Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak doanya mereka: orang yang berpuasa hingga berbuka, pemimpin yang adil dan donya orang yang dizalimi (HR. Tirmidzi).Aza tersenyum lembut ketika melihat Azera yang terlihat gugup. Sebenarnya ia juga merasa gugup, namun ia rasa ia masih bisa menutupinya dari Azera. Sekarang ia harus bisa mengendalikan dirinya.
Aza berjalan di sepanjang koridor untuk menuju keruangan dosen pembimbingnya. Hari ini adalah pertemuan terakhirnya dengan dosen. Yang berarti Aza bertemu dengan dosen pembimbingnya saja karena untuk tahap selanjutnya. Selesai revisi skripsi, buku-buku yang pernah ia pinjam dari perpus sudah dikembalikan, administrasi sudah selesai. Sekarang ia hanya menunggu hari H nya saja.
Jauh dari perkiraan ternyata, Aza kira ia akan lebih lama lagi menyelesaikan revisi skripsinya. Namun berkat kerja keras dan doanya, ia lebih cepat menyelesaikan revisi skripsinya.
Selesai bertemu dengan dosen pembimbing, Aza memutuskan untuk memutari kampus terlebih dahulu. Mungkin setelah ia lulus, ia akan jarang mengunjungi kampus ini. Di koridor kampus ia berpapasan dengan teman satu donasi panti asuhan Kasih Bunda (Arga dan Galang).
Ia berhenti dan memilih untuk saling berbincang-bincang di taman depan. Apapun yang bisa dibicarakan jika sudah bersama teman pasti akan merasa nyaman, seperti yang Aza rasakan sekarang. Sesekali ia memperhatikan orang-orang yang melewatinya.
Tidak jauh darinya, ia melihat seorang perempuan yang sangat ia kenal sedang berjalan ke arahnya. Ia terus memperhatikan perempuan tersebut, hingga hanya beberapa langkah saja jarak antara dirinya dan perempuan itu.
"Za gue pulang dulu ye, istri gue udah nungguin nih", ujar Galang sembari terkekeh.
"Wah gue juga pulang dulu ya za, nih emak minta dianter ke rumah nenek", ujar Arga merasa tak enak hati.Lalu mereka berdua pergi dan mulai menjauh dari pandangan Aza. Pria itu masih memperhatikan perempuan berkerudung hitam panjang tersebut yang mulai mendekat itu, hingga perempuan itu mencoba melewatinya. Dengan cekatan Aza mencekal pergelangan tangan perempuan itu.
"Ara", sapa Aza sembari mencekal pergelangan tangan Azera.
"Astaghfirullah", Azera merasa terkejut kemudian reflek menghempaskan tangan Aza yang mencekal pergelangan tangannya.
"Eh kak Aza, ngagetin saja", ujar Aza sembari mengerjapkan matanya beberapa kali.
"Maaf, sakit ya?", ujar Aza merasa bersalah karena sudah membuat Azera terkejut, kemudian mengelus pergelangan tangan Azera yang sedikit memerah.
Azera yang mendapatkan perlakuan seperti itu seketika pipinya berubah menjadi merah merona, detak jantungnya berdetak lebih cepat. Kemudian ia menghempaskan tangan Aza.
"Maaf kak, bukan mahram", ujar Azera sembari menunduk.
"Ra", ujar Aza sembari menghela nafasnya panjang. Kemudian ia melanjutkan kalimat berikutnya. Azera gusar sendiri menanti kalimat yang akan Aza katakan.
"Bagaimana kabar Bunda sama Ayah kamu?", tanya Aza.
"Alhamdulillah baik kak", jawab Azera kemudian ia melirik arloji yang menempel apik di pergelangan tangannya. Sekarang sudah jam 9 yang berarti sudah waktunya masuk Duha.
"Afwan, duluan kak sudah waktunya masuk sholat Duha", kemudian Azera menjauh dari pandangannya, ia hanya bisa tersenyum kecut.
*Flashback on
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Hati
Random#Hak cipta dilindungi Allah SWT Baca aja ya, tanpa mereka ketahui, takdir berkata lain. Pertemuannya di kota byzantium adalah takdirnya. Baca dulu nanti baru menyimpulkan :) Jangan lupa apresiasikan kritik dan saran kalian :), semoga cerita ini me...