Eighteen

50.4K 3.3K 190
                                    

~Imanuel Irfan Giovani Saputra~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Imanuel Irfan Giovani Saputra~



"Sudah selesai acara kencan mu?" Suara yang terkesan mengintimidasi itu menggema di telinga Dela kala memasuki rumah megah milik Adamson.

Dela diam, menatap Adamson dengan sejuta perasaan yang ingin ia luapkan. Apa lelaki itu lupa apa yang sudah ia lihat di kantor tadi? Apa lelaki itu tidak bisa melihat bagaimana perban cantik ini melingkar di kepala Dela? Kencan macam apa yang ada di pikirannya?

"Setidaknya, bawa anakmu itu saat kau mendekati seorang pria. Aku ingin tau pria bodoh mana yang akan menerima mu bersama aib mu itu." Adamson menyeringai, pria itu menatap Dela mengintimidasi.

"Cukup!!!" Dela menatap Adamson nyalang.

"Sejujurnya, apa yang sudah aku lakukan hingga kau sangat suka menyiksaku dengan perkataanmu!!! Apa yang aku lakukan hingga kau selalu menjadikan ku kambing hitam atas semua masalahmu!!!" Dela marah, Dela ingin memberontak, Dela tidak ingin mengenal Adamson lagi.

"Kau-," Adamson beranjak dari posisi duduknya. Wajahnya mendekat pada Dela, lalu pria itu berbisik, "Sudah mengusik kehidupan ku."

"Katakan kepadaku, bagaimana rasanya berkencan dengan pria yang kau kagumi itu?" Adamson menatap Dela angkuh.

"Aku tidak berkencan, Adamson. Irfan membantuku ke rumah sakit, dia bertindak manusiawi daripada dirimu yang hanya menyaksikan bagaimana tunangan mu itu menyiksaku dengan begitu kejam!!!" Teriak Dela marah.

"Kau pikir aku bodoh, heh? Rumah sakit mana yang menangani luka kecil itu hingga 10 jam? Dan kau pikir aku tidak bisa melihat Hoodie yang kau kenakan itu." Salah satu alis pria itu terangkat, seolah menuntut jawaban.

"Setelah pergi dari rumah sakit aku pergi ke suatu tempat, dan itu bukan urusanmu. Ini juga Hoodie milik Tuan Irfan, dia meminjamkannya padaku." Gadis itu memberi penjelasan.

"Oh sangat manis sekali pria yang kau sukai itu." Adamson mendecih.

Dela berlalu mengabaikan Adamson yang tengah menggeram tertahan.

"Aku masih bicara padamu!!" Geram Adamson sembari mencekal tangan Dela kuat.

Gadis itu merintih lirih, ditatapnya Adamson yang seolah tengah mengulitinya. "Apa mau mu sebenarnya, Adamson? Apa yang kau inginkan dariku?"

Adamson diam, masih menatap wanita yang tampak frustasi di hadapannya itu. Yang seolah tengah menahan tangisnya sendiri.

"Kenapa kau menjebak ku dalam semua masalah mu? Aku tau kau menganggap ku begitu hina, tapi untuk sehari saja, aku juga ingin dianggap sebagai manusia." Dela melepas cekalan Adamson, berlari menaiki tangga menahan pedih dari batinnya. Apa kesalahan Dela pada pria itu, sehingga pria itu begitu bahagia melihatnya meraung kesakitan.

Sedangkan pria berambut seputih salju itu, hanya menatap tubuh kecil Dela hingga menghilang pada ujung tangga. Ia sendiri, tidak tau jawabannya apa.

The Perfect Mom (PROSES PENERBITAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang