38

12K 922 85
                                    

part ini mellow dulu  :)
Author gak mau tanggung jawab ya kalian ter ngikik-ngikik sendiri dan orang rumah bilang kalian gila gara-gara cerita Absurdnya Author :(
-
-

Hari berjalan seperti biasanya. Namun kali ini di kantor, baik Varrel maupun Renata tidak banyak bicara. Dari pagi pun disibukkan dengan pekerjaan masing-masing, atau entah pura-pura disibukkan dengan tanggung jawabnya itu. Yang jelas, Mereka tenggelam dalam dunianya. Renata yang selalu memikirkan perkataan bos nya semalam yang hanya menganggapnya tidak lebih sebagai sekretaris saja. Tidak ada yang salah dengan pernyataannya itu. Tapi entah kenapa hati Renata menolak menerimanya.

Disisi lain, Varrel juga tengah berjibaku dengan batin dan pikirannya. Ucapan Ken semalam mengingatkannya pada wanita di masa lalu. Matanya memang tertuju pada layar laptop, tapi pikirannya berkelana menyelami masa lalu yang sekarang ini mengusik jiwanya.

Baik Varrel dan Renata hari ini bagai orang yang tak saling mengenal satu sama lain. Nge-Teh pun Varrel malah menyuruh OB untuk itu. Memang rasanya tak seenak buatan Renata, tapi melihat sekretarisnya itu yang Sepertinya benar-benar sibuk dengan pekerjaannya ia mengurungkan niatnya untuk meminta, lebih tepatnya menyuruh Renata untuk membuatkan secangkir teh hangat untuknya. Entah kenapa saat semalam ia menyebutkan bahwa Renata hanya sebagai sekretarisnya, ia jadi merasa sedikit... Canggung?
Apalagi perkataan Ken masih terngiang-ngiang di telinganya.

"Lo anggap Renata apa?"

Ia pun tidak tau harus menganggap Renata apa. Yang pasti, ia baru terbuka lagi dengan wanita setelah bertahun-tahun dan itu karena Renata.

Bahkan sampai pulang ke mansion pun, tidak ada yang berani memulai pembicaraan diantara mereka berdua.
Bisakah mereka sebut hubungan ini mendingin?

Renata terlalu lelah bekerja. Jadi ia memutuskan untuk langsung naik ke kamarnya. Dan saat ia membuka pintu kamarnya, alangkah kagetnya saat melihat ranjangnya yang acak-acakan, sprai dan selimut berserakan di lantai, dan itu karena Astuti yang sekarang ini lagi loncat-loncat di kasur super empuk dengan riangnya.
Renata yang jengah segera menghampirinya.

"As..."
Baru saja ia mau memarahi Astuti karena seenaknya membuat kamarnya berantakan, malah ikut terpantul-pantul di sana juga karena Astuti menariknya untuk ikut bersamanya dalam terik dan hujan~

G.

Untuk ikut main loncat-loncatan di atas kasur

"Aaaa Iren! Gue seneng banget hari ini ya ampuuuun!"

"Ya ada apa Tuti?"

Astuti lalu menarik Renata untuk duduk masih diatas kasur.

"Lo tau nggak?"

"Apa?"

"Mas Ken lamar gue!!!" Kata Astuti dengan girangnya yang membuat  Renata juga ikut bahagia. Sangat sangat bahagia

Seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar, Renata bertanya kembali

"Serius Lo?"

Astuti lalu menunjukkan cincin yang melingkar di jari manisnya. Mereka tersenyum lebar dan saling berpelukan erat seolah menyalurkan kebahagiaan yang amat sangat

"Gue ikut seneng, Tut. Selamat ya sahabat gue akhirnya bentar lagi nikah!"

Cukup lama mereka berpelukan sampai akhirnya Astuti melepas pelukannya tersebut.

"Lo gimana?" Tanyanya pada Renata dengan senyuman yang masih belum luntur dari bibir seksinya.

"Gimana apanya?"

"Hubungan Lo sama bos Lo lah, Ren!"

"Kita berdua gak ada hubungan apa-apa, Tuti"

Astuti sontak terdiam mendengar pernyataan Renata, ia jadi kasian melihat sahabatnya yang setelah mengatakan hal itu, Renata menghembuskan nafas lelah.

"Lo cinta sama bos Lo. Ya kan?"

Baiklah, tidak ada yang perlu ditutup-tutupi kalau di depan sahabatnya. Renata mencintai bos nya, sangat sangat mencintai Varrel.

Renata menghembuskan nafas kasar dan menganggukkan kepalanya.

"Tapi yang gue liat, bos Lo itu juga suka sama Lo, Ren"

Renata tersenyum getir dan menggelengkan kepalanya

"Dia gak cinta sama gue, Key"

Tertangkap sudah, kalau Renata memanggil nama Astuti dengan nama depannya, ia sedang sangat galau saat ini.

"Emang Lo udah pernah nyatain perasaan Lo ke dia?"

Renata menggelengkan kepalanya, lagi.

"Ya kalo gitu kenapa Lo bisa nyimpulin kalau dia gak cinta sama Lo?"

"Semalem, Gue denger pembicaraan Mas Varrel sama Mas Ken"

"Terus?"

"Dia nanya sama Mas Varrel, katanya mas Varrel nganggap gue apa? Dan dia jawab kalau Gue itu cuman sebatas sekretarisnya aja. Gak lebih"

Renata menghembuskan nafas kasar entah sudah yang keberapa kalinya. Karena saat ini hatinya serasa sedang di himpit oleh sesuatu. Sesak rasanya. Berharap menghembuskan nafas kasar bisa membantu, tapi nyatanya tidak sama sekali

"Mas Varrel masih terikat sama cewek di masa lalunya"

Pandangan Renata meredup. Seolah ikut merasakan juga, Astuti memeluk dengan hangat sahabatnya itu dan mengelus punggung nya pelan

"Lo sih kerjanya pake hati. Kan jadi kebaperan sama bos Lo sendiri"

Renata terisak. Ia tidak tau jatuh cinta akan sesakit ini.
Yah, yang namanya jatuh pasti sakit rasanya.

Astuti tidak mencoba untuk menghentikan isakan yang lama-lama menjadi tangisan memilukan sahabatnya itu. Karena ia tahu, menangis membuat hati menjadi lebih lega walau sedikit. Ia tak bisa membantu banyak. Ia hanya bisa menyalurkan perasaan hangat dari pelukan seorang sahabat.

Harusnya ia sedang sangat bahagia saat ini. Tapi melihat sahabatnya yang rapuh, hatinya serasa di jungkir balik kan.
Yah, terlalu bahagia tidak bagus juga ternyata.

"Yang sabar ya,Ren. Masih banyak kok cowok diluar sana yang mau sama Lo.
Mungkin Belum tiba saatnya aja"

Astuti makin mengeratkan pelukannya.

Baby Boss,I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang