39

12.3K 930 112
                                    

Setelah baca komentar kalian kemarin, kayaknya kesel banget ke Varrel :)
-
-

Ini sudah 3 Minggu sejak Renata nangis sesenggukan gara-gara yang namanya cinta.
Setelah kemarin acara resepsi pernikahan Astuti dan Ken yang ngabisin uang 4.7 M karena pernikahannya itu lho yang gak kira-kira, Mentang-mentang banyak duit ya gitu. Pagi ini mereka mau langsung berangkat bulan madu entah kemana. Yang jelas, Ken punya pulau pribadi di Australia.

Kagak takut Corona si Abang :(

Tapi, yang mengejutkan adalah
Varrel juga akan ikut, tentunya bersama Renata.
Lah Kok gak bilang dari semalam?

"Saya gak ikut aja deh, belum persiapan soalnya"

"Kita tunggu Ren, lagian kan pake pesawat pribadi. Ya kan sayang?"
Astuti bergelayut manja pada Ken. Kondisiin Napa ih, dah tau ada yang jomvlo.

Sebetulnya bukan karena belum persiapan yang jadi permasalahannya, tapi hatinya.
Yang nama-namanya honeymoon pasti lengket berdua. Lah dia? Pasti ujung-ujungnya harus sama bos nya lagi. Apalagi ini kan ke pulau pribadi. Dia harus ditemenin sama siapa kalau bukan sama Varrel. Huft! Mati-matian dia tuh menghindari Varrel supaya rasa cintanya gak bertambah seiring berjalannya waktu.

"Males ah. Mening saya temenin si Mbok disini"

"Yah, Ren! Inikan ke pulau pribadi. Masa cuman ada gue sama Mas Ken doang, kan nggak seru"
Astuti mengerucutkan bibirnya. Membikin Ken ingin segera melahap bibir tebal itu yang menjadi candu untuknya.

Otak Ken emang kalau deket-deket ama Astuti gak tau kenapa suka mendadak geser.

Melihat tatapan memelas dari sang sahabat, akhirnya Renata terpaksa mengalah dan mengiyakan saja. Ia berbalik bermaksud untuk menyiapkan pakaiannya. Tapi ternyata si Mbok udah gusur- gusur koper tauk lah punya siapa.

"Loh, Mbok? Kok?"

"Iya,Ndok. Den Varrel nyuruh si Mbok buat siapin keperluan kamu. Sing seneng yo disana"

Ya, si Mbok amat menyayangi Renata.
Gimana ya, emang dia tuh suami udah gak ada, anak pun tak punya.
Apalagi ia sangat menginginkan anak perempuan. Renata benar-benar ia sayangi seperti seorang anak kandung.

Renata mengambil kopernya dari tangan si Mbok dan mencium tangannya lalu berpamitan

***

Tak terasa perjalanan panjang sudah dilalui setelah hampir 7 jam mengudara. Sebenarnya, Renata masih parno naik pesawat. Tapi ya dia mencoba setenang mungkin walaupun wajah pucatnya tidak bisa disembunyikan.
Mereka berempat jalan-jalan sore menikmati desiran angin pantai. Renata hanya mendengarkan saja celotehan Astuti yang mulutnya tidak bisa berhenti berbicara. begitupun dengan Varrel yang malah sibuk dengan gadgetnya. Tetapi saat malam menjelang, dua insan yang sedang dimabuk cinta itu langsung masuk ke kamarnya. Renata tidak melihat adanya tanda-tanda Varrel setelah jalan-jalan sore tadi. Bodo amat sih, mungkin sibuk.
Renata sudah bersiap untuk pergi menyelami alam mimpinya. Selimut sudah di pasang sampai menutup dadanya, lampu pun sudah ia matikan.
Tapi baru saja ia menutup matanya, suara...Eum...

Astagfirullahaladzim :)

Renata jadi gak tenang tidur karena di sebelah kamar yang dia tempati itu adalah kamar pengantin baru. So, you know lah mereka lagi ngapain
Mana suara ******* Astuti nya terdengar mendayu-dayu lagi
Kalau kayak gini, Renata kapan tidurnya?

Risih karena kedua insan itu belum juga menuntaskan Sunnah Rasul nya, Renata memutuskan keluar dari bungalow itu dan lebih memilih jalan-jalan menikmati bioluminesensi di pantai. Ia duduk di atas bebatuan, menikmati angin malam yang membelai rambutnya. Ia suka ini, Dingin dan sunyi.

Disisi lain, Varrel yang sedang menatap langit kelam tiba-tiba menoleh ke arah Renata berada. Ia tidak bisa tidur malam ini, entah kenapa tapi 3 Minggu ini hatinya selalu saja gelisah. Rasa ini sama saat dulu, karena wanita itu. Atau mungkin... Karena Renata?

Varrel memandang siluet Renata lama. Renata duduk di atas bebatuan menghadap ke arah laut dengan dress putih kebiru-biruan yang melambai lembut mengikuti alur angin berhembus. Sosoknya bermandikan cahaya terkena sinar rembulan yang berada tepat di atasnya. Memperlihatkan sesosok Renata bak Dewi malam yang kesepian. Rapuh dan tak tersentuh.
Rambut indahnya yang tergerai melambai-lambai diterpa angin.
Entah kenapa Varrel ingin memeluknya, mengalirkan sebuah kehangatan padanya.

Renata itu! Di malam yang amat dingin ini, keluar hanya memakai dress pendek? Dia saja memakai sweater tebal saking dinginnya. Varrel masuk ke villa nya bermaksud tidur.

G.

Varrel masuk ke villa nya untuk mengambil jaket yang akan ia pakai. Ia akan menemui Renata. Ada hal yang ingin ia bicarakan dengan sekretarisnya itu

Renata yang sedang melamun sontak tersadar saat seseorang menyampirkan jaket di tubuhnya, hangat.
Ia mendongak dan mendapati Varrel berdiri di belakangnya, ia tersenyum kecil dan mengalihkan pandangannya kembali. Hatinya sudah mulai menggila saat ini, kemudian Varrel duduk di samping Renata.

Renata diam, Varrel pun begitu. Tidak ada yang ingin memulai percakapan terlebih dahulu Hingga akhirnya

"3 Minggu kamu menghindari saya"
Ucap Varrel tapi matanya menatap ke depan. Renata sontak menatap Varrel. Apakah sangat terlihat kalau ia memang menghindari bos nya itu?
Varrel balik menatap Renata dan berucap kembali

"Kenapa?"

Kenapa?
Renata juga tidak tau. Yang jelas ia hanya ingin pergi menjauh. Itu saja

"Saya nggak menghindar, Mas. Mas kan tau sendiri 3 Minggu ke belakang saya sibuk nyiapin acara pernikahannya Astuti"

"Yakin hanya karena itu? Atau saya berbuat kesalahan sama kamu? Tapi kan, bos gak pernah salah"

Renata mendengus akan hal ini. Masih aja inget sama perjanjian itu.

"Astuti kan sahabat saya. Saya ingin di hari pernikahannya, semuanya berjalan dengan sempurna. Itu saja"

"Kamu gak lagi bohong kan?"

"Ck! Kapan sih Mas percaya sama omongan saya"
Renata mengerucutkan bibirnya hingga membuat Varrel gemas mengacak-acak rambut Renata.

"Jangan ngambek dong"
Varrel mencubit pipi Renata, membuat si empunya mengaduh kesakitan.

"Ih Mas Varrel! Jangan gitu lagi!"

"Gitu gimana?"

"Jangan terus cubit pipi saya, ish! Udah tau chubby. Kalau di cubit terus nanti makin meleber pipinya, Mas!"
Pipi Renata memerah, ia sangat kesal saat ini.

"Hm kalau yang di cubit nya ini, gimana?"

Varrel lalu mencubit pinggang Renata pelan hingga Renata melompat kegelian.

"Mas ih jangan! Geli tau!"

Karena respon dari Renata, Varrel makin gencar menggelitik Renata hingga Renata berlari menghindari Varrel karena perutnya serasa pegal tidak dapat menahan tawanya sebagai akibat dari gelitikan Varrel.

Varrel mengejar Renata di sepanjang pantai dengan pasir yang lembut serasa menggelitik kaki. Mereka berdua tertawa lepas. Beban mereka seolah sirna di telan gelapnya Malam.
Varrel menangkap Renata yang larinya semakin melemah karena lelah dan memeluknya dari belakang.

Detakan jantung mereka menggila entah karena efek berlarian atau mungkin, perasaan yang sulit diartikan oleh mereka sendiri.
Mereka terdiam menikmati detakan jantung masing-masing.

"Mas, masihkah ada harapan untuk saya masuk ke dalam kehidupanmu?" Batin Renata

Masihkah?

Baby Boss,I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang