The first knowing

1.9K 150 15
                                    

Seperti yang diduga, meski bukan merupakan suku kanibal. Suku terasing ini masih sangat primitif dan sama sekali belum mengenal barang barang modern. Misalnya korek api, cermin, pisau, pakaian layak apalagi kamera televisi yang bisa merekam mereka atau bahkan ponsel yang jika di Kota besar hampir setiap orang memilikinya, bahkan terkadang lebih dari satu.

" Warga suku terasing ini juga masih lari tunggang langgang setiap kali ada pesawat yang lewat atau yang sedang melaksanakan dropping logistik. Mereka mengira pesawat itu sebagai burung raksasa jahat yang akan menyambarnya." Ucap Shaw dengan mengulum senyum. Maxwell hanya menarik sebelah sudut bibirnya.

" Semua warga suku di sini juga takut air. Mereka tidak pernah mandi dan untuk minum saja mereka hanya mengandalkan tanaman tebu liar." Fredrick menambahkan laporan Shaw.

" Kebiasaan memakan tebu liar secara tidak sengaja itu yang sekaligus juga berfungsi sebagai sikat gigi sehingga semua warga suku di sini giginya tampak putih bersih." Seorang prajurit kembali menambahkan temuan yang dia ketahui. Maxwell mengangguk.

" Jadi mereka juga akan lari jika turun hujan?" Tanya Maxwell sambil lekat menatap Shaw.

" Ya, seperti kemarin itu. Kita juga jadi ikut berlari karena kaget. Begitu hujan turun, mereka berlarian sambil berteriak. Masuk ke dalam gubuk." Jawab Shaw sambil menahan tawa.

" Pantas saja mereka tidak mau kita ajak menjelajah jeram. Ternyata mereka takut air." Ucap Maxwell sambil menggedikkan bahunya.

" Besok kita menyisir sisi bagian barat. Tolong kau catat yang jelas untuk mengumpulkan bukti dan kita laporkan. Aku yakin Rockafely meninggal bukan karena dimakan suku terasing ini." Ucap Maxwell lagi sambil menatap Shaw.

" Aku rasa dia terjatuh dan terluka lalu bau amis darahnya menarik binatang buas. Binatang itulah yang memakan bagian tubuhnya, sehingga ditemukan tidak utuh lagi." Fredrick menyambung  ucapan Maxwell dan diangguki oleh lelaki itu.

" Besok adalah penentuan akhir dari ekspedisi kita, sebelum kita siap memberikan pernyataan kepada khalayak yang pasti sudah tidak sabar menunggu. Tapi sebelum itu tolong kau minta, nanti malam Kru Televisi membantuku untuk menyambungkan komunikasi dengan calon Istriku." Ucap Maxwell dengan wajah datarnya yang terlihat tidak ingin dibantah.

Fredrick mengulas senyum sambil memberikan isyarat kepada Shaw untuk segera melaksanakan tugas yang diminta oleh Komandan mereka.

Lalu ketika selubung gelap malam mulai turun. Kesunyian diambil alih binatang malam yang mulai merajai. Tergopoh Shaw berlari menuju tenda komando.

" Komandan, aku rasa Battlefield Communication bisa dipakai untuk saat ini."

Shaw memasuki tenda Komando bersama dua orang Kru Televisi. Maxwell menatap mereka dengan wajah kaku tanpa senyum.

" Tapi kalian tidak harus berada di sini kan."

Pernyataan Maxwell tidak terbantah, Shaw dan dua orang Kru Televisi itu mengangguk sedikit ragu tapi tak urung mereka melangkah keluar dari tenda Komando.

" Apa kekasihku sudah tidur?" Tanya Maxwell begitu saluran tersambung. Hati lelaki itu serasa membuncah, membayangkan kekasih cantiknya yang berbinar menyambut sapaannya di seberang sana.

" I miss you, baby. Can't wait to see you, soon. I miss you like crazy."

Ungkapan Maxwell mengembangkan senyum Fanny yang diiringi derai air matanya. Kegundahannya selama ini sedikit terobati. Tapi tidak ada satu patah kata pun mampu dia ucapkan. Hatinya terlalu bahagia.

" Talk to me, baby. I miss your voice." Ucap Maxwell lembut. Fanny semakin mengembangkan senyumnya. Jarak yang jauh membuat Maxwell lebih lembut dalam berkata kata.

" Fanny, baby..."

" Aku merindukanmu, Komandan. Aku sangat merindukan lelaki keras kepalaku. Aku kangen kau cemburui. Segeralah pulang dengan selamat, aku menunggumu."

Maxwell mengusap wajah dengan kasar sambil menarik napasnya. Dia menatap Battle Communication yang ternyata sambungannya kini telah terputus. Lelaki itu mendengus kesal.

Tangannya mengusap dadanya yang terasa begitu tenang. Kenyamanan dapat dirasakannya dengan hanya mendengar suara manja kekasihnya. Senyum samar terulas di bibir lelaki itu. Matanya meneduh memandangi layar ponselnya yang menampakkan gambar gadis cantiknya yang sedang tersenyum lebar.

" Aku akan segera pulang. Please, wait for me, baby." Bisiknya lirih dengan senyum.

My War Girl ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang