ExtraPart

26.6K 1.5K 251
                                    

"Adamson...," bisik Dela lirih.

Pria dengan rambut seputih salju itu menggeliat sejenak, tapi tidak juga membuka matanya kala tangan kecil milik Dela menggoyangkan tubuhnya pelan.

"Adamson!!!" Kini wanita yang tengah hamil itu berteriak, rasanya menyebalkan jika Adamson berubah menjadi tuli seperti ini.

Pria yang tengah tertidur itu langsung terkesiap, matanya terbuka lebar sembari menatap langit-langit kamar. Pria itu masih mengumpulkan jiwanya yang melayang jauh entah kemana dengan satu pertanyaan di kepalanya, makhluk macam apa yang memanggil namanya dengan suara sekencang itu?

"Yang!!!" Teriak Dela lagi. Adamson segera menolehkan kepalanya, ternyata wanita cantik ini biangnya. Suara yang nyaring sampai membuat telinganya mendengung, ternyata adalah suara milik wanita yang tengah mengandung itu.

Adamson segera bangkit, mengamati wajah kesal sang istri. Tangan besarnya menangkup wajah Dela lembut. "Ada apa Sayang? Ini sudah malam jangan berteriak atau Veron akan berpikir yang iya iya."

Veron sering tidur di rumah Adamson, sejak mengetahui Dela hamil. Adamson tidak mau jika sang istri lepas dari pengawasan.

"Aku ingin es tebu." Dela memanyunkan bibirnya terlihat begitu menggemaskan di mata Adamson. Pria itu menatap jam yang ada di atas nakas, ini masih jam 2 dini hari. Dimana pria itu bisa menemukan es tebu?

"Tunggu nanti pagi ya Sayang, aku akan memberikan yang kau mau." Adamson mengecup kening Dela lembut.

"Anakmu ingin sekarang!!" Dela bersungut kesal.

Adamson mulai menghela nafas, ditatapnya perut Dela yang sudah sedikit membuncit. Tangan besar milik pria itu mengusap perut sang istri, menatapnya sendu lalu berkata, "Kecebongnya Papa, tidak bisakah kau menunggu hingga fajar tiba, hum? Baru tiga hari yang lalu kau membuat Papa memanjat pohon mangga milik rekan bisnis Papa. Karena kau tidak mau makan mangga selain mangga curian."

Dela menahan tawanya, ia masih mengingat jelas bagaimana Adamson yang mengendap-ngendap di rumah rekan bisnisnya hanya untuk mencuri sebuah mangga. Dela sendiri merasa heran akan dirinya, mengapa ia selalu ngidam hal-hal yang aneh.

"Tapi, aku ingin sekarang." Dela semakin mengerucutkan bibirnya, matanya sudah berair. Bahkan air mata itu siap untuk menetes saat Dela mengedipkan matanya.

Untuk kesekian kalinya, Adamson menghela nafas sejenak. "Hei jangan menangis, aku akan mencarikannya untukmu."

"A-aku ingin es tebu...," Isak Dela lirih.

"Baik, aku akan mencarikan untukmu. Bagaimana bisa induk kecebong ini menangis dengan wajah menggemaskan." Adamson meraih kunci mobilnya, mengecup puncak kepala istrinya dengan sayang, kakinya melangkah keluar kamar meski langkahnya masih gontai.

Adamson masuk ke kamar Veron, membuka selimut pria dengan cat rambut berwarna ungu itu dengan kasar. "Bangun!! Bantu aku!! Kecebongku berulah lagi!!"

Bukannya bangun, Veron malah melenguh sembari bergumam tak jelas. "Jika kau tak bangun, aku akan menghancurkan album semua idolamu!!!"

"Jangan!!!" Veron terkesiap, menatap tajam kearah tangan Adamson yang memegang beberapa album milik idolanya. "Baik aku akan bangun sekarang!!"

Adamson tersenyum menang, lalu meletakkan kembali beberapa album itu di tempat semula. Sedangkan Veron memasang wajahnya yang masam, melirik Adamson dengan sinis. "Sekarang apa lagi yang diinginkan kecebongmu?"

"Dia ingin es tebu," ucap Adamson dengan raut wajah memelas.

"Kenapa kecebongmu itu begitu aktif, Bos? Baru tadi pagi dia membuatku memanjat pohon kelapa yang menjulang tinggi. Sekarang dia menginginkan hal lain lagi." Veron menatap Bosnya lelah.

The Perfect Mom (PROSES PENERBITAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang