One

125K 6.6K 282
                                    

Mama, kau adalah malaikat yang tampak seperti bidadari surga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Mama, kau adalah malaikat yang tampak seperti bidadari surga. Kau lebih terang dari cahaya, lebih tangguh dari baja. Pemilik jiwa yang lebih besar daripada alam semesta

***

"Ibu, aku pulang!!" Dela masuk ke dalam rumahnya yang sederhana itu, sembari membawa masuk anggota keluarga baru yang juga akan menetap di rumah ini.

"Dela, kau pulang, Nak? Segera makan, jangan larut dalam kesedihanmu. Ibu akan marah jika kau sampai sakit lagi!!" Teriak ibunya dari arah dapur.

Dela duduk pada kursi, tersenyum tipis kala mendengar ibunya yang mengoceh. Akankah ia menjadi seperti itu bila Axel besar nanti?

Dipandangnya bayi kecil yang kini sudah terlelap di gendongannya. Bayi ini bahkan tidak rewel sedikitpun, padahal ini pertama kalinya Dela bertemu dan menggendong bayi kecil ini.

"Dela!! Aku bilang kau harus cepat ma-," ucapan ibu Dela terpotong, kala melihat bayi kecil dalam gendongan putri semata wayangnya.

"Aku ingat kau tidak sedang mengandung saat kau berangkat tadi." Ibu Dela menatap putrinya seolah meminta penjelasan.

"Ibu, ini sulit untukku jelaskan." Dela menunduk, dia sendiri pun tidak juga mengerti bagaimana Tuhan mengatur semua ini. Bagaimana tiba-tiba saja semuanya terjadi, mengalir seperti air dari puncak tertinggi hingga ke bagian rendah.

"Dela...," Ibu Dela menggenggam tangan putrinya erat, seolah mencoba memberikan kekuatan. Sangat terlihat jelas raut wajah sedih anaknya, terlihat jelas siluet luka pada perasaan anaknya. Batin ibu tak akan pernah salah. "Ceritakan perlahan, ibu akan mendengarmu, Nak."

"Ibu...," Dela menatap sang ibu, air matanya kembali merembes keluar. Dela enggan mengingat luka ini, luka yang masih segar ini membuat Dela ingin menjadi seseorang yang mati rasa. Dela tidak mau terluka seperti ini.

"Ini anak Leon dengan Vira." Dela menunduk menangis semakin kencang, bahunya bergetar hebat. Lukanya semakin terasa perih. "Si bajingan Leon itu, ingin aku mengurus anaknya dengan Vira sebelum meninggal. Dia memberikan wasiat itu dihadapan Sarah dan suaminya, dan aku menyetujuinya."

"Astaga, ba-bagaimana mungkin seperti ini." Ibu Dela merasa terkejut dipeluknya anak perempuan nya dengan erat.

Bagaimana mungkin pria muda yang selalu ia kenal baik itu melukai hati putrinya hingga seperti ini, setelah pengkhianatan yang diterima putrinya sekarang putrinya harus membesarkan anak dari pria itu?

"Ibu, mengapa Vira melakukan hal ini kepadaku? Aku tidak pernah melakukan hal buruk pada Vira, kenapa Vira menghancurkan ku seperti ini, ibu?" Dela semakin terisak, hatinya kembali merasa ngilu.

Sejak 3 hari yang lalu, ia mengetahui bahwa kekasihnya selama ini telah berselingkuh dengan teman dekatnya, teman masa kecilnya. Bahkan hubungannya selama 5 tahun itu kandas karena sebuah pengkhianatan, pengkhianatan yang bermula sejak 2 tahun terkahir.

Bodohnya Dela tidak bisa mengendus pengkhianatan itu, sampai perilaku tak bermoral itu berlangsung selama 2 tahun. Hingga pada 3 hari yang lalu, ia mengetahui sosok bayi yang lahir itu adalah anak kekasihnya dengan sahabat masa kecilnya.

Oh Tuhan, Dela semakin merasa menderita, Dela tidak lagi mampu untuk menahan nyeri yang meradang pada ulu hatinya. Bahkan sekarang ia harus merawat anak dari pengkhianatan orang-orang itu? Apa yang sudah Dela lakukan pada masa lalu, hingga ia harus menerima takdir seperti ini.

"Kita kembalikan bayi ini pada orang tua mereka, ini tidak bisa dibiarkan. Kenapa Leon harus memintamu menerima semua beban ini?" Ibu Dela bergegas, hatinya juga merasa nyeri melihat anaknya yang disudutkan oleh takdir.

"Ibu, Sarah bilang kepadaku bahwa keluarga Vira ataupun Leon tidak mau menerima bayi ini. Dan bayi ini akan ditempatkan di panti asuhan. Aku tidak bisa membiarkan bayi kecil ini tumbuh di panti asuhan, bagaimanapun ini buah hati dari Leon. Aku tidak bisa berbuat jahat padanya." Dela menatap ibunya, mengusap setetes air mata milik ibunya. Ia sudah membuat ibunya khawatir, ia selalu berhasil merepotkan ibunya.

"Kita bisa membawa bayi ini pada neneknya Leon, biarkan keluarga Leon yang membesarkan bayi ini," ucap Ibu Dela, ia tidak ingin melihat anaknya semakin menderita dalam hidupnya.

"Ibu, Aku sudah berjanji kepada Leon sebelum meninggal untuk merawat bayi ini. Lagipula bagaimana mungkin aku bisa menolak, Leon meminta ini sebagai permintaan terakhirnya," ucap Dela dsembari menangis sesenggukan, dipandanginya bayi yang tengah mencoba membuka mata itu. Rupanya bayi kecil itu sedikit terusik, mata kecil itu menatap ke arah Dela. Tangan kecilnya juga bergerak-gerak seolah ingin meraih sesuatu. Dela tersenyum lembut, ada setitik rindu untuk mantannya yang sudah membuatnya menangis pilu.

"Dela, kau yakin akan membesarkan anak ini? Kita bukan dari kalangan keluarga mampu, ibu hanya memiliki sisa uang untuk biaya ujian semester akhir mu. Bagaimana dengan susu bayi, dan semua perlengkapan nya?" Ibu Dela menatap anaknya sendu, merasa bersalah karena membawa Dela ke dalam permasalahan ekonomi ini. Ayah Dela telah meninggal sejak gadis itu masih kecil, jadi ibu Dela yang bekerja sebagai tulang punggung. Kadang juga Dela bekerja part time sembari melakukan aktivitas kuliahnya.

"Ibu, tidak lama lagi aku akan lulus. Aku akan mencari pekerjaan di kantor besar agar mendapat gaji yang bisa untuk menghidupi kita nanti." Dela tersenyum penuh, memberikan keyakinan pada sang ibu bahwa ia akan melakukan hal terbaik di masa depan nanti.

"Ibu, aku hanya sedikit khawatir. Dia harusnya tidak minum susu formula dulu, tapi aku tidak bisa memberinya ASI." Dela mengusap pipi kecil bayi itu, bayi yang sedari tadi menatap Dela dengan wajah polosnya.

"Bukannya Mbak Lastri juga tengah menyusui, kau bisa meminta ASI untuk bayi ini. Aku yakin Mbak Lastri akan membantu bayi ini," ucap ibu Dela bersemangat. Mbak Lastri adalah tetangga Dela, ia baru saja melahirkan satu bulan yang lalu.

"Baiklah ibu, aku akan ke rumah Mbak Lastri dulu. Aku akan memberikan gizi terbaik untuk anakku." Dela tersenyum lebar, ia punya semangat baru. Semangat untuk membesarkan bayi itu meski seorang diri.

Ibu Dela turut tersenyum, ia tidak tau bahwa putri kecilnya dulu kini sudah tumbuh dewasa. Bahkan ia telah menyebut bayi itu dengan sebutan 'anakku' ibu Dela cukup tersanjung, Dela bisa menerima takdir ini dengan begitu lapang dada. Putri kecilnya yang dulu suka merengek, kini berubah menjadi seorang ibu yang tangguh.

The Perfect Mom (PROSES PENERBITAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang