatnya lebih banyak yang hadir dibandingkan dengan angkatannya.

Seminar kali ini akan diisi oleh alumni dari kampus ini dengan prodi Psikologi, beliau bernama Ahmed Ali. Umurnya masih 29 tahun, satu angkatan dengan kakak sulungnya. Katanya Ahmed Ali sudah lama digadang-gadang oleh para mahasiswi di fakultas manapun, itu karena kadar ketampanannya melebihi Shawn Mendes. Itu katanya.

Sembari menunggu datangnya pengisi seminar, Azera menyiapkan perlatan tulisnya terlebih dahulu. Ia akan menulis materi penting di seminar ini. Apapun yang Ahmed Ali katakan, ia akan menulisnya.

Ahmed Ali sudah berdiri di podium, yang berarti acara seminar sudah dimulai. Azera terus memperhatikan apa yang Ahmed Ali katakan. Azera sangat fokus dengan seminar kali ini.

"Ehem", suara seorang pria berdehem tiba-tiba membuat jantungnya berdetak dua kali lipat. Ia tidak asing dengan suara tersebut.

"Halo Ara", sapa orang yang berada di samping kirinya. Lantas Azera menoleh ke sumber suara itu.

"Halo kak Aza", sapa balik Azera sembari tersenyum tipis.

Akibat dirinya yang terlalu fokus dengan seminar, ia tidak sadar jika di samping kirinya ada orang yang sudah membuat jantungnya berdetak dua kali lipat.

Lentera HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang