26

13K 988 57
                                    

Kayaknya author gudang PHP deh :'v
Eh tapi, Sekarang masih sore kan? :")

"Mas kira-kira dong ngasih kerjaan numpuk gitu!"

"Bos nya siapa?"

Kata-kata keramat bos nya siapa, sukses membuat Renata terdiam seribu bahasa. Belum lagi kasian dari tadi liat OB bolak-balik cuman karena pasal Teh yang gak kelar-kelar. Salah penyajian lah, kebanyakan gula lah, air nya kurang panas lah, dan yang terakhir...

"Lah, kok enakan yang tadi?! Ini air nya gak pas. Kurang anget! Bisa buat Teh nggak sih kamu?! Nana!!!"

Ujung-ujungnya Renata lagi yang kena imbas.

"Apa, Mas?"

Gak tau dah stok kesabaran Renata ada di level berapa. Yang pasti wajah kecut nya sudah tak terelakkan lagi.

"Ya jangan kecut gitu lho mukanya. Saya cuman pengen dibuatin Teh doang juga"

"Tunggu sini!"

OB yang tadi udah disuruh pergi. Pas balik badan, wajahnya sumringah banget, tak lupa saat di luar ruangan Varrel, ia sujud syukur dan mengambil pel-an yang ia letakkan di sudut. Lalu melanjutkan kembali tugasnya. Dalam hatinya ia berkata, lebih baik memilih membersihkan lantai 1 sampai lantai teratas daripada harus menghadapi kelakuan Absurd bos nya. Ah leganya, terima kasih kerang ajaib.

Entah udah berapa menit berlalu, yang pasti Renata masih terdiam di dapur super mewah kantor. Gula udah ada depan mata, serbuk teh nya apalagi. Cuman yang jadi masalah adalah, ini bos sintingnya maunya kek gimana. Kalau emang gak sesuai sama lidahnya, kenapa gak buat sendiri coba?
Kehabisan akal, akhirnya Renata hanya menyeduh Teh tanpa gula abis itu di bawa langsung ke ruangan Varrel. Kalau bos nya masih gak mau nerima hasil jerih payah membuat Teh hasil mutar otak, Renata bakal siramin Teh buatannya ke wajah Varrel. Kali aja dari situ, sintingnya Varrel bisa ngilang.

"Mas?"

Varrel yang lagi sibuk mantengin laptop, melirik sekilas pada Teh yang tersaji diatas mejanya lalu mengalihkan tatapannya pada Renata.

"Yakin ini teh aman buat lambung saya?"

Renata hanya mengangguk.

"Manisnya pas?"

Plis, ini bukan lagi sponsor iklan teh pudjuk haroem.

Untuk yang kedua kalinya, Renata hanya mengangguk tanpa berniat menjawab. Karena bisa dipastikan, apabila ia membuka mulut untuk menjawab, absenan penghuni kebun binatang akan keluar dengan ngegas dari mulutnya.

"Yakin?"

Bibir Renata udah berkedut. Tahan sebentar saja, oke kosongkan fikiran, tarik nafas, keluarkan lewat belakang.
Ups, keluarkan lewat mulut i mean.

Untuk kesekian kalinya, Renata hanya mengangguk. Kali ini dengan gerakan lambat.

Tanpa ba bi bu lagi, Varrel menyeruput Teh nya. Dan hasilnya...

1



2



3


Deg deg deg...
















"Nah ini baru PAS!!"

"Mas?" Renata memasang tampang datar

"Hm?"

"ITU TEH TAWAR, MAS!"

Varrel hampir saja menyemburkan cairan Teh yang belum landing ke perutnya mendengar amukan Renata secara tiba-tiba.

"Lha memangnya kenapa kalo Teh tawar? Kan saya tadi minta Teh. TEH, Nana. Siapa yang bilang saya minta Teh manis apalagi Thai tea?"

"Harusnya Mas daritadi bilang, buatin saya Teh tawar. Gitu lho,Mas!"

"Makanya peka dong!"

Fix ini Renata harus manggil dokter spesialis sarap. Bos nya makin gak waras

-
-
-

Laper
Bete
PMS pula

Kebayang kan gimana jadinya kalo cewek mengalami hal-hal yang disebutkan diatas secara berbarengan? Apalagi kalau di tambah bawa kendaraan. Abis noh dikejar polisi serayon.
Bukan, bukan hanya dengan penambahan bawa mobil atau motor yang dapat mengakibatkan kerusuhan lalu lintas, tapi 24 jam full bersama bos otak gesrek lebih membuat hati jengkel.
Dalam keadaan laper, bete dan PMS, Renata lebih memilih tancap gas pake motor atau mobil buat kebut-kebutan di jalan raya daripada harus full time bersama bos nya. Coba aja dulu dia nolak suruhan sahabatnya untuk mengantarkan para bebeknya mandi ke sawah, gak akan begini kejadiannya. Dia gak akan ketemu sama Varrel. Si bos super ganteng kaya harta namun miskin otak. Tapi kalau dipikir-pikir, kalau aja dia gak ketemu sama Varrel, pasti dia udah jadi santapan si om-om bekantan cina itu. Karena tak dapat dipungkiri, kalau saja dia terus-terusan tinggal bersama Astuti, ayah tirinya yang kutu kupret itu pasti sudah menemukannya jauh-jauh hari dan menyerahkannya lagi pada om-om hidung belang.

Hufft....
Tidak ada meningnya.
Memikirkan hal ini membuat mood swing Renata kambuh lagi. Ia menekan-nekan keyboard komputer di depannya dengan emosi yang meledak-ledak.

"Ekhem! Udah ngambeknya? Itu komputer saya kasian kamu jadiin pelampiasan!"

Renata tersadar dari pikirannya. Tau-tau Varrel udah ada di samping meja kerjanya dengan salah satu tangan dimasukkan ke dalam saku celana dan tangan lain menyampirkan jas di bahunya yang lebar, Nyender disana nyaman keknya

"Ini karena Lo juga!" Gerutu pelan Renata. Pipinya memerah daritadi akibat nahan gejolak asmara. G. Gejolak emosi. Varrel cuman terkekeh pelan dan narik Renata, tapi itu lho  nariknya nggak kira-kira. Sekali tarikan, Renata langsung berdiri dan dengan sigap Varrel meluk Renata. Renata kan tinggi badannya jauh ke langit, alias pendek Cuman sebatas dada Varrel. Refleks dia harus mendongakkan kepalanya agar bisa beradu tatap dengan Varrel.

"Mas Varrel ngapain?!"

Aura-aura permusuhan menyeruak dah tuh. Varrel cuman bisa senyum geli liatnya. Gemes jadi pengen gigit pipi Renata yang makin sini makin kayak bakpao.

"Udahan dong marahnya"  tentu tangan Varrel gak tinggal diam. Pipi Renata di uyel-uyel selayaknya pipi tembem punya bayi. Pengen banget itu tangan ditepis, tapi kok enak juga ya pipi diuyel-uyel gitu tuh, geli-geli enak wkwkwk

Varrel melepaskan pelukannya dan menggandeng tangan Renata.

"Ayo pulang! Saya kangen masakan kamu"

Renata merinding dibuatnya. Tadi pagi ampe sore kelakuannya pengen banget di lempar dari pohon toge. Sekarang jadi lembut bikin melting ini hati.
Emang bener bos nya itu udah gak waras. Bikin kesel tiba-tiba, bikin adem pun tiba-tiba.





Baby Boss,I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang