5. Rasulullah Saw

136 20 0
                                    

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

"Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian." (HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih)

Aza dan kedua sahabatnya masih berjalan-jalan di dalam museum tersebut, tak sedikit yang Aza ceritakan tentang sejarah yang ada di kota ini ke pada dua sahabatnya itu. Tak jarang Yusuf dan Ahmed menanyakan hal-hal yang penting.

"Suf, med.. kalian tau kan perang Uhud yang dialami oleh Rasulullah Saw. dulu?".

"Yang dulu pernah diceritain sama ustadz Arif dulu kan?", tanya Yusuf.

"Na'am, antum benar".

"Ohiya Ane masih ingat nih", sahut Ahmed.

"Na'am, kisah Rasulullah Saw memang kita harus mengingatnya. Bagaimana perjuangan beliau dulu dalam menghadapi kaum kafir Quraisy", jawab Aza bijak.

"Aza coba antum cerita lagi bagaimana perang Uhud terjadi", ujar Yusuf memberi ide.

"Ane setuju", sahut Ahmed.

"Baiklah, Ane cerita nih ya",

"Pertempuran Uhud adalah pertempuran yang pecah antara kaum Muslim dengan kaum
kafir Quraisy pada tanggal 22 Maret 625 M (7 Syawal 3 H). Pertempuran ini terjadi kurang lebih setahun lebih seminggu setelah Pertempuran Badr.

Tentara Islam berjumlah 700 orang sedangkan tentara kafir berjumlah 3.000 orang. Tentara Islam dipimpin langsung oleh Rasulullah sedangkan tentara kafir dipimpin oleh Abu Sufyan.

Disebut Pertempuran Uhud karena terjadi di dekat bukit Uhud yang terletak 4 mil dari Masjid Nabawi dan mempunyai ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah dengan panjang 5 mil.

Rasulullah menempatkan pasukan Islam di kaki bukit Uhud di bagian barat. Tentara Islam berada dalam formasi yang kompak dengan panjang front kurang lebih 1.000 yard.

Sayap kanan berada di kaki bukit Uhud sedangkan sayap kiri berada di kaki bukit Ainain (tinggi 40 kaki, panjang 500 kaki). Sayap kanan Muslim aman karena terlindungi oleh bukit Uhud, sedangkan sayap kiri berada dalam bahaya karena musuh bisa memutari bukit Ainain dan menyerang dari belakang.

Untuk mengatasi hal ini rasulullah menempatkan 50 pemanah di Ainain dibawah pimpinan Abdullah bin Zubair dengan perintah yang sangat tegas dan jelas yaitu "Gunakan panahmu terhadap kavaleri musuh.
Jauhkan kavaleri dari belakang kita. Selama kalian tetap di tempat, bagian belakang kita aman. jangan sekali-sekali kalian meninggalkan posisi ini. Jika kalian melihat kami menang, jangan bergabung; jika kalian melihat kami kalah, jangan datang untuk menolong kami."

Di belakang pasukan Islam terdapat 14 wanita yang bertugas memberi air bagi yang haus, membawa yang terluka keluar dari pertempuran, dan mengobati luka tersebut. Di antara wanita ini adalah Fatimah, putri rasulullah yang juga istri Ali, sedangkan rasulullah sendiri berada di sayap kiri.

Posisi pasukan Islam bertujuan untuk mengeksploitasi kelebihan pasukan Islam yaitu keberanian dan keahlian bertempur.

Selain itu juga meniadakan keuntungan musuh yaitu jumlah dan kavaleri (kuda pasukan Islam hanya 2, salah satunya milik rasulullah).

Abu Sufyan tentu lebih memilih pertempuran terbuka di mana dia bisa bermanuver ke bagian samping dan belakang tentara Islam dan mengerahkan seluruh tentaranya untuk mengepung pasukan tersebut.

Tetapi rasulullah menetralisir hal ini dan memaksa Abu Sufyan bertempur di front yang terbatas di mana infantri dan kavalerinya tidak terlalu berguna.

Juga patut dicatat bahwa tentara Islam sebetulnya menghadap Madinah dan bagian belakangnya menghadap bukit Uhud, jalan ke Madinah terbuka bagi tentara kafir.

Tentara Quraish berkemah satu mil di selatan bukit Uhud. Abu Sufyan mengelompokkan pasukan ini menjadi infantri di bagian tengah dan dua sayap kavaleri di samping.
Sayap kanan dipimpin oleh Khalid bin Walid dan sayap kiri dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal, masing-masing berkekuatan 100 orang.

Amr bin Al Aas ditunjuk sebagai panglima bagi kedua sayap tetapi tugasnya terutama untuk koordinasi. Abu Sufyan juga menempatkan 100 pemanah di barisan terdepan. Bendera Quraish dibawa oleh Talha bin Abu Talha", jelas Aza panjang.

"Walaupun pihak Muslim kalah dalam perang Uhud, namun Rasulullah Saw tidak pernah putus semangat", ujar Ahmed.

"Na'am Ahmed, sebab kemenangan kaum Quraisy juga tertulis dalam Sura Ali 'Imran ayat 140-179. Dalam ayat2 di Sura Ali 'Imran, Muhammad menjelaskan kekalahan di Uhud adalah ujian dari Allah (ayat 141) - ujian bagi Muslim mu'min dan munafik (ayat 166-167).

"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar (ayat 142)? Bahkan jika Muhammad sendiri mati terbunuh, Muslim harus terus berperang (ayat 144), karena tiada seorang pun yang mati tanpa izin Allah (ayat 145). Lihatlah para nabi yang tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah (ayat 146). Para Muslim tidak boleh taat pada kafir (ayat 149), karena Allah Akan Kami masukkan ke dalam hati orang-orang kafir rasa takut (ayat 151)." --

Ayat2 di atas tidak menunjukkan sebab yang sebenarnya mengapa Muhammad dan Muslim kalah perang di Uhud. Penjelasan yang lebih lengkap bisa dibaca di Hadis Sahih Bukhari, Volume 4, Book 52, Number 276

Sebagaimana manusia biasa, wajar bila seseorang terlupa akan sesuatu. Begitu juga pasukan yang berjaga di atas bukit Uhud. Mereka terlupa dan akhirnya turun ke lembah untuk mengambil hak pemenang perang. Melihat banyak pasukan dari pihak islam yang meninggalkan pos di atas bukit, Khalid bin Walid memerintahkan pasukan kafir yang tersisa untuk berbalik kembali dan menyerang pasukan islam. Pos di atas bukit direbut oleh kafirin dan pasukan islam yang tersisa di sana dibunuh, termasuk Hamzah paman rasulullah", jelas Aza lagi.

Penjelasan Aza berakhir ketika mereka bertiga berada di depan pintu keluar museum tersebut. Tanpa mereka sadari, ternyata mereka bertiga sudah hampir 3 jam berada di dalam museum tersebut. Padahal mereka bertiga berada di museum dari pukul 09.00 pagi.

Aza melirik jam tangan yang melingkar apik di pergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 11.55, namun mereka bertiga masih berada di museum tersebut.

Sedangkan kedua sahabatnya masih melihat-lihat sekitaran halaman museum Topkapi. Mungkin mereka berdua masih merasa kagum dengan ciptaan Allah SWT.

"Sudah pukul 11.55, mari kita sholat Dzuhur terlebih dahulu", ujar Aza lirih. Hingga kedua sahabatnya menghentikan kegiatannya.

"Iya benar, mari", sahut Yusuf.

"Antum-antum mau sholat di Sultanahmet Camii nggak?", tanya Aza memberikan ide.

"Boleh juga nih, kebetulan Ane juga lagi pengin banget nih ke Sultanahmet Camii", sahut Ahmed setuju.

"Yasudah ayo", sahut Yusuf senang.

Mereka bertiga memutuskan untuk sholat Dzuhur terlebih dahulu di Sultanahmet Camii. Sebenarnya di sekitaran museum Topkapi masih ada Masjid, namun karena keinginannya untuk sholat di Sultanahmet Camii akhirnya mereka memilih untuk sholat Dzuhur di Sultanahmet Camii.

Mobil Aza keluar dari tempat parki Museum, membelah jalanan kota Istanbul yang sedikit padat di waktu siang ini. Hanya memerlukan waktu 8 menit untuk melakukan perjalanan ke Sultanahmet Camii. Mereka bertiga sampai di pelataran Sultanahmet Camii.








Up : 6 Februari 2019
Salam Elnaraantika

Lentera HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang