The first beatitude

2K 153 42
                                    

Fanny hanya diam. Menerima dengan pasrah keputusan pihak keluarganya dan keluarga Maxwell yang seolah tidak mau dibantah. Pernikahannya dipercepat.

" Ini semua ulahmu." Ketus Fanny sambil menatap galak Maxwell yang terlihat sumringah.

" Kau tidak pernah bosan meminta pada Mamamu itu agar pernikahan ini dipercepat." Lanjur Fanny dengan tatapan sinis. Maxwell malah iseng mencolek pipi gadisnya.

" Bukankah kau juga mau, kita selalu bisa bermesraan setiap waktu." Ucap Maxwell sambil mengulum senyum. Fanny berdecak.

" Percaya diri sekali kau." Umpatnya ketus. Maxwell menatapnya dengan tatapan menggoda.

" Tentu saja aku percaya diri. Aku yakin kau tidak akan pernah menolak sentuhanku."

" Maxwell." Fanny menatap kesal Maxwell yang seolah tidak peduli.

" Aku belum mempersiapkan list vendor apa saja yang aku butuhkan." Ucap Fanny kesal. Maxwell segera menggeleng.

" Mama dan Mom serta Paula sudah mengaturnya." Ucap Maxwell tenang. Fanny menarik napas pelan dan menghembuskannya dengan kasar.

" Aku bahkan belum sempat melakukan treatment. Spa, facial, luluran atau.."

" Kau tidak membutuhkannya. Kau sudah sangat cantik tanpa itu semua." Potong Maxwell cepat sambil mencium pipi Fanny yang segera merona merah.

" Bagaimana kalau aku jerawatan, sementara aku harus make up."

" Bahkan kau akan tetap terlihat cantik bagaimana pun keadaanmu." Dengan tenang Maxwell meyakinkan gadisnya yang tampak cemas.

" Oh Maxwell, come on."

Fanny kehabisan kata kata untuk menolak rencana gila kekasihnya itu. Gadis itu melirik Maxwell yang kaki dan sisi kepalanya masih diperban.

" Bahkan luka lukamu pun belum sembuh." Gerutu Fanny. Maxwell tersenyum.

" Kau lupa sayangku, calon suamimu ini lelaki kuat dan aku sudah pernah bilang. Aku punya dokter cantik yang teramat mencintaiku. Dia pasti tidak akan membiarkanku kesakitan dengan luka di tubuhku."

Maxwell memeluk dari belakang gadisnya yang terlihat gundah. Tidak percaya diri. Fanny langsung saja merengkuh tangan kekar yang memeluknya.

" Apakah aku akan terlihat cantik di hari pernikahan yang nanti akan  dilaksanakan begitu tergesa?" Tanya Fanny pelan.

" Pernikahan hanya sekali seumur hidup, Maxwell. Aku ingin terlihat cantik." Lanjut Fanny.

Maxwell cepat membalikkan tubuh gadisnya jadi menatapnya. Dengan lembut memegang bahunya. Bibirnya menyungging senyum tulus

" Kau wanita tercantik yang pernah aku temui. Kau tetap yang tercantik untukku jika pun nanti ada yang mengatakan sebaliknya. Tapi aku yakin mereka tidak akan berani mengatakannya, baby. Karena kau memang cantik."

Maxwell melumat bibir gadisnya yang menyungging senyum cantik karena ucapannya. Menyampaikan pemujaan akan perasaan hatinya. Rasa cintanya untuk gadis cantik yang telah berhasil menawan seluruh perasaannya.

Lalu pernikahan itu benar benar terlaksana secepat yang dimaui oleh Maxwell. Benar benar menghadirkan kemeriahan pernikahan keluarga celebrities. Dan juga benar benar menghadirkan pengantin tercantik yang membuat Maxwell cemberut kesal. Bagaimana tidak. Semua teman lelakinya dan juga teman lelaki Fanny yang hadir, termasuk Armandio yang dirangkul manja Thea menatapinya tanpa berkedip.

" Pengantinmu cantik sekali, orang rimba. Aku yakin kau memaksanya untuk mau menikahimu." Ucap salah seorang teman masa sekolahnya dulu yang selalu memanggilnya orang rimba karena kecintaan Maxwell akan alam dan hutan belantara.

Maxwell meninju lengan temannya itu lalu melirik Fanny yang sedang tersenyum cantik disebelahnya.

" Kenalkan, sayang. Ini Scott. Bajingan tengik perayu wanita. Jadi simpan senyum cantikmu itu, baby. Jangan diumbar dihadapannya." Ketus Maxwell sambil matanya menatap lekat Scott yang tergelak.

" Aku pantang menggoda istri orang. Apalagi istri lelaki yang baru tahu bahwa hidup ini butuh cinta dan wanita cantik."

Maxwell menyeringai, menanggapi gurauan Scott. Dia mendorong tubuh temannya itu untuk menjauh. Fanny tergelak menatapnya.

" Jadi, suamiku ini betul betul baru merasakan jatuh cinta dan aku wanita beruntung yang mendapatkan cintanya." Ucap Fanny pelan yang ditanggapi gelengan Maxwell.

" Tidak, baby. Tidak. Aku lelaki  beruntung yang bisa memiliki hatimu, memiliki cintamu dan tentu saja..." Ucapan Maxwell terhenti. Lelaki itu menggantung dengan senyum. Kemudian mendekat dan berbisik mesra di telinga Fanny.

" Aku lelaki yang bisa memiliki semua yang ada di dirimu. I'm the first and the last. I love you, baby.

My War Girl ( Completed )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang