The first exception

2.1K 174 13
                                    

Fanny menatap wajah Maxwell sambil menahan tawa. Wajah kesal lelaki tercintanya itu terlihat lucu. Dengan gemas Fanny menangkup wajah masam itu lalu mengecupi bibirnya berkali kali. Maxwell berdecak kesal. Fanny malah sengaja terus menggodanya.

" Dear, please." Ucap Maxwell dengan gigi yang mengerat. Fanny malah kembali mencium bibir lelaki itu.

" Kau mencemburui siapa pun. Semua orang kau cemburui. Bahkan kau pun mencemburui Dad yang memeluk dan menciumku. Kau sangat keterlaluan Maxwell."  Ucap Fanny manja sambil tergelak. Lelaki itu memeluk tubuh mungil gadisnya.

" Aku tidak peduli siapa pun dia. Kau tidak boleh dipeluk atau dicium siapa pun selain aku. Tidak akan pernah ada pengecualian." Ketus Maxwell di telinga Fanny yang kembali tergelak.

" Mereka keluargaku, Maxwell. Kau lucu sekali." Gumam Fanny.

" Aku bukan badut." Ucap Maxwell sinis. Fanny menahan tawanya. Gadis itu memeluk tubuh besar lelaki itu.

" Aku mencintai lelaki pencemburu ini. Bahkan aku mau menjadi bagian dari cerita hidupnya. Aku pun mau menjadi istri dan juga ibu dari anak anaknya. Aku teramat mencintai lelaki keras kepala ini. Lelaki yang selalu membuatku kesal tapi sekaligus membuatku merindu."

Maxwell menegang. Getaran terasa begitu hangat dan nyaman menjalari hati dan tubuhnya. Jantung yang berdetak seirama deru napasnya seolah menjawab rasa yang tidak harus dipertanyakan.

" I love you, baby. Thank you for loving me." Bisik Maxwell.

Fanny mengganguk dalam pelukan hangat Maxwell. Menikmati sentuhan tangannya yang mengusap lembut punggungnya. Menghayati setiap ciuman yang mendarat penuh kasih di puncak kepalanya.

" Please, be my wife." Pinta Maxwell penuh kesungguhan.

" I do." Jawab Fanny dengan penuh keyakinan.

" Secepat yang kumau?" Tanya Maxwell sambil menatap lekat manik mata Fanny. Gadis itu tersenyum.

" Kapan pun kau mau." Jawab Fanny tegas.

Segera saja lelaki itu menyatukan bibirnya dengan bibir gadis yang seolah menantang dihadapannya. Menyatukan rasa yang seolah telah membuncah di hatinya. Seakan ingin menyampaikan hasrat yang tidak mampu lagi dia tahan.

" Kau gadis nakal yang selalu saja membuatku mengesampingkan logika. Bahkan mampu membuatku melupakan rasa egoisku. Dengan lugu melangkah, mengusik hatiku yang keras. Dengan seenaknya membuatku takut akan kehilanganmu. Herannya aku teramat menyukainya. Ya Tuhan, Aku sangat mencintai gadis nakal ini."

Maxwell menjawil hidung kecil Fanny yang membuat gadis itu tersenyum malu. Gadis itu mengulum bibirnya. Maxwell gemas melihatnya.

" Biarkan aku yang melakukannya." Ucap Maxwell pelan di dera gairah, sebelum melumat bibir yang seakan menggodanya itu. Kepalanya terasa pening menahan gairahnya.

" Please, baby. Aku menginginkanmu." Bisiknya sambil mengangkat tubuh mungil itu ke dalam gendongannya. Dengan langkah ringan Maxwell membawa tubuh itu masuk ke dalam kamar. Merebahkan dengan perlahan di atas tempat tidur kamar hotel.

Ya, setelah acara lamaran yang meriah itu. Maxwell dengan akal liciknya bersikeras membawa gadisnya keluar dari rumah besar keluarga Henzie. Dia tidak mau kebersamaan dengan gadisnya terganggu. Walaupun dengan setengah hati, pada akhirnya keluarga Henzie mengangguk. Memberikan ijin. Setelah wajah cantik Fanny memberengut. Merajuk. Sementara keluarga Moretti memandangi sambil menarik napas

Maxwell menatap gadis yang kini terlelap di dalam pelukannya. Kebahagian terpancar jelas di wajah lelaki itu. Senyum jumawa terukir begitu fantastis di bibirnya.

" Selama ini aku tidak pernah tahu. Ketidak pedulianku akan acara pertemuan dengan keluarga sahabat Ayahku itu, membuatku tidak pernah mengenalmu. Jika saja aku tahu di keluarga Henzie ada seorang gadis cantik yang membuatku sejatuh cinta ini. Aku pasti tidak akan pernah absen untuk ikut dalam setiap acara."

Maxwell mengecup sayang pipi lembut gadisnya. Menyalurkan segenap perasaan yang mengendap di hatinya. Perasaan sayang dan cinta yang begitu besar dia rasakan tapi terkadang begitu sulit untuk diungkapkan.

" Aku juga tidak pernah tahu kalau Uncle Jordan mempunyai anak lelaki yang menyebalkan sepertimu. Keras kepala, pencemburu, galak tapi mampu membuatku tak berkutik untuk jatuh cinta padamu."  

Suara serak Fanny membuat binar cerah di mata tembaga Maxwell. Menghadirkan senyuman di bibirnya dan menghantarkan pelukan hangat yang kian mengerat.

" Marry me, baby. Marry me, please. You're love of my life.

Maxwell menciumi seluruh wajah Fanny. Lelaki itu menindih tubuh mungil itu yang menghadirkan teriakan manja dari mulut gadis itu. Suara lirihnya terdengar merdu di telinga Maxwell.

" Do it, baby. As soon as possible."


My War Girl ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang