35

11.8K 883 101
                                    

Semua warga desa yang ada disana menatap pada pak lurah dengan tatapan tanda tanya seolah meminta penjelasan mengapa ekspresinya terkejut gitu sampai-sampai mau duduk pun gak jadi.

"Mengapa diam? Silakan mulai interogasinya"

Datar, tegas dan dalam.

Kalau nada bicara Varrel udah kayak gitu, kelar hidup Lo.
Renata disebelahnya sudah mulai merinding. Rasanya merindingnya hampir sama saat liat wanita jelek tadi. Ken malah sudah kesusahan meneguk Saliva nya. Bos nya sedang benar-benar kesal saat ini

"Se se sebentar, Tuan muda"
Keringat dingin sudah mulai bercucuran dari kening pak Lurah.
Haduh ini warganya kok pada rempong sih. Kalau tau yang berbuat mesum itu seorang triliuner,mening dia tadi lanjut pemanasan bersama sang istri, saling menghangatkan dimalam yang dingin tanpa menghiraukan gedoran pintu rumahnya.

Kalau kayak gini situasinya, dia lebih memilih lengser dari jabatan Pak Lurah daripada harus berhadapan dengan pengusaha muda ternama seperti Varrel.

Pak lurah bangkit dari posisi setengah duduknya dan menghampiri warga sablengnya yang masih menerka-nerka apa yang terjadi pada Lurah mereka yang terkenal garang hingga membuatnya berkeringat di malam yang dingin ini.

"Begini bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian. Sebaiknya kita akhiri saja sidang malam ini dikarenakan..."

"Saya bilang mulai interogasinya!"

Yak sepertinya Varrel berhasil membuat pak lurah menderita penyakit jantung dugem stadium 1.
Dilema sekali beliau sebetulnya. Di satu sisi ada warganya yang tidak tahu menahu mengenai Varrel dan ingin agar orang yang bersangkutan dihukum, tetapi disisi lain tersangka yang disebut adalah orang yang paling ia takuti, lebih tepatnya ia segani.

Dengan galaunya pak lurah berbalik dan segera duduk untuk memulai interogasi

"Jadi, apa benar kalian berbuat mesum di salah satu perkebunan warga?"

Ia sedang mencoba untuk tak pandang bulu saat ini.

"Warga warga! Itu kebun punya saya!"
Kata Astuti garang tak lupa dengan gebrakan tangannya di meja hingga membuat pak lurah hampir loncat dari tempatnya duduk saat ini.
Ia baru tahu Astuti, warganya yang paling bohay segarang ini.

"Pantes aja kagak nikah-nikah ni bocah. Orang galaknya minta ampun"
Batin pak lurah

"Begini pak lurah,..."
Varrel menjeda ucapannya. Ken dan Astuti sudah was-was akan penjelasan Varrel yang mungkin saja membeberkan apa yang terjadi dari awal mereka kepergok ciuman sampai akhirnya dikejar wanita jelek.

Semua orang disana ex Varrel menajamkan Indra pendengaran mereka. Apalagi ibu-ibu yang antusias sekali karena ini bakalan menjadi bahan gosip buat besok atau mungkin buat satu Minggu ke depan ditemani abang-abang tukang sayur keliling tiap pagi.

Varrel menghembuskan nafas, lalu melanjutkan ucapan yang sempat ia jeda.

"Pembantu saya di rumah sedang ngidam. Ia ingin makan pisang kepok yang dipetik segar saat itu juga. Anda sendiri tahu bahwa di kota, pisang kepok itu sangat jarang. Apalagi ngidamnya, pisangnya harus diambil langsung oleh saya. Jadilah saya dan asisten saya ini mencari pisang kepok untuk dia..."

Warga yang ada disana merasa terenyuh mendengarnya. apalagi ibu-ibu yang langsung melehoy mendadak makin cinta sama Varrel. Sama pembantu aja perhatian, apalagi nanti sama istri- pikir mereka
Mereka jadi nyesel gak lahir di tahun yang sama dengan Varrel. Kalau seumuran kan, mana tau berjodoh

Beda lagi dengan Renata, Ken dan Astuti. Mereka merasa perutnya digelitiki sesuatu. Varrel emang dabest kalau urusan yang beginian.

Kelakuan bos yang satu ini tak patut di contoh memang

"... Karena saya tidak tau harus darimana mendapatkan pisang kepok itu, saya meminta pada teman saya ini untuk mencarikan orang yang punya kebun pisang. Alhasil dia menemukan Astuti. Terlebih Astuti bilang banyak sekali pisang kepok yang matang di pohon di kebunnya. Jadilah saya dan asisten saya ini datang langsung kesini dan bersama Astuti, kami langsung pergi ke kebunnya..."
Varrel menghela nafas terlebih dahulu. Dikira gak capek apa nyusun naskah sebegitu panjangnya untuk mengelabui warga desa

"Namun, baru saja kami akan memetik pisang kepok itu, ada kuntilanak di pondok yang menakuti kami hingga kami lari tunggang langgang saking takutnya. Dan saat kami sudah keluar dari kebun,kami dihampiri oleh bapak-bapak ini dan langsung menuduh kami yang tidak-tidak"

Pak lurah yang langsung saja percaya apa yang dikatakan Varrel menggebrak meja dan berdiri dari duduknya. Biarpun gak percaya sama apa yang dikatakan Varrel pun, ia akan tetap pura-pura percaya saja lah. Siapa juga yang mau berurusan sama tuan muda Varrel Rahman Soraya

Matanya sudah berkilatan marah siap memarahi bapak-bapak tukang ronda yang sudah menuduh orang yang tidak-tidak. Apalagi orang dihadapannya ini adalah orang terpandang.

"Kalian ini bagaimana?! Menghakimi orang seenaknya!"

Sembur pak lurah sambil berkacak pinggang yang membuat Renata mengernyit jijik karena meteor cair menyembur keluar dari mulut pak lurah dan mendarat tepat di depan mejanya.

"Jelas Sekarang?!"

"Je..jelas pak lurah" kata bapak-bapak peot tadi yang mengompori masalah ini

"Terus, naha atuh masih keneh ngajarentul didieu? BUBAR!!"

( terus,kenapa masih diam disini? BUBAR!!)

Warga yang tidak ingin mendapatkan amukan lebih lanjut, memilih untuk segera keluar dari ruang sidang karena hawa sudah mulai panas.

Setelah warganya pada pergi, barulah pak lurah memasang ekspresi tenang dan kembali duduk

"Ehehe, maafkan warga saya ya tuan muda? Mereka hanya ingin kampung ini aman, hehe..."

Haha hehe. Pecicilan sekali lurah yang satu ini

Tanpa berniat menjawab, Varrel langsung berdiri dan pergi begitu saja diikuti oleh Renata, Ken dan Astuti.
Meninggalkan pak lurah yang terpaku di tempat

Baby Boss,I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang