لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ"Tidaklah seorang pria berduaan dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan." (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).
~Azera Azahra Al Hussein~
Dua orang gadis sedang berjalan di koridor pesantren Al-ikhlas. Mereka berdua adalah Azera dan Ceyda. Mereka berdua baru saja mengikuti kajian rutin yang dilakukan setiap ba'da sholat malam bersama di Masjid Al-Ikhlas yang ada di pesantren.
Sholat malam tahajud memang sangat dianjurkan bagi santri-santri yang berada di pesantren tersebut. Baik Ikhwan maupun akhwat Al-Ikhlas.
"Ra, anti tahu nggak. Katanya ada santri pindahan dari pesantren An-Nur loh", perbincangan yang dimulai oleh Ceyda menyambut kebingungan bagi sahabatnya.
"Enggak, ini Ana baru tahu dari anti. Memangnya... anti tahu itu darimana?", tanya Azera sembari memperbaiki mukena yang hampir jatuh dari pelukannya.
"Ana tahu dari si Fani, anti tahu Fani kan?".
"Iya tahu, Fani Fadilah kan?".
"Iya Ra. Katanya Ikhwan ini banyak disukai sama akhwat An-Nur pesantren Ikhwan itu", jelas Ceyda.
"Loh kok santri putra?".
"Iya memang santri putra, banyak yang bilang kalau dia itu tampan. Sella saja yang sudah lihat langsung klepek-klepek kata sii Fani", jelas Ceyda sembari membayangkan ekspresi Sella saat melihat paras tampan santri putra itu. Setelahnya ia langsung tertawa sedikit keras.
"Astaghfirullah, zina mata dong Sella?", ujar Azera logis.
"Iya juga si. Ya tapi kan ekspresi sela itu mukanya bikin semua orang tertawa", sahut Ceyda sembari tertawa terbahak-bahak.
"Shutt, jangan keras-keras ketawanya Ceyda, itu mulutnya jangan mangap. Anti tahu kan kalau tertawa sambil mangap-mangap itu tertawanya setan. Memangnya anti mau disamain sama setan?", tegur Azera mengingatkan.
"Ya enggak lah Ra", jawab Ceyda merengut. Azera yang melihatnya hanya menggelengkan kepala sembari terkekeh geli melihat tingkah lucu sahabatnya ini.
Mereka berdua berjalan cepat dan dihinggapi dengan suasana keheningan, hingga mereka berdua sampai di kamar mereka berdua. Kamar yang berpenghuni 4 orang akhwat.
Di pesantren Al-Ikhlas memang setiap kamar terdiri dari 4 orang, baik yang akhwat maupun yang Ikhwan. Azera dan Ceyda satu kamar dengan Zara dan Dina.
"Assalamu'alaikum", salam Azera dan Ceyda secara bersamaan.
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh", jawab Zara dan Dina secara bersamaan.
"Baru sampe Ra, cey?", tanya Zara yang sedang merapikan tempat tidurnya.
Karena sebelum mengikuti Sholat malam berjamaah ia belum merapikannya. Akibat kelalaiannya yang tidak memasang alarm tepat waktu, akhirnya ia bangun terlambat dan dengan tergopoh-gopohnya ia berangkat ke masjid. Tanpa peduli dengan tempat tidurnya yang masih berantakan.
"Iya nih za, tadi abis dari kamar mandi dulu sebelum ke sini", jawab Azera sembari berjalan ke arah lokernya.
Azera menyimpan mukenanya di dalam loker. Setelahnya Azera beberes barang-barang yang menurutnya sangat berantakan di dalam lokernya. Selesai beberes loker, Azera mengambil peralatan mandinya.
Sedangkan Ceyda masih terlihat mengantuk raut mukanya, akibat tidak bisa tidur semalaman. Ceyda merebahkan kembali badannya di tempat tidur. Ingin sekali ia tidur kembali, namun itu tidak baik karena sebentar lagi memasuki waktu sholat subuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lentera Hati
Casuale#Hak cipta dilindungi Allah SWT Baca aja ya, tanpa mereka ketahui, takdir berkata lain. Pertemuannya di kota byzantium adalah takdirnya. Baca dulu nanti baru menyimpulkan :) Jangan lupa apresiasikan kritik dan saran kalian :), semoga cerita ini me...