ThirtyFour

45.2K 3.2K 195
                                    

Hai semuanya apa kabar? Maaf ya aku lama gak update, karena ada beberapa hal yang harus aku selesaikan. Ada beberapa hal yang menyita pikiran aku banget, jadi bikin aku blank dan males nulis. Maaf ya kalau aku masih gak konsisten buat nulis, tapi aku usahain mood ku gak akan mempengaruhi update cerita ini. Jangan lupa vote dan komen, selamat membaca!!!

Dela sedang menatap langit biru dari balkon kamar, dengan memeluk baju milik bayi kecilnya. Sedang apa bayi kecilnya di pagi ini? Apakah bayi kecil itu juga tengah merindukan dirinya, seperti apa yang ia rasakan sekarang?

Bukankah harusnya Dela senang, saat anak dari hubungan kekasih dan sahabatnya itu menghilang dari hidupnya? Tidak, ikatan batin ini menyiksa Dela. Bagaimanapun Axel adalah anaknya, bayi yang ia jaga sepenuh hati.

"Sayang, Mama rindu. Sedang apa kamu sayang?" Dela memeluk semakin erat baju kecil milik bayinya, mencium aroma bayinya dari baju itu berharap rasa rindunya sedikit terobati.

Dela tidak mendapatkan jejak, ia tidak tau harus mencari bayi itu kemana. Dela menuruni tangga, gadis itu berpapasan dengan Adamson yang juga hendak menuruni tangga. Keduanya saling terkejut, lalu saling menatap dengan gejolak masing-masing.

Ya, sekarang Dela tau mengapa ia dapat melihat Leon dari sosok Adamson. Dua manusia itu adalah saudara, tentu tidak heran jika Adamson memiliki menu kesukaan yang sama dengan mantan kekasihnya itu.

"Hei!! Kau melamun?" Adamson mencoba menyadarkan Dela dari lamunannya.

Gadis itu menggeleng, tidak tau mengapa dirinya malah melamun sembari menatap pria itu. "Adamson aku ijin tidak bekerja, aku akan mencari Axel."

Adamson mencekal tangan Dela, mengamati wanita itu dalam. Wanita itu terluka karena kehilangan bayinya. "Kenapa kau tidak sabaran? Orang-orangku juga tengah mencari anakmu."

Dela melepas cekalan tangan Adamson, menggeleng pelan tanpa bisa menyembunyikan air matanya. "Aku tidak bisa menunggu lebih lama Adamson. Aku ingin mencari anakku."

"Dela-," gadis itu tidak menghiraukan Adamson, menuruni tangga dengan cepat lalu tubuh kecilnya menghilang di balik pintu kokoh rumah Adamson.

Adamson mendial nomor Veron, perasaannya mulai khawatir kala melihat air mata wanita yang menjadi sosok ibu itu.

"Veron, kau harus menemukan Axel hari ini juga."

***

Dela mengusap batu Nisan milik Leon, mencabut beberapa rumput yang mulai tumbuh. Gadis itu menabur bunga yang sempat ia beli sebelum kemari. Gadis itu tersenyum tipis, namun matanya mengeluarkan air mata.

"Leon, kau selalu meninggalkan teka-teki. Tentang jati dirimu, tentang seluruh hidupmu. Pantas saja aku melihatmu pada diri Adamson, ternyata dia kakak mu?" Dela mendongak, menghirup nafas dalam untuk menghilangkan sesak pada dadanya.

"Tapi...," Dela menunduk, memeluk batu nisan dengan nama Ken Leon Anugrah. "Axel menghilang."

"Kau salah menitipkan buah hatimu padaku, kau salah Leon!!! Axel selalu menderita karena ku, Axel tidak bisa merasakan kebahagiaan jika bersamaku!!! Aku adalah ibu yang buruk!!! Maaf." Dela semakin terisak, hatinya meronta karena merasa terlalu sakit. Hatinya meronta menyalahkan atas ketidak mampuannya dalam membahagiakan buah hatinya.

"Aku selalu membuat Axel menderita." Dela terpuruk, dia tidak menangis meronta kala seseorang menginjak harga dirinya. Tapi saat bayi kesayangan nya berada dalam bahaya, Dela seolah kehilangan seluruh hidupnya.

Suara dering ponsel membuat Dela menghentikan tangisnya sejenak, nomor tidak dikenal. Dela mengangkat panggilan itu dengan ragu.

Jantung Dela seolah berhenti, saat pada detik pertama ia mengangkat panggilan itu suara tangis Axel terdengar pada Indra pendengaran Dela.

The Perfect Mom (PROSES PENERBITAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang