Tiga|Something In The Rain¦Suasana Baru

62 27 1
                                    

Sekalipun menghilang, tidak akan ada yang menyadarinya. Karena sejak awal, memang tak pernah dianggap ada"
_RainaDwiAzrilia

Raina memasuki gerbang sekolah itu dengan langkah lesu. Tak akan ada senyuman ceria yang biasa ia tampilkan. Yang ada saat ini, hanyalah wajah pucat dengan mata bengkak dilengkapi kantung mata yang menghitam. Yahh.. Itulah hasil dari sisa tangisnya semalam. Menangisi dua orang kepercayaannya yang sungguh tega menyakitinya sekeji itu.

Langkah Raina terhenti di depan ruang kelas bertuliskan XI IPA 2. Berita kepindahannya sama sekali belum diketahui oleh siswa siswa sekolahnya apalagi teman temannya. Biarkan saja begini,batin Raina. Sejak awal, memang dia tak pernah terlihat mencolok,selalu biasa saja. Kemenangannya saat kegiatan lombapun tak mengubahnya. Ini memanglah kehendak Raina.

Raina berjalan memasuki ruangan bernuansa putih itu. Mendudukan dirinya di bangkunya yang bersebelahan dengan tembok. Ia menaruh ranselnya di meja,membenamkan kepalanya disana.

Tak berapa lama kemudian, terdengar suara tawa perempuan yang sepertinya tengah berada di pintu masuk kelas. Diikuti ucapan ucapan manis dan rayuan dari seorang pria di dekatnya. Suara mereka terdengar sangat familiar di telinga Raina. Seketika hatinya terasa memanas. Terlalu menyakitkan baginya. Raina hanya semakin menenggelamkan wajahnya pada ranselnya. Ia mencoba untuk menahan semuanya. Ia tak ingin menangis lagi.

Suara sang pria sudah tidak terdengar. Kini, ada suara tarikan bangku dari sampingnya. Ya, dia adalah Aulia. Sekilas Raina melirik ke arahnya, nampak tak ada penyesalan dalam wajah mantan sahabatnya itu. Raina sama sekali tidak berniat untuk membuka percakapan diantara mereka. Hatinya benar benar sudah remuk karena kejadian itu. Biarlah, toh ini adalah hari terakhir ia bersekolah disini. Berarti, hari terakhir untuk berjumpa dengan kedua orang itu. Ahhh.. Mengingat namanya saja membuat Raina muak sendiri. Sebentar lagi, Raina akan menghilang dari hubungan mereka. Membiarkan mereka berdua bahagia tanpa adanya Raina. Entah mengapa, tapi sepertinya Raina merasa sangat bersyukur dan bahagia atas kepindahannya. Setidaknya, perlahan Raina akan melupakan dua orang brengsek itu dan memulai kehidupan barunya di sekolah barunya nanti.

_________________

Bel pulang sekolah sudah berbunyi dari sekitar 20 menit yang lalu. Saat ini, sekolah benar benar dalam keadaan sepi. Mungkin hanya tinggal Raina seorang. Raina bangkit dari duduknya. Ia menatap lama meja dan kursinya.

"Bye bye kursi,meja. Semoga yang duduk disini nanti orang baik,"ucap Raina.

Raina beralih mengusap kursi di sebelahnya,ya itu kursi Aulia.
"Makasih udah mau jadi sahabat gue selama ini, dan makasih juga untuk penghianatannya.. Gue bakal pergi kok Lia.. Gue gak akan ganggu kalian.. Semoga kalian langgeng dan bahagia ya..." kata Raina sendu.

Raina berjalan keluar kelas, berhenti tepat dipintunya dan berbalik menghadap kelas yang sudah kosong itu.
"Bye kelas... " kata Raina parau kemudian pergi untuk pulang ke rumah.

Mulai besok dan seterusnya, Raina sudah tak disini lagi, ia tak akan menginjakkan kakinya di kelas dan sekolah ini. Semua surat dan berkas kepindahannya sudah diurus oleh ayahnya. Ia tak repot lagi. Ia hanya tinggal menyiapkan dirinya untuk menghadapi sekolah barunya.

~~~~~~
Saat sampai di rumahnya, ia menatap semua barang barang yang sudah dibungkus rapi itu. Sebagian barang lainnya sudah dibawa ke rumah baru yang akan mereka tempati.Ia naik ke kamarnya, melihat ruangan bernuansa ungu pastel itu yang hanya berisikan tempat tidurnya. Barang barang yang lainnya sudah di kemas. Sedih rasanya harus meninggalkan rumah penuh kenangan ini.

Ia dan ayahnya sepakat untuk tidak menjual rumah ini sampai kapanpun. Rumah ini hanya akan dikontrakan saja, jadi Raina tetap bisa datang ke rumahnya ini.

Kepindahannya dan ayahnya ke ibu kota pun tak terlalu jauh dari kota ini. Mungkin setelah urusan pekerjaan ayahnya di ibu kota selesai, Raina akan kembali dan menetap disini.

"Sudah selesai, Nak? Jangan sedih ya... Kita pasti akan main-main ke sini lagi kok," kata ayah Raina.

"Iya, Pah.. Raina gak sedih kok," kata Raina dengan senyumannya, namun ayahnya tau masih terdapat kesedihan dalam matanya.

_____-

Mobil ayahnya memasuki kawasan perumahan. Sepertinya adalah salah satu kawasan elit di Jakarta ini.
Mobil mereka berhenti di depan sebuah rumah minimalis bernuansa abu abu putih yang terlihat sangat elegan.

"Ini rumah baru kita," kata ayah Raina.

"Iya, Pah.. Rumahnya bagus ya?" kata Raina yg dibalas oleh senyuman dari ayahnya itu.

Raina langsung memasuki rumah itu, tak sabar melihat isi rumah tersebut. Mengenai barang barangnya, itu akan diurus oleh para asisten dari ayahnya.

Raina memasuki sebuah kamar di lantai dua, meskipun tanpa memberitahukan ayahnya, ia sudah memasuki ruangan bernuansa biru muda tersebut. Ia akan mengklaim itu sebagai kamarnya.

...

Setelah menikmati makan malam bersama ayahnya yang dimasak oleh mbok Lastri. Raina pamit ke kamarnya.
Ia merebahkan dirinya dalam kasur berukuran king size itu. Semua persiapan sekolahnya sudah ia siapkan. Sekarang, Ia harus merehatkan dirinya agar tidak lesu saat menghadapi hari baru di sekolah barunya itu. "Semoga besok, semuanya menjadi lebih baik..." gumam Raina. Kemudian, tak berapa lama mata cantiknya perlahan menutup, dan sang empunya terhanyut dalam dunia mimpi...

🍄🍄
Terimakasih telah membaca❤
Jangan lupa vote and comment ya.. 😉

Something In The Rain ☔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang