Di sepanjang koridor lantai dua Hogwarts yang sepi, Cassie melangkah seorang diri. Saat itu sudah pukul setengah sebelas yang artinya sudah lewat jam malam Hogwarts. Murid-murid sudah harus berada di asrama masing-masing sementara para prefek dan Ketua Murid kemungkinan sedang berpatroli di koridor yang lain.
Ini mungkin bukan kali pertama dia melanggar jam malam, tetapi ini jelas kali pertama dia melanggar jam malam karena ditahan di ruangan Kepala Sekolah. Sejak insiden pagi tadi, dia dipaksa untuk tetap berada di sana sampai orangtuanya dan orangtua Elora datang. Sama sekali bukan suatu hal yang menyenangkan, terlebih dia sempat ditinggal sendirian untuk waktu yang lama dan tongkat sihirnya sempat disita paksa. Dia tahu Profesor McGonagall berusaha membuatnya merenungkan kelakuannya hari ini... dan wanita itu berhasil.
Cassie tidak bisa mengabaikan begitu saja perbuatannya kali ini, dia tahu itu. Terlebih karena dampaknya lebih parah dari yang dia sempat bayangkan. Orangtua Elora mencoba untuk membuatnya dikeluarkan. Dan seakan tidak cukup sampai disitu, mereka juga mengancam bahwa mereka tidak akan segan-segan untuk membawa kasus ini ke pengadilan sihir kalau dirinya tidak diberi hukuman yang setimpal.
Orangtua Cassie tidak tinggal diam tentu saja. Mereka berusaha keras untuk bernegosiasi dengan orangtua Elora dan Profesor McGonaggal terkait nasibnya. Dan itu sama sekali bukan perkara yang mudah, dia telah menyaksikannya sendiri. Ibunya mencoba membujuk mereka supaya hanya memberikan skorsing dan detensi rutin sampai akhir semester sebagai hukuman. Sementara ayahnya mencoba membuat mereka setuju untuk hanya memberinya detensi sebagai hukuman. Tetapi orangtua Elora menolak mentah-mentah ide itu. Dan ketika Profesor McGonagall mencoba mempertimbangkan ide itu, mereka malah mencoba memprovokasi wanita itu dengan menyebut kepala sekolahnya itu pilih kasih karena ibunya merupakan murid kesayangannya dulu.
Dan setelah melewati hari yang panjang, Cassie terpaksa harus kembali ke asrama tanpa mengetahui hasil putusan terkait nasibnya. Itu adalah ide ayahnya untuk mengirimnya kembali ke asrama dengan alasan sudah terlalu larut. Tetapi sesungguhnya, Cassie menyadari bahwa ayahnya hanya tidak ingin dia melihat bagaimana lelaki itu menggunakan cara kotor untuk mengeluarkannya dari masalah ini. Entah cara kotor seperti apa yang akan dia gunakan. Namun yang pasti, Cassie percaya kalau dia tidak akan dikeluarkan dari Hogwarts apalagi sampai harus berurusan dengan pengadilan sihir karena masalah ini.
Seharusnya dia merasa lega akan hal itu, karena setidaknya satu masalahnya telah terselesaikan. Tetapi tidak, dia sama sekali tidak merasakan demikian. Apalagi setelah mendengar dari Profesor McGonagall bagaimana kondisi Elora saat ini yang ternyata betulan parah; dia mengalami cedera wajah, patah tulang panggul dan pergelangan tangan kiri.
Dia merasa jahat, sangat jahat. Bagaimana mungkin dia bisa melukai seseorang sampai separah itu? Elora mungkin sudah menjadi bisul di pantat sejak pertama kali mereka bertemu, tetapi dia tetap tidak seharusnya berbuat sejauh itu.
Dia pantas mendapatkannya.
Cassie langsung mengerang kesal mendengar suara bisikan itu di kepalanya. Itu adalah suara si cincin sakti yang sedang melingkar di jari manisnya saat ini. Seakan mengetahui bahwa tak ada orang lain di sekitar mereka, cincin itu mulai kembali mengajaknya berkomunikasi dengan menanggapi isi pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cassiopeia Malfoy And The Cursed Ring ✅
FanfictionMemasuki tahun kelima, hal-hal menjadi semakin rumit bagi Cassiopeia Malfoy. Dia telah berusia limabelas tahun dan menginginkan lebih banyak kebebasan. Sementara orangtuanya justru menginginkan lebih banyak tanggung jawab dari dirinya. Memiliki cinc...